Ajaran Islam Dalam Penerapan Kesehatan Ruhani

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan sallam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu istiqomah

Sering kita dengar ungkapan tentang kesehatan, “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Hal ini mendorong Islam untuk memperhatikan kesehatan jasmani yang diperoleh dari makanan yang bergizi dan olahraga. 

Kesehatan fisik atau jasmani mempunyai hubungan timbal balik dengan kesehatan ruhani. Misalnya, Seseorang yang sedang sakit gigi, menyebabkan perasaan dan konsentrasinya terganggu.

Sebaliknya, orang yang terganggu ruhaninya seperti shock dikarenakan bencana atau berbagai permasalahan menimpanya, menyebabkan tubuhnya lemas karena nafsu makannya berkurang.

Melihat dari kenyataan itu, maka demi menciptakan generasi yang berkualitas (akhsani taqwim), tidak cukup hanya dengan makan makanan yang bergizi. 

Tetapi diperlukan penanaman tentang pendidikan akidah dan mental yang menggerakkan jiwa untuk selalu berakidah salimah dan mempertebal keimanan.

Mengingat betapa pentingnya hal ini, maka akan kita bahas, agar kita semua mampu mengetahui dan memahami prinsip dan ajaran Islam dalam penerapan kesehatan ruhani, diantaranya kesehatan mental, jiwa dan hati. 

1. Kesehatan Mental

Kesehatan mental bisa didefinisikan sebagai keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan tentram ketika ia melakukan akhlak yang mulia. 

Menurut Islam, kesehatan mental identik dengan ibadah atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agama-Nya 

Untuk mendapatkan Alnafs Al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia) dengan kesempurnaan iman dalam hidupnya. Pedoman yang menjadi jalan utama menuju kesehatan mental adalah agama. 

Karena didalamnya terdapat kebutuhan jiwa manusia, kekuatan untuk mengendalikan manusia dalam memenuhi kebutuhaan

Serta sampai kepada kekuatan untuk menafikan pemenuhan kebutuhan manusia tanpa membawa dampak psikologis yang negatif.

Terdapat banyak ayat-ayat al-Qur’an mengenai ketenangan jiwa yang merupakan hal utama dalam kesehatan mental. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

Ω„َΩ‚َΨ―ْ Ω…َΩ†َّ Ψ§Ω„Ω„ّٰΩ‡ُ ΨΉَΩ„َΩ‰ Ψ§Ω„ْΩ…ُΨ€ْΩ…ِΩ†ِيْΩ†َ Ψ§ِΨ°ْ Ψ¨َΨΉَΨ«َ فِيْΩ‡ِΩ…ْ Ψ±َΨ³ُوْΩ„ًΨ§ Ω…ِّΩ†ْ Ψ§َΩ†ْفُΨ³ِΩ‡ِΩ…ْ يَΨͺْΩ„ُوْΨ§ ΨΉَΩ„َيْΩ‡ِΩ…ْ Ψ§ٰيٰΨͺِΩ‡ٖ وَيُΨ²َΩƒِّيْΩ‡ِΩ…ْ وَيُΨΉَΩ„ِّΩ…ُΩ‡ُΩ…ُ Ψ§Ω„ْΩƒِΨͺٰΨ¨َ وَΨ§Ω„ْΨ­ِΩƒْΩ…َΨ©َۚ وَΨ§ِΩ†ْ ΩƒَΨ§Ω†ُوْΨ§ Ω…ِΩ†ْ Ω‚َΨ¨ْΩ„ُ Ω„َفِيْ ΨΆَΩ„ٰΩ„ٍ Ω…ُّΨ¨ِيْΩ†ٍ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka alkitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q.S. AliImran: 164)

2. Kesehatan Jiwa

Dalam laporan tahunan organisasi psikiatri yang terbit pada 1952 dinyatakan bahwa gangguan kejiwaan adalah merupakan sejumlah kelainan yang terjadi bukan karena kelainan jasmani, anggota tubuh atau kerusakan pada sistem otak (kendatipun gejalanya bersifat badaniah).

Diantara bentuk-bentuk gangguan jiwa adalah: ketegangan jiwa, depressi, cemas, was-was, kompulsi yang tidak sengaja, merasa tidak bersemangat, ketakutan yang berlebihan, pikiran gelap, dan gangguan jiwa lainnya.

Ilmu kesehatan jiwa membedakan antara gangguan kejiwaan dan sakit jiwa. Orang yang menderita gangguan kejiwaan mengetahui kesukarannya, tidak tampak perubahan besar dalam kelakuan dan pribadinya dan hidup dalam kenyataan. 

Lain halnya dengan orang yang sakit jiwa. Kepribadian mereka dalam berbagai seginya (pengenalan, perasaan dan dorongan) goncang dan tidak serasi. Terlihat perubahan besar dalam kelakuannya dan kurang memperhatikan keadaan di sekelilingnya.

Orang yang mengalami gangguan jiwa pada umumnya disebabkan oleh tekanan yang berkepanjangan dan rasa putus asa. Padahal telah jelas dalam al-Qur’an bahwa orang yang berputus asa adalah orang-orang yang sesat. 

Firman Allah Subhanahu wa ta'ala :

Ω‚َΨ§Ω„َ وَΩ…َΩ†ْ يَّΩ‚ْΩ†َΨ·ُ Ω…ِΩ†ْ Ψ±َّΨ­ْΩ…َΨ©ِ Ψ±َΨ¨ِّΩ‡ٖٓ Ψ§ِΩ„َّΨ§ Ψ§Ω„ΨΆَّΨ§ۤΩ„ُّوْΩ†َ

Dia (Ibrahim) berkata, “Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat.”.(Q. S. Surah Al-Hijr : 56)

 Islam menanamkan sifat sabar dalam menghadapi kesulitan hidup dan keputusasaan serta menganggap bahwa segala bencana ataupun penyakit yang menimpanya adalah cobaan dan ketentuan dari Allah Subhanahu wa ta'ala 

Apabila kita selalu kembali kepada takdir Allah maka kesehatan jiwa akan terjaga. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :

Ω…َΨ§ٓ Ψ§َΨ΅َΨ§Ψ¨َ Ω…ِΩ†ْ Ω…ُّΨ΅ِيْΨ¨َΨ©ٍ فِΩ‰ Ψ§Ω„ْΨ§َΨ±ْΨΆِ وَΩ„َΨ§ فِيْٓ Ψ§َΩ†ْفُΨ³ِΩƒُΩ…ْ Ψ§ِΩ„َّΨ§ فِيْ ΩƒِΨͺٰΨ¨ٍ Ω…ِّΩ†ْ Ω‚َΨ¨ْΩ„ِ Ψ§َΩ†ْ Ω†َّΨ¨ْΨ±َΨ§َΩ‡َΨ§ ۗΨ§ِΩ†َّ Ψ°ٰΩ„ِΩƒَ ΨΉَΩ„َΩ‰ Ψ§Ω„Ω„ّٰΩ‡ِ يَΨ³ِيْΨ±ٌ

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah”. (Q.S. Al-Hadid: 22)

3. Kesehatan Hati

Seseorang bisa dikatakan sehat ruhaninya jika terbebas dengan segala penyakit hati. Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk selalu berprasangka yang baik terhadap orang lain sehingga hatinya tidak terkotori oleh penyakit hati. 

Bentuk penyakit hati diantaranya adalah:

  1. Munafiq (antara lahir dan batinnya tidak sesuai)
  2. ‘Ujub (heran terhadap diri sendiri karena telah memiliki sesuatu yang tidak dimiliki  orang lain )
  3. Riya’ (pamer)
  4. Takabbur (sombong)
  5. Kikir (tidak suka memberi)
  6. Rakus (terlalu cinta harta)
  7. Hasud (dengki)
  8. Iri hati
  9. Sum’ah (suka dipuji), dan penyakit hati lainnya

Di dalam diri seorang muslim seharusnya terkumpul sifat-sifat baik dalam hatinya yang menunjukkan kesehatan ruhani, diantaranya:

  1. Qonaah (merasa cukup apa yang telah ada padanya)
  2. Ash-shidqu (jujur)
  3. Al-haya’(malu)
  4. Az-zuhd (hidup sederhana)
  5. At-tawaddu’ (rendah hati)
  6. At-tib al-isyarah (bergaul secara baik), dan sifat baik lainnya.

Penyakit hati disebabkan oleh godaan syaitan. Sebenarnya cengkeraman syaitan itu tidak terlalu kuat, hanya kelemahan. 

Tidak adanya keberanian moral dan tidak adanya kewaspadaan di dalam diri manusia itulah yang membuat syaitan terlihat sedemikian kuatnya. 

Al-Qur’an menegaskan syaitan itu sesungguhnyatidak dapat memperdayakan orang-orang yang senantiasa menjaga integritas moral mereka dari serangannya. 

Allah berkata kepada syaitan “Sesungguhnya engkau tidak dapat mempengaruhi hamba-hambaKu, hanya manusiamanusia yang sesat sajalah yang mengikutimu”.

Kesimpulan

1. kesehatan mental bisa didefinisikan sebagai keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan tentram ketika ia melakukan akhlak yang mulia.

2. Ilmu kesehatan jiwa membedakan antara gangguan kejiwaan dan sakit jiwa. Orang yang menderita gangguan kejiwaan mengetahui kesukarannya, tidak tampak perubahan besar dalam kelakuan dan pribadinya dan hidup dalam kenyataan. 

Lain halnya dengan orang yang sakit jiwa. Kepribadian mereka dalam berbagai seginya (pengenalan, perasaan dan dorongan) goncang dan tidak serasi. Terlihat perubahan besar dalam kelakuannya dan kurang memperhatikan keadaan di sekelilingnya.

3. Bentuk penyakit hati diantaranya adalah Munafiq, ‘Ujub, Riya’, Takabbur, Kikir, Rakus, Hasud, Iri hati, Sum’ah, dan penyakit hati lainnya.

0 Response to "Ajaran Islam Dalam Penerapan Kesehatan Ruhani"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak