Gangguan Jiwa

Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas kehidupan dan disfungsi. 

Hal tersebut mencerminkan disfungsi psikologis, bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun konflik dengan masyarakat (Stuart, 2013). 

Sedangkan menurut Keliat, (2011) gangguan jiwa merupakan pola perilaku, sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan dengan penderitaan, distress dan menimbulkan hendaya pada lebih atau satu fungsi kehidupan manusia.

Menurut American Psychiatric Association atau APA mendefinisikan gangguan jiwa pola perilaku/ sindrom, psikologis secara klinik terjadi pada individu berkaitan dengan distres yang dialami. 

Misalnya gejala menyakitkan, ketunadayaan dalam hambatan arah fungsi lebih penting dengan peningkatan resiko kematian, penderitaan, nyeri, kehilangan kebebasan yang penting dan ketunadayaan (O’Brien, 2013).

Gangguan jiwa adalah bentuk dari manifestasi penyimpangan perilaku akibat distorsi emosi sehingga ditemukan tingkah laku dalam ketidak wajaran. 

Hal tersebut dapat terjadi karena semua fungsi kejiwaan menurun (Nasir, Abdul & Muhith, 2011).

Menurut Videbeck dalam Nasir, (2011) mengatakan bahwa kriteria umum gangguan adalah sebagai berikut :

  1. Tidak puas hidup di dunia.
  2. Ketidak puasan dengan karakteristik, kemampuan dan prestasi diri.
  3. Koping yang tidak afektif dengan peristiwa kehidupan.
  4. Tidak terjadi pertumbuhan personal.

Menurut Keliat dkk dalam Prabowo, (2014) mengatakan ada juga ciri dari gangguan jiwa yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

  1. Mengurung diri.
  2. Tidak kenal orang lain.
  3. Marah tanpa sebab.
  4. Bicara kacau.
  5. Tidak mampu merawat diri.

Penyebab gangguan jiwa

Penyebab ganggua jiwa yang terdapat pada unsur kejiwaan, akan tetapi ada penyebab utama mungkin pada badan (Somatogenik), di Psike (Psikologenik), kultural (tekanan kebudayaan) atau dilingkungan sosial (Sosiogenik) dan tekanan keagamaan (Spiritual).

Dari salah satu unsur tersebut ada satu penyebab menonjol, biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi ada beberapa penyebab pada badan, jiwa dan lingkungan kultural-Spiritual sekaligus timbul dan kebetulan terjadi bersamaan. Lalu timbul gangguan badan atau jiwa (Maramis, 2009).

Menurut Yusuf, (2015) penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling mempengaruhi yaitu sebagai berikut:

1. Faktor somatic organobiologis atau somatogenik.

  1. Nerofisiologis.
  2. Neroanatomi.
  3. Nerokimia.
  4. Faktor pre dan peri-natal.
  5. Tingkat kematangan dan perkembangan organik.

2. Faktor psikologik (Psikogenik).

1. Peran ayah.

2. Interaksi ibu dan anak.

Normal rasa aman dan rasa percaya abnormal berdasarkan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan), kekurangan.

3. Inteligensi.

4. Saudara kandung yang mengalami persaingan.

5. Hubungan pekerjaan, permainan, masyarakat dan keluarga.

6. Depresi, kecemasan, rasa malu atau rasa salah mengakibatkan kehilangan.

7. Keterampilan, kreativitas dan bakat.

8. Perkembangan dan pola adaptasi sebagai reaksi terhadap bahaya.

3. Faktor sosio-budaya (Sosiogenik) :

  1. Pola dalam mengasuh anak.
  2. Kestabilan keluarga.
  3. Perumahan kota lawan pedesaan.
  4. Tingkat ekonomi.
  5. Pengaruh keagamaan dan pengaruh sosial.
  6.  Masalah kelompok minoritas, meliputi fasilitas kesehatan dan prasangka, kesejahteraan yang tidak memadai dan pendidikan.
  7. Nilai-nilai.

Dari faktor-faktor ketiga diatas, terdapat beberapa penyebab lain dari penyebab gangguan jiwa diantaranya adalah sebagai berikut :

1.Genetika.

Individu atau angota keluarga yang memiliki atau yang mengalami gangguan jiwa akan kecenderungan memiliki keluarga yang mengalami gangguan jiwa, akan cenderung lebih tinggi dengan orang yang tidak memiliki faktor genetik.

2. Sebab biologik.

1. Keturunan.

Peran penyebab belum jelas yang mengalami gangguan jiwa, tetapi tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.

2. Temperamen.

Seseorang terlalu peka atau sensitif biasanya mempunyai masalah pada ketegangan dan kejiwaan yang memiliki kecenderungan akan mengalami gangguan jiwa.

3. Jasmaniah.

Pendapat beberapa penyidik, bentuk tubuh seorang bisa berhubungan dengan gangguan jiwa, seperti bertubuh gemuk cenderung menderita psikosa manik defresif, sedangkan yang kurus cenderung menjadi skizofrenia.

4. Penyakit atau cedera pada tubuh.

Penyakit jantung, kanker dan sebagainya bisa menyebabkan murung dan sedih. Serta, cedera atau cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.

3. Sebab psikologik.

Dari pengalaman frustasi, keberhasilan dan kegagalan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya di kemudian hari.

4. Stress.

Stress perkembangan, psikososial terjadi secara terus menerus akan mendukung timbulnya gejala manifestasi kemiskinan, pegangguran perasaan kehilangan, kebodohan dan isolasi sosial.

5. Sebab sosio kultural.

1, Cara membesarkan anak yang kaku, hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak setelah dewasa akan sangat bersifat agresif, pendiam dan tidak akan suka bergaul atau bahkan akan menjadi anak yang penurut.

2. Sistem nilai, perbedaan etika kebudayaan dan perbedaan sistem nilai moral antara masa lalu dan sekarang akan sering menimbulkan masalah kejiwaan.

3. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi, dalam masyarakat kebutuhan akan semakin meningkat dan persaingan semakin meningkat. Memacu orang bekerja lebih keras agar memilikinya, jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar sehingga pegangguran meningkat

6. Perkembangan psikologik yang salah.

Ketidak matangan individu gagal dalam berkembang lebih lanjut. Tempat yang lemah dan disorsi ialah bila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai, gagal dalam mencapai integrasi kepribadian yang normal .

Tanda dan gejala gangguan jiwa.

Tanda dan gejala gangguan jiwa adalah sebagai berikut :

1. Ketegangan (Tension) 

Merupakan murung atau rasa putus asa, cemas, gelisah, rasa lemah, histeris, perbuatan yang terpaksa (Convulsive), takut dan tidak mampu mencapai tujuan pikiran- pikiran buruk

2. Gangguan kognisi.

Merupakan proses mental dimana seorang menyadari, mempertahankan hubungan lingkungan baik, lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (Fungsi mengenal) Proses kognisi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gangguan persepsi.

Persepsi merupakan kesadaran dalam suatu rangsangan yang dimengerti. Sensasi yang didapat dari proses asosiasi dan interaksi macam-macam rangsangan yang masuk. Yang termasuk pada persepsi adalah

1. Halusinasi Halusinasi merupakan seseorang memersepsikan sesuatu dan kenyataan tersebut tidak ada atau tidak berwujud.

Halusinasi terbagi dalam halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran, halusinasi raba, halusinasi penciuman, halusinasi sinestetik, halusinasi kinetic.

2. Ilusi adalah persepsi salah atau palsu (interprestasi) yang salah dengan suatu benda.

3. Derealisi yaitu perasaan yang aneh tentang lingkungan yang tidak sesuai kenyataan.

4. Depersonalisasi merupakan perasaan yang aneh pada diri sendiri, kepribadiannya terasa sudah tidak seperti biasanya dan tidak sesuai kenyataan 

2.Gangguan sensasi.

Seorang mengalami gangguan kesadaran akan rangsangan yaitu rasa raba, rasa kecap, rasa penglihatan, rasa cium, rasa pendengaran dan kesehatan 

3. Gangguan kepribadian.

Kepribadian merupakan pola pikiran keseluruhan, perilaku dan perasaan yang sering digunakan oleh seseorang sebagai usaha adaptasi terus menerus dalam hidupnya. 

Gangguan kepribadian misalnya gangguan kepribadian paranoid, disosial, emosional tak stabil. Gangguan kepribadian masuk dalam klasifikasi diagnosa gangguan jiwa.

4. Gangguan pola hidup

Mencakup gangguan dalam hubungan manusia dan sifat dalam keluarga, rekreasi, pekerjaan dan masyarakat. 

Gangguan jiwa tersebut bisa masuk dalam klasifikasi gangguan jiwa kode V, dalam hubungan sosial lain misalnya merasa dirinya dirugikan atau dialang-alangi secara terus menerus. 

Misalnya dalam pekerjaan harapan yang tidak realistik dalam pekerjaan untuk rencana masa depan, pasien tidak mempunyai rencana apapun.

5. Gangguan perhatian.

Perhatian ialah konsentrasi energi dan pemusatan, menilai suatu proses kognitif yang timbul pada suatu rangsangan dari luar.

6. Gangguan kemauan.

Kemauan merupakan dimana proses keinginan dipertimbangkan lalu diputuskan sampai dilaksanakan mencapai tujuan. Bentuk gangguan kemauan sebagai berikut :

  1. Kemauan yang lemah (abulia) adalah keadaan ini aktivitas akibat ketidak sangupan membuat keputusan memulai satu tingkah laku.
  2. Kekuatan adalah ketidak mampuan keleluasaan dalam memutuskan dalam mengubah tingkah laku.
  3. Negativisme adalah ketidak sangupan bertindak dalam sugesti dan jarang terjadi melaksanakan sugesti yang bertentangan.
  4. Kompulasi merupakan dimana keadaan terasa terdorong agar melakukan suatu tindakan yang tidak rasional 

7. Gangguan perasaan atau emosi (Afek dan mood)

Perasaan dan emosi merupakan spontan reaksi manusia yang bila tidak diikuti perilaku maka tidak menetap mewarnai persepsi seorang terhadap disekelilingnya atau dunianya. 

Perasaan berupa perasaan emosi normal (adekuat) berupa perasaan positif (gembira, bangga, cinta, kagum dan senang). 

Perasaan emosi negatif berupa cemas, marah, curiga, sedih, takut, depresi, kecewa, kehilangan rasa senang dan tidak dapat merasakan kesenangan.

Bentuk gangguan afek dan emosi menurut Yosep, (2007) dapat berupa:

  1. Euforia yaitu emosi yang menyenangkan bahagia yang berlebihan dan tidak sesuai keadaan, senang gembira hal tersebut dapat menunjukkan gangguan jiwa. Biasanya orang yang euforia percaya diri, tegas dalam sikapnya dan optimis.
  2. Elasi ialah efosi yang disertai motorik sering menjadi berubah
  3. mudah tersinggung.
  4. Kegairahan atau eklasi adalah gairah berlebihan disertai rasa damai, aman dan tenang dengan perasaan keagamaan yang kuat.
  5. Eksaltasi yaitu berlebihan dan biasanya disertai dengan sikap kebesaran atau waham kebesaran.
  6. Depresi dan cemas ialah gejala dari ekpresi muka dan tingkah laku yang sedih.
  7. Emosi yang tumpul dan datar ialah pengurangan atau tidak ada sama sekali tanda-tanda ekspresi afektif.

8. Gangguan pikiran atau proses pikiran (berfikir).

Pikiran merupakan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang. Berfikir ialah proses menghubungkan ide, membentuk ide baru, dan membentuk pengertian untuk menarik kesimpulan. 

Proses pikir normal ialah mengandung ide, simbol dan tujuan asosiasi terarah atau koheren Menurut Prabowo, gangguan dalam bentuk atau proses berfikir adalah sebagai berikut :

  1. Gangguan mental merupakan perilaku secara klinis yang disertai dengan ketidak mampuan dan terbatasnya pada hubungan seseorang dan masyarakat.
  2. Psikosis ialah ketidak mampuan membedakan kenyataan dari fantasi, gangguan dalam kemampuan menilai kenyataan.
  3. Gangguan pikiran formal merupakan gangguan dalam bentuk masalah isi pikiran formal merupakan gangguan dalam bentuk masalah isi pikiran, pikiran dan proses berpikir mengalami gangguan.

9. Gangguan psikomotor

Gangguan merupakan gerakan badan dipengaruhi oleh keadaan jiwa sehinggga afek bersamaan yang megenai badan dan jiwa, juga meliputi perilaku motorik yang meliputi kondisi atau aspek motorik dari suatu perilaku. 

Gangguan psikomotor berupa, aktivitas yang menurun, aktivitas yang meningkat, kemudian yang tidak dikuasai, berulang-ulang dalam aktivitas. 

Gerakan salah satu badan berupa gerakan salah satu badan berulang-ulang atau tidak bertujuan dan melawan atau menentang terhadap apa yang disuruh.

10. Gangguan ingatan.

Ingatan merupakan kesangupan dalam menyimpan, mencatat atau memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses ini terdiri dari pencatatan, pemangilan data dan penyimpanan data.

11. Gangguan asosiasi.

Asosiasi merupakan proses mental dalam perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung menimbulkan kesan atau ingatan respon atau konsep lain yang memang sebelumnya berkaitan

dengannya. Kejadian yang terjadi, keadaan lingkungan pada saat itu, pelangaran atau pengalaman sebelumnya dan kebutuhan riwayat emosionalnya.

12. Gangguan pertimbangan.

Gangguan pertimbangan merupakan proses mental dalam membandingkan dan menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja memberikan nilai dalam memutuskan aktivitas.

Klasifikasi gangguan jiwa.

Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal. 

Keabnormalan tersebut dapat dibedakan menjadi :

1. Neurosis atau gangguan jiwa.

Neurosis atau gangguan jiwa merupakan gangguan jiwa ditandai dengan kecemasan, biasanya gejala tidak tenang dan menekan lainnya. Sementara pemeriksaan realitasnya tetap utuh. 

Orang yang terkena neurosis masih merasakan kesukaran, mengetahui serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam kenyataan pada umumnya.

Neurosis memiliki karakteristik sebagai berikut :

  1. Uji realitas lengkap.
  2. Gejala kelompok yang menganggu dan dikenal sebagai sesuatu yang asing dan tidak dapat diterima oleh individu.
  3. Gangguan cukup lama atau kambuh kembali jika tanpa pengobatan, bukan merupakan reaksi terhadap stressor, perilaku tidak menganggu normal sosial dan tidak terlihat adanya penyebab dan faktor organik.

2. Psikosis atau sakit jiwa.

Psikosis atau sakit jiwa merupakan gangguan jiwa yang dapat memnyebabkan individu mengalami gangguan nyata pada disintegrasi kepribadian berat, pemeriksaan realitas dan hambatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Orang yang terkena psikosis tidak memahami kejadiannya dan perasaan, segi tanggapan, dorongan, motivasi terganggu, kesukaran-kesukarannya dan tidak ada integritas mereka hidup jauh dari alam kenyataan . 

Psikosis memiliki karakteristik sebagai berikut :

  1. Disentegrasi kepribadian.
  2. Penurunan bermakna pada tingkat kesadaran.
  3. Perilaku agresif.
  4. Kesulitan yang besar dalam berfungsi secara adekuat, kerusakan yang nyata atau berat pada realitas.

Klasifikasi gangguan jiwa menurut PPGDJ dalam Keliat, adalah sebagai berikut :

1. Gangguan organik dan somatik.

1. Gangguan organik dan somatik.

  • F00 – F09 (Gangguan mental organik), termasuk gangguan mental simtomatik.

2. Gangguan akibat alkohol dan obat atau zat.

  • F10 – F19 (Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat Psikoaktif).

2. Gangguan mental psikotik.

1. Sizofrenia dan gangguan yang terbaik.

  • F20 – F29 (Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan

waham).

2. Gangguan afektif.

  • F30 – F39 (Gangguan suasana perasaan mood atau afektif).

3. Gangguan neurotik dan gangguan kepribadian.

1. Gangguan neurotik.

  • F40 – F48 ( Gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berhubungan dengan stres).

2. Gangguan kepribadian dan perilaku masa depan.

  1. F50 – F59 (Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologi dan faktor fisik).
  2. F60 – F69 (Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa).

4. Gangguan masa kanak, remaja dan perkembangan.

  1. F70 – F79 (Retardasi mental).
  2. F80 – F89 (Gangguan perkembangan psikologis).
  3. F90 – F98 (Gangguan perilaku dan emosional dengan onset).

Jenis gangguan jiwa

Berikut ini ialah jenis gangguan jiwa yang sering ditemukan di masyarakat menurut Nasir, (2011) adalah sebagai berikut:

1. Skizofrenia 

Merupakan kelainan jiwa ini menunjukkan gangguan dalam fungsi kognitif atau pikiran berupa disorganisasi, jadi gangguannya adalah mengenai pembentukan isi serta arus pikiran.

2. Depresi 

Merupakan salah satu gangguan jiwa pada alam perasaan afektif dan mood ditandai dengan kemurungan, tidak bergairah, kelesuan, putus asa, perasaan tidak berguna dan sebagainya. 

Depresi adalah salah satu gangguan jiwa yang ditentukan banyak pada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi. Hal ini erat kaitannya dengan ketidak mampuan, kemiskinan atau ketidaktahuan masyarakat.

3. Cemas 

Merupakan gejala kecemasan baik kronis maupun akut merupakan komponen utama pada semua gangguan psikiatri. Komponen kecemasan dapat berupa bentuk gangguan fobia, panik, obsesi komplusi dan sebagainya.

4. Penyalahgunaan narkoba dan HIV/ AIDS.

Di Indonesia penyalah gunaan narkotika sekarang sudah menjadi ancaman yang sangat serius bagi kehidupan Negara dan bangsa.

Gambaran besarnya masalah pada narkoba diketahui bahwa kasus penggunaan narkoba di Indonesia pertahunnya meningkat rata-rata 28,95. 

Meningkatnya dalam penggunaan narkotika ini juga berbanding lurus dengan peningkatan sarana dan dana. 

Para ahli epidemiologi kasus HIV atau AIDS di Indonesia sebanyak 80ribu sampai 120ribu orang dari jumlah tersebut yang terinfeksi melalui jarum suntik adalah 80%.

5. Bunuh diri, 

Dalam keadaan normal angka bunuh diri berkisaran antara 8-50 per100ribu orang. Dengan kesulitan ekonomi angka ini meningkat 2 sampai 3 lebih tinggi. 

Angka bunuh diri pada masyarakat akan meningkat, berkaitan penduduk bertambah cepat, kesulitan ekonomi dan pelayanan kesehatan. Seharusnya bunuh diri sudah harus menjadi masalah kesehatan pada masyarakat yang besar .

0 Response to "Gangguan Jiwa"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak