Hubungan Konflik Dengan Prasangka Kelompok

Prasangka dapat terlihat dalam berbagai bentuk, baik untuk kelompok kita sendiri dan untuk beberapa kelompok lainnya. 

Myres menyatakan prasangka adalah penilaian negatif yang telah dimiliki sebelumnya terhadap satu kelompok dan masing-masing anggota kelompoknya. Kompetisi merupakan suatu sumber frustasi utama yang dapat memperkuat prasangka.

Ketika dua kelompok bersaing untuk pekerjaan, tempat tinggal, atau tingkat sosial, pemenuhan tujuan dari satu kelompok dapat menjadi sumber frustasi bagi kelompok lain. 

Oleh karena itu, teori konflik kelompok realistik menyebutkan bahwa prasangka meningkat ketika kelompok berkompetisi atau bersaing untuk sumber-sumber yang keberadaannya jarang.

Persaingan satu sama lain dengan tujuan tertentu dari masing-masing individu dari kelompok yang berbeda tentu saja dapat menimbulkan konflik lansung antar kelompok, yang menjadi salah satu faktor prasangka. 

Baron & Byrne menyatakan bahwa ketika kelompok bersaing satu sama lain untuk memperoleh sumber daya yang berharga seperti, pekerjaan, perumahan, kesempatan dan pendidikan, mereka memandang satu sama lain dengan pandangan negatif yang terus meningkat.

Menurut teori konfllik realistik, prasangka timbul karena kompetisi sosial yang berbeda untuk meraih kesempatan atau sumber daya yang terbatas. 

Persaingan memperebutkan sumberdaya yang terbatas seringkali berujung pada timbulnya konflik antara pihak-pihak yang berkompetisi. Konflik antar kelompok yang membesar akan menyebarkan prasangka dan disrkriminasi

Prasangka sebagai hasil dari konflik karena konsekuensi munculnya sikap permusuhan terhadap kelompok lain.

Sebagai contoh penelitian lain yang berjudul “hubungan anatara harga diri dengan prasangka etnis Dayak pada Etnis Madura menyatakan kekerasan antara etnis Dayak dan etnis Madura di Kalimantan telah menyebarkan prasangka diantara etnis Dayak terhadap etnis Madura. 

Padahal mungkin saja sebelum kerusuhan terjadi banyak diantara mereka yang memiliki hubungan yang sangat baik.

 Baron & Byrne menyatakan konflik langsung antar kelompok sebagai faktor prasangka yaitu prasangka muncul karena kompetisi antar kelompok sosial untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga yang berkembang menjadi kebencian, prasangka, dan dasar emosi. 

Dengan adanya prasangka kelompok akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang dalam berbagai situasi pada anggota kelompok lain (outgroup). 

Prasangka dapat menjadikan seseorang atau kelompok tertentu tidak mau bergabung atau bersosialisasi dengan kelompok lain.

 Ahmadi juga menyatakan prasangka berkaitan erat dengan komponen-komponen sikap yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Prasangka erat kaitannya dengan perasaan subjektif seseorang yang ditujukan pada orang lain ataupun kelompok tertentu. 

Myers menyatakan situasi melahirkan dan mempertahankan prasangka dalam beberapa cara, kelompok yang menikmati superioritas sosial dan ekonomi akan sering kali menggunakan keyakinan prasangkanya untuk meneguhkan posisi istimewanya. 

Pernyataan tersebut didukung dengan penelitian Marlina bahwa seseorang yang berada dalam superioritas akan mempertahankan posisinya dan membenci orang lain maupun kelompok lain yang mencoba merebut posisi superioritasnya. 

Hal tersebut menjadi kompetisi yang terus menerus berlanjut pada setiap individu maupun kelompok. Kelompok lain dianggap sebagai penghambat suatu tujuan.

Prasangka kelompok pada siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, pengalaman awal berdasarkan pembelajaran sosial, kategorisasi sosial, stereotip, mekanisme kognitif, komformitas, bias dalam kelompok dan tidak kalah penting adalah konflik langsung antar kelompok. 

Bentuk konflik langsung antar kelompok tergambar pada kompetisi antar kelompok sosial untuk memperoleh kesempatan dan komoditas yang berharga yang berkembang menajadi kebencian, prasangka dan dasar emosi. 

Wujud dari prasangka kelompok tersebut adalah perilaku negatif yang tidak pada tempatnya kepada satu kelompok dan anggota kelompok, perilaku negatif tersebut adalah perilaku agresi dan diskriminasi. 

Untuk mengurangi wujud dari prasangka yang disebabkan oleh konflik langsung antar kelompok. 

0 Response to " Hubungan Konflik Dengan Prasangka Kelompok"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak