TAFSIR BASMALAH MENURUT ULAMA

Ψ¨ِΨ³ْΩ…ِ Ψ§Ω„Ω„َّΩ‡ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ْΩ…َΩ†ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ِΩŠΩ…ِ

Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta’ala, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, dan meminta ampunan-Nya. 

Kita berlindung kepada-Nya dari keburukan-keburukan jiwa kita, dan kejelekan-kejelekan perbuatan kita. 

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan orang orang yang setia meniti jalan petunjuknya hingga hari kiamat.

Menurut Ulama’ Kalam

Imam Zamakhsyari dalam menafsiri basmalah menyebutkan bahwa Ahli Qira‟ah dan Ahli Fiqih Madinah, Bashrah, Syam, tidak memasukkan basmalah sebagai bagian dari Surat Al-Fatihah, dan juga bukan bagian dari ayat-ayat dalam Al-Qur‟an. 

Basmalah ditulis tidak lebih hanya sebagai pemisah antara surat-surat dalam al-Qur‟an, dan berharap keberkahan dengan membacanya dalam setiap permulaan dari pekerjaan yang dianggap baik dan bernilai Ibadah.

Adapun pendapat ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya, oleh karena itulah madzhab Hanafi tidak mengeraskan bacaan basmalah Dalam Sholat.

Dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi dalam tafsirnya juga, apakah basmalah termasuk dalam surat Al-fatihah atau tidak. Dan apakah bagian dari ayat dalam al-Qur‟an atau tidak. 

Beliau berpendapat bahwa basmalah adalah bagian ayat dalam al-Qur‟an dan bukan bagian dari surat Al-Fatihah, karena ada hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda kepada Ubay Ibn Ka‟ab:

Sesungguhnya aku akan mengajarkanmu atau memberitahumu sebuah ayat yang tidak pernah diturunka pada seorangpun kecuali pada nabi sulaiman bin dawud kemudian baliau mengluarkan kakinya (bersila) dan bersabda kepadanya: dengan ayat apa engkau membuka al-Qur‟an? beliau menjawab dengan basmalah lalu bersabda ya, ayat itu.

Dari hadis ini menunjukkan bahwa basmalah adalah bagian ayat dalam alQur‟an dan bukan bagian dari surat Al-Fatihah, karena apabila dilihat dari redaksi hadis diatas, tidak ada madlul (yang di jadikan dalil) kalau basmalah bagian dari surat Al- Fatihah.

Selain daripada hadis ini, Al-Maturidi juga berdalil bahwa mayoritas Ulama tidak mengeraskan bacaan basmalah dalam Sholat, ini menunjukkan bahwa basmalah bukan bagian dari surat Al-fatihah. 

Sementara Ahli Qiro‟ah dan Ahli Fiqih mekkah dan kufah berpendapat bahwa basmalah adalah bagian ayat dari surat Al-Fatihah dan Awal bagian ayat dalam surat al-Qur‟an.

Karena ulama salaf ketika menulis Mushaf selalu menulis basmalah di Awal Surat dan tidak menulis lafadz Amin di akhir Surat Al-Fatihah, ini menjadi tanda bahwa basmalah adalah bagian ayat dalam surat al-Qur‟an. Pendapat ini adalah pendapat imam Syafi‟i dan para pengikutnya.

Dan Itulah perbedaan pemikiran Imam Madzhab tentang kalimat special ini, yang mungkin hingga akhir jaman tidak akan pernah pudar, bukan karena habisnya pertanyaan telah terjawab, tapi karena rahasia yang tidak henti-hentinya mengalir seiring keilmuan manusia yang terus berkembang.

Seiring berjalannya waktu coba kita berinteraksi beberapa harf dan lafadz penafsiran “basmalah”. Banyak ulama Islam yang menulis tantang kalimat tersebut, mulai rahasia dari susunan bahasa hingga makna yang terkandung di dalamnya, bahkan apa kaitan kata basmalah dengan teori teologi Islam.

Imam fakhruddin Ar-Razi Menyebutkan bahwa ada hal penting dalam pembahasan basmalah. Menurut Mayoritas Ulama bahwa Allah memiliki seribu satu nama yang suci, semua nama itu sudah ada di dalam al-Qur‟an dan Hadis, 

Bahasan tentang nama ini adalah bahasan yang begitu Mulia, karena mencakup nama Allah dan dzat Allah sendiri, sekaligus ada beberapa permasalahan yang terkait dengan Allah dan Nama-Nya, mulai dari sudut Ilmu gramatikal Arab (Nahwu-Shorof), balaghah, Manthiq, teologi, dan tasawwuf, yang semua itu beliau bahas satu persatu dan terbagi menjadi beberapa pembahasan. 

Pembahasan Lafal ba‟ dalam basmalah yang memiliki Ta‟alluq pada Fi‟il yang dikira-kirakan dan berfaedah Ilshaq (mengandung arti bertemu) sehingga disinilah dipahami bahwa ada kterikatan pada suatu waktu dimana seorang Hamba akan bertemu dengan Tuhannya, yang mempunyai hubungan sangat kuat antara orang yang mengucapkan juga terhadap tujuan daripada pengucapnya yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Kita tentu mengetahui alam jagat raya ini merupakan ciptaan Allah termasuk diri kita bagian dari makhluk ciptaan-Nya. 

Penyebutan namanya dalam segala hal merupakan sebuah bentuk penghambaan seseorang hamba yang mengakui kerendahannya dan kehinaannya bahwa segala sesuatu adalah miliknya dan setiap pekerjaan yang bernilai baik itu selalu dimulai dengan nama Allah.

Berbeda dengan Az-Zamakhsyari dalam tafsirnya bahwa ba‟ memiliki makna mushohabah (sebagai pengiring) sementara yang tampak sesunguhnya ba‟ tersebut adalah untuk Isti‟anah (minta pertolongan). 

Akan tetapi ia menguatkan mushohabah karena mu‟tazilah berpendapat: Sesungguhnya manusia bersendirian pada perbuatannya. Apabila ia bersendirian pada perbuatannya, maka ia tidak membutuhkan Isti‟anah.

Sepintas penafsiran ar-Razi dalam menafsirka ar- Rahman dan ar-Rahim di ambil dari kata ar-Rahmah yang berarti kasih sayang, karena kasih sayang Allah tersirat dalam kedua lafadz ini. 

Ar Razi menyebutkan bahwa kasih sayang Allah adalah terbebas dari segala macam bahaya dan tercapainya harapan dari segala macam keinginan dan cita-cita. 

Beliau mengatakan bahwa untuk dapat memahami kasih sayang Allah, maka harus tahu segala macam penyakit dan bagaimana kemudian Allah mengilhamkan cara pengobatan kedalam pikiran para Dokter, 

Beliau juga mengatakan bahwa apabila seseorang sudah mampu menganalisa segala macam penyakit dan ngasih ilham dalam mengobatinya, maka dia akan bertemu dengan lautan yang tak bertepi. 

Sementara al-kasyaf menafsirkan lafadz ar-Rahman dan ar-Rahim beliau merinci, mulai dari asal kalimat, makna kalimat, dan segala macam perubahan maknanya, 

Beliau mengatakan bahwa Ar-rahman dan ar-rahim memiliki perbedaan yang cukup tipis, Ar-rahman adalah kenikmatan besar yakni memiliki rahmat yang luas yang tersebar untuk seluruh makhluk-Nya sementara Ar-rahim adalah kenikmatan Kecil yakni kasih sayang khusus untuk kaum muslimin dengan cintanya.

Menurut Ulama’ Tasawuf

Imam Al Qusyairi menafsirkan basmalah dalam tafsirnya sebagai berikut: Lafadz basmalah dalam ilmu tasawwuf tergolong dari Tabarruk (mengharap Berkah dengan perantara nama Allah) dan bukan qosam (bentuk lafadz Sumpah), 

Untuk membedakan antara tabarruk dan qosam, maka dalam lafadz basmalah menggunakan lafdz Ism setelah harf ba, karena apabila tidak ada lafadz Ism, maka ada kemungkinan untuk disebut Qosam.

Syekh Thantawi Jauhari dalam tafsirnya tidak banyak mengupas tentang basmalah, beliau juga hanya menyimpulkan bahwa basmalah memiliki keajaiban yang luar biasa, karena setiap sesuatu yang dimulai dengan basmalah menjadi berkah. 

Bahkan dalam beberapa cerita di katakan bahwa basmalah adalah wirid yang paling tajam dan memiliki pengaruh yang luar biasa.

Penjelasan As-Sulami tentang Basmalah dalam tafsirnya mengutip dari pendapat Ulama diantaranya :

1. Abul Qasim Al-hakim : Basmalah adalah Isyarat akan timbulnya perdamaian dan ketenangan

2. Junaid Al- Baghdadi : bismillah adalah kewibawaan Allah.

Al-Qusyairi dalam menafsirkan harf ba‟ dalam basmalah adalah huruf tadhmin (jaminan dari Allah), yakni karena Allah-lah kemudian makhluk dan penduduk bumi menjadi ada, segala isi daripada bumi 

Mulai dari pohon yang tumbuh, air yang mengalir, gunung yang menjulang tinggi mengangkasa, samudra dengan ombaknya yang saling bersahutan, burung yang terbang, matahari yang menyinari, bulan yang menerangi, dan semuanya daripada benda-benda semesta dan isi maya pada ini adalah ciptaan daripada Allah yang maha kuasa, Allah-lah yang mengaturnya dan membuat semuanya menjadi teratur nan indah.

Sebagian ahli sufi juga menuturkan bahwa Allah mengumpulkan seluruh ilmu di dunia dalam huruf ba‟, Yang merupakan kepanjangan dari:

“DenganKu (Allah) segala sesuatu yang telah ada telah menjadi ada, dan denganKu sesuatu yang akan ada (belum ada) akan menjadi ada, maka adanya alam itu sebab Aku dan tiada sesuatu yang benar-benar wujud bagi selain diriku kecuali atas namaKu.”

Ibnu Arabi mengungkap rahasia-rahasia harf ba‟ dalam basmalah bukan hanya ba‟ biasa yang biasanya kita kenal dengan Huruf abjad Hijaiyah yang terletak setelah alif dan dalam ilmu Nahwu di anggap salah satu harf jar. 

Itu semua benar, tetapi ba‟ dalam basmlah lebih tinggi dari semua itu. Ba‟ merupakan simbul tingkat maujud dan ba‟ merupakan menifestasi dari insan kamil, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam.

Al-Qusyairi menyebutkan bahwa ada beberapa Ulama yang mencoba untuk menafsiri huruf per-huruf dalam lafadz basmalah.

1. Ba‟

  1. Bahaullah ( kemuliaan Allah)
  2. Birrullah ( kebaikan dan anugrah Allah untuk para kekasihnya yang arif, berupa ilham wahyu ke ruhnya para nabi)
  3. Baroatullah ( allah membebaskan dari setiap kejelekan)

2. Sin

  1. Sarruhu (Allah membahagiakan para kekasihnya yang ahli Ma‟rifat untuk selalu dekat bersama Allah)
  2. Salamatuhu ( Allah menyelamatkan dari setiap kejelekan)
  3. Sanauhu ( pujian dari Allah untuk hambanya yang ahli Ta‟at)

3. Mim

  1. Minnatuhu ( anugrah Allah untuk para kekasihnya dan untuk orang orang yang berusaha mendekat Pada-Nya dengan melimpahi Rahmat kepada Mereka )
  2. Majduhu ( keagungan dan kecintaan Allah dengan segala sifatnya )
  3. Milkuhu ( kerajaan Allah yang agung)

Menurut Ulama’ Tafsir

Dalam Tafsir al-Maraghi Ali bin Abi Thalib berkata, “basmalah adalah penyebab datangnya keberkahan dan meninggalkannya menyebabkan kekacauan dalam segala urusan.

” Ali juga berkata, “Sesungguhnya seorang hamba jika ingin membaca atau mengerjakan suatu pekerjaan, lalu ia membaca lafadz Bismillahirrahmanirrahim, maka ia akan diberkati dalam perbuatan tersebut.”

Basmalah merupakan Ikrar dari seorang hamba dalam penyerahan dirinya bulatbulat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dalam segala aktifitasnya. 

Seorang Ulama‟ berpendapat bahwa basmalah itu adalah wujud dari keingin-dekatannya seorang hamba dengan penciptanya dengan penciptanya dengan pengharapan apa yang dikerjakannya ini akan selalu dilindungi oleh Allah, sehingga tidak hanya menterjemahkan basmalah secara harfiah: 

“Dengan menyebut nama Allah...” tetapi di artikannya sebagai: “Aku bersamaMu ya Allah... dengan melakukan segala aktifitas kehidupanku ini...”.

Adapun makna basmalah pada pembukaan surat al-Qur‟an menjadi syi‟ar kaum muslimin dalam mengekspresikan daya kekuatan untuk melakukan semua kegiatan. 

Contoh, saya memulai suatu pekerjaan dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang, (Bismillahirrahmanirrahim). Suatu pekerjaan yang dimulai dengan nama Allah arti bahwa semata-mata karena perintah Allah dan hanya untuk Allah”.

Imam Al-Qurthubi berkata : basmalah adalah sumpah tuhan kita yang diturunkan diawal surat. Dia bersumpah kepada hamba-hamba-Nya: 

“Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya lafadz yang aku letakkan untuk kalian disurat ini adalah suatu kebenaran, dan aku akan memenuhi semua yang aku jamin dalam surat ini, yaitu janji, kelembutanku dan kebaikan-ku. 

Selanjutnya beliau menambahkan, bahwa basmalah adalah sesuatu yang Allah turunkan didalam kitab kita, dan diberikan kepada umat.

Sedangkan pendapat yang di kemukakan oleh Syaikh Muhammad Abduh sebagaimana yang dikutip oleh Hasbi ash-Shidiqi yaitu, 

“Sesungguhnya pengucapan basmalah adalah manifestasi pembaca dalam usaha melepaskan diri dari perbuatan buruk yang dilakukan oleh dirinya pula sebagai pernyataan bahwasanya perbuatan itu dialamatkan kepada Allah dan atas perintah-Nya dan Takdir-Nya.”

Kemudian Quraish Shihab menambahkan yaitu, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala memulai Al-Qur‟an dengan basmalah dan memerintakan Nabi-Nya sejak dini pada wahyu pertama agar melakukan pembacaan dan semua aktifitas dengan nama Allah, 

Iqra‟ bismi Rabbika, maka tidak keliru jika basmalah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia agar memulai setiap aktivitasnya dengan nama Allah.

Begitu juga dengan pendapat Sayyid Qutub dalam tafsirnya bahwa memulai dengan nama Allah adalah Adab dan bimbingan pertama yang di wahyukan Allah kepada Nabi-Nya, Iqra‟ bismi Rabbika. 

Permulaan itu sesuai dengan kaidah utama ajaran Islam yang menyatakan bahwa Allah adalah al-Awwal wa al-Akhir wa azZahir wa al-Batin. 

Dia yang maha suci itu yang merupakan wujud memperoleh wujud yang haq, yang dari-Nya semua wujud memperoleh wujudnya, dan diri-Nya semuanya yang memiliki permulaan. Karena itu dengan nama-Nya sesuatu harus dimulai dengan nama-nya terlaksana setiap gerak dan arah.

Pada umumnya, kalimat Basmalah adalah kalimat yang pertama-tama tertulis nama Allah yang teragung lalu kemudian di ikuti oleh Rahman dam Rahim adalah bahwa yang pemula dari segalanya adalah sang pencipta (khaliq), lalu muncul kekuatan dan sifat-sifatnya yang memanifestasikan makna karunia dan ampunan.

Berikut ini penjelasan lafal-lafal dalam basmalah melalui pemaparan pendapat Ulama tafsir:

1. Dalam lafal “ Ba‟ ”

Ba‟ atau yang dibaca bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” mengandung satu kata/kalimat yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas di dalam benak ketika mengucapkan basmlah, yaitu kata memulai”. 

Sehingga bismillah berarti “Saya atau kami memulai apa yang yang kami kerjakan ini dalam konteks surat ini adalah membaca ayat-ayat al-Qur‟an dengan nama Allah”.

Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi semacam do‟a atau pernyataan dari pengucap bahwa ia memulai pekerjaannya atas nama Allah.

Atau dapat juga di artikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak terbentuk perintah) yang menyatakan, “Mulailah pekerjaanmu dengan nama Allah”. 

Kedua pendapat yang menyisipkan dalam benak kata “memulai” pada basmalah ini memiliki semangat yang sama, Yakni menjadikan (nama) Allah adalah sebenar-benarnya tempat kembali. 

Ada juga yang mengaitkan kata bi/dengan dengan memunculkan dalam benaknya “kekuasaan”. Pengucap basmalah, seakan-akan berkata, dengan kekuasaan Allah dan pertolongaan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana”. 

Pengucapnya ketika itu (seharusnya) sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. 

Dengan demikian ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya, tetapi dalam saat yang sama pula (setelah menghayati arti basmalah ini) ia memiliki kekuatan dan rasa percaya diri, karena ketika itu dia telah menyandarkan dirinya kepada Allah dan memohon bantuan yang maha kuasa itu.

2. Lafal “Ism”

Basmlah diawali dengan (bismi) ungkapan ini terdiri dari dua kosa kata benda al-ism “nama” yang didahulukan partikel huruf ba‟, kata benda Ism adalah lafal yang menunjukkan zat atau makna. 

Ulama bahasa berbeda pendapat tentang asal kata Ism dalam dua pendapat golongan Basrah, memandang bahwa kata itu berasal dari kata as-sumuw yang bermakna kemuliaan dan ketinggian oleh karena itu ada yang berpendapat nama seseorang mengangkat derajatnya sehingga ia dapat mengatasi orang lain.

Sedangkan golongan kuffah berpendapat bahwa nama kata Ψ§Ω„Ψ§Ψ³Ω… berasal dari kata ٔΨ§Ω„Ψ³Ω…Ω‡ yang bermakna “Ψ§Ω„ΨΉΩ„Ψ§Ω…Ω‡” “tanda”. Dikatakan demikian karena nama sesuatu menjadi tanda yang dimuat atau diberikan untuknya.

Kalau emang kata Ism maknanya begitu lantas apa gunanya lafal Ism disini? Tidak cukuplah bila langsung dengan Allah? Sementara Ulama menjawab bahwa nama menggambarkan subtansi sesuatu, sehingga kalau disini dikatakan dengan nama Allah maksudnya adalah Dengan Allah. 

Kata isim menurut mereka digunakan disini sebagai penguat. Dengan demikian makna harfiah dari kata tersebut tidak di maksudkan disini.

3. Lafal “Allah”

Kata Allah merupakan nama Tuhan yang paling populer. Apabila anda berkata “Allah” maka apa yang anda ucapkan itu, telah mencakup semua nama-nama-Nya yang lain. 

Tetapi jika hanya mengucapkan nama sifat-Nya saja, misal ar-Rahim, al-Malik, maka hanya menggambarkan sifat Rahmat dan kepemilikan-Nya saja. 

Di sisi lain, tidak satupun dapat di namai Allah, baik secara hakikat maupun majaz, sedang sifat-Nya yang lain secara umum dapat disandangkan oleh makhluk-makhluk-Nya.

Rasyid Ridha juga menjelasakan bahwa lafal Allah adalah lafal yang disebut al-Jalalah, karena menunjukkan nama zat yang mulia dan dimuliakan dan yang berhak disembah manusia. Ibnu Malik berpendapat bahwa lafal Allah adalah nama yang mulia yang khusus ditujukan kepada Allah.

Imam Musthafa al-Maraghi juga mengtakan bahwa Allah adalah isim alam, khusus ditujukan kepada yang wajib disembah secara benar, dan nama ini tidak boleh digunakan untuk selain Allah. 

Pada masa jahiliyah, jika bangsa arab ditanya mengenai siapakah yang menciptakan bumi dan langit, mereka memberikan jawaban “Allah”. 

Dan jika mereka ditanya apakah “tuhan” Lata dan Uzza dapat menciptakan suatu seperti Allah, mereka  menjawab “tidak”. 

Sedangkan kata Illah, adalah ism (nama) yang ditujukan setiap yang disembah haq maupun batil. Kemudian, kata ini banyak digunakan untuk sesembahan yang haq.

Maka dari itu tafsiran lafal “Allah” mencakup seluruh sifat kesempurnaan dilihat dari kecendrungan maknanya yang kuat terhadapnya sesuai dengan rahasia dzat-Nya yang menghendaki kehadiran sifat-sifat-Nya, berbeda dengan nama-nama lain yang tidak memiliki kecenderungan makna seperti itu karena tidak ada hal yang mengharuskan. 

Dan dalam penjelasan kata “Allah” terdapat simbol ketuhanan (uluhiyyah), dan dengan mengedepankan huruf Ψ¨ dalam lafal Allah dari “ Ψ¨Ψ³Ω… Ψ§Ω„Ω„Ω‡“menceritakan ketauhidan. 

Dan itu sesuai dengan apa yang di kehendaki kata Ω‚Ω„ yang diperkirakan dari kata Ψ§Ω‚Ψ±Ψ§ yang penyebutannya diperkirakan setelah basmalah, maka dari itu ia lebih menekankan kepada keikhlasan dan ketauhidan.

Dan sebagaimana dalam (Q.S al-Hashr:22-23) yang berbunyi:

Ω‡ُوَ Ψ§Ω„Ω„ّٰΩ‡ُ Ψ§Ω„َّΨ°ِΩ‰ۡ Ω„َΨ§ۤ Ψ§ِΩ„ٰΩ‡َ Ψ§ِΩ„َّΨ§ Ω‡ُوَ‌ ۚ ΨΉٰΩ„ِΩ…ُ Ψ§Ω„ۡΨΊَيۡΨ¨ِ وَΨ§Ω„Ψ΄َّΩ‡َΨ§Ψ―َΨ©ِ‌ ۚ Ω‡ُوَ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ۡΩ…ٰΩ†ُ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ِيۡΩ…ُ‏ Ω’Ω’ Ω‡ُوَ Ψ§Ω„Ω„ّٰΩ‡ُ Ψ§Ω„َّΨ°ِΩ‰ۡ Ω„َΨ§ۤ Ψ§ِΩ„ٰΩ‡َ Ψ§ِΩ„َّΨ§ Ω‡ُوَ‌ۚ Ψ§َΩ„ۡΩ…َΩ„ِΩƒُ Ψ§Ω„ۡΩ‚ُΨ―ُّوۡΨ³ُ Ψ§Ω„Ψ³َّΩ„ٰΩ…ُ Ψ§Ω„ۡΩ…ُΨ€ۡΩ…ِΩ†ُ Ψ§Ω„ۡΩ…ُΩ‡َيۡΩ…ِΩ†ُ Ψ§Ω„ۡΨΉَΨ²ِيۡΨ²ُ Ψ§Ω„ۡΨ¬َΩ€Ψ¨َّΨ§Ψ±ُ Ψ§Ω„ۡΩ…ُΨͺَΩƒَΨ¨ِّΨ±ُ‌ؕ Ψ³ُΨ¨ۡΨ­ٰΩ†َ Ψ§Ω„Ω„ّٰΩ‡ِ ΨΉَΩ…َّΨ§ يُΨ΄ۡΨ±ِΩƒُوۡΩ†َ Ω’Ω£

“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”

Dan Surat al-Ikhlas ayat 1-4 :

Ω‚ُΩ„ۡ Ω‡ُوَ Ψ§Ω„Ω„ّٰΩ‡ُ Ψ§َΨ­َΨ―ٌ‌ Ω‘ Ψ§َΩ„Ω„ّٰΩ‡ُ Ψ§Ω„Ψ΅َّΩ…َΨ―ُ‌ Ω’ Ω„َΩ…ۡ يَΩ„ِΨ―ۡ ۙ وَΩ„َΩ…ۡ يُوۡΩ„َΨ―ۡ Ω£ وَΩ„َΩ…ْ يَΩƒُΩ† Ω„َّΩ‡ُΫ₯ ΩƒُفُوًΨ§ Ψ£َΨ­َΨ―ٌۢΩ€

”Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

4. Lafal “Rahman” dan “Rahim”

Ar-Rahman mengisyaratkan sistem keadilan dan ihsan. Sedangkan arRahim mengarah kepada kebangkitan. Untuk mengetahui bagaimana arRahman dan ar-Rahim mengarah keadilan dan kebangkitan. 

Jika dicermati lebih jauh, para ulama Ibnu Katsir berpendapat bahwa sifat ar-Rahman dan ar-Rahim, dua kalimat pecahan dari rahmatun untuk menyebut kelebihan, dan kata rahman lebih luas dari rahim. Sebab rahim menguatkan rahman.

Dan menurut Rasyid Ridha kata ar-Rahman dan ar-Rahim yang berakar dari kata Rahmat yakni yang memiliki rahmat karunia yang tidak ada bandingan bagi-Nya dalam bentuk rahmat. Sifat ar-Rahman adalah sifat Allah yang maha pengasih di dunia, dan ar-Rahim adalah sifat Allah yang maha penyayang di akhirat.

Mutawalli as-Sya‟rawi dalam tafsirnya menerangkan bahwa makna sifat ar-Rahman adalah rahmat Allah berlaku semua manusia di dunia otomatis mencakup mukmin dan kafir tanpa memandang iman. 

Allah tetap memberikan kepada mereka semua kebutuhan hidup dan tidak langsung menghukum mereka. Ia (Allah) selalu memafkan hamba-hamba-Nya.

Akan tetapi makna sifat Ar-Rahim adalah rahmat Allah yang di khususkan kepada orang Mukmin saja, sedangkan kaum kuffar dan musyrikin dikeluarkan dari rahmat Allah. 

Dengan demikian orang yang masuk dalam rahmat-Nya di akhirat kelak jumlah-Nya lebih sedikit. Ar-Rahman dan ar-Rahim termasuk as-sighat mubalaghoh. 

Kata rahima mempunyai sifat al-mubalaghoh: rahim bermakna berlebih-lebihan dalam kasih sayang, dan rahman bermakna berlebih-lebihan dalam kasih sayang juga, namun kedua-duanya berbeda dalam tugas, rahman untuk dunia dan rahim untuk akhirat. 

Timbullah pertanyaan kenapa di ungkapkan dengan sighat mubalaghoh? Jawabnya: Mubalaghoh disini bermakna kekekalan mendapat nikmat.” Yaitu nikmatnya di akhirat lebih besar dan lebih banyak daripada di dunia. 

Seolah-olah mubalaghoh di dunia dengan nikmat yang umum untuk semua makhluk. Sedangkan mubalaghoh di akhirat berarti kekhususan dan kekalan nikmat untuk orang mukmin saja.

Maka jelaslah apa yang di maksud dari ar-Rahman merupakan sifat keadilan Allah Subhanahu Wa Ta'ala pada seluruh makhluknya (mukmin dan kafir) di dunia.

Dan ar-Rahim adalah sifat Allah yang maha penyayang khusus orang mukmin di akhirat (mengarah pada kebangkitan)

0 Response to "TAFSIR BASMALAH MENURUT ULAMA"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak