Pengaruh Keharmonisan Keluarga terhadap Prestasi Belajar

Keluarga merupakan sebuah kelompok masyarakat yang di dalamnya terikat hubungan darah maupun hubungan sosial. 

Sebagai komunitas terkecil, keluarga memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas. 

Setiap keluarga pasti akan menginginkan kehidupan yang bahagia dan harmonis. Hal tersebut dapat tercipta dengan adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga.

Djamarah berpendapat bahwa komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara vertikal dan horizontal. 

Dari dua jenis komunikasi ini berlangsung secara silih berganti, komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ayah, ibu, dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak, dan komunikasi antara anak dan anak. 

Dalam rangka mengakrabkan hubungan keluarga, komunikasi yang harmonis perlu dibangun secara timbal balik dan silih berganti antara orang tua dan anak dalam keluarga.

Orang tua sebagai pemimpin adalah faktor penentu dalam menciptakan keakraban di keluarga. Keakraban tersebut dipengaruhi oleh tipe-tipe kepemimpinan dalam keluarga. 

Tipe kepemimpinan ini yang akan menentukan komunikasi yang berlangsung dalam kehidupan keluarga. 

Contohnya, kehidupan keluarga yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang otoriter maka akan melahirkan suasana yang berbeda dengan kehidupan keluarga yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang demokratis.

Persoalan muncul ketika kepemimpinan yang diterapkan oleh orang tua tidak mampu menciptakan suasana kehidupan keluarga yang kondusif, misalnya sering terjadi konflik antar orang tua, orang tua dengan anak, atau anak dengan anak. 

Konflik antar orang tua yang sudah tidak dapat dibicarakan lagi akan berdampak pada perceraian. Akhirnya, akan terjadi kerenggangan dan kesenjangan dalam keluarga. Hal ini diperkuat dengan pendapat Wasliman dalam

Susanto menyatakan “keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam prestasi belajar peserta didik.”

Jadi, prestasi belajar anak di sekolah dipengaruhi oleh kondisi yang harmonis maupun tidak harmonis dalam keluarga. Keluarga yang harmonis akan selalu mendukung, memotivasi, dan membimbing anak agar dapat belajar dengan baik. 

Orang tua akan selalu mengusahakan agar anak dapat terpenuhi fasilitasfasilitas belajar, seperti buku, tas, pensil dan lain sebagainya. Tidak hanya dari segi materi saja, namun dari segi spiritual juga. 

Nasihat dan motivasi yang yang selalu disampaikan orang tua merupakan bukti dari adanya komunikasi yang terjalin baik di dalam keluarga. Dengan demikian, maka anak akan giat belajar di sekolah sehingga prestasi belajar akan baik.

Sebaliknya, kondisi keluarga yang kurang harmonis akan berdampak kurang baik terhadap prestasi belajar anak di sekolah. Sering terjadinya konflik di dalam keluarga, menjadikan anak akan kesulitan ketika belajar di rumah. 

Selain itu, kesibukan orang tua terhadap pekerjaan menyebabkan anak kurang mendapat perhatian dalam kegiatan belajar. Sesibuk-sibuknya orang tua terhadap pekerjaan, sebaiknya tetap meluangkan waktunya untuk memperhatikan kegiatan belajar anak ketika di sekolah. 

Walaupun hanya sekedar menanyakan pekerjaan rumah atau apa saja yang sudah dilakukan anak ketika berada di sekolah. Hal-hal tersebut yang mengakibatkan prestasi belajar siswa di sekolah akan menurun

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Prestasi Belajar

Setiap orang tua menggunakan cara yang berbeda-beda dalam mendidik dan mendisiplinkan anaknya. Cara mendidik orang tua terhadap anak ini biasa disebut dengan pola asuh. 

Menurut Djamarah, “pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.”

Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan perhatian, peraturan disiplin, hadiah, dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. 

Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi, kemudian menjadi kebiasaan bagi anak-anaknya.

Seperti yang disebutkan Hurlock bahwa pola asuh dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. 

Pada pola asuh otoriter, orang tua lebih bersikap kaku dan keras terhadap anak. Sedangkan orang tua lebih bersikap menghargai pendapat anak pada pola asuh demokratis. Serta pada pola asuh permisif, orang tua bersikap tidak perhatian dan peduli terhadap anak. 

Orang tua kadang-kadang menggunakan salah satu dari ketiga pola asuh ini untuk mendidik anak. Namun, tidak jarang mereka juga menggunakan semuanya tergantung situasi dan kondisi.

Pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anaknya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar di sekolah. Orang tua yang menerapkan pola otoriter akan cenderung menuntut anak untuk selalu belajar dengan giat dan mendapatkan prestasi belajar yang baik. 

Apabila anak tidak memenuhi keinginan orang tua maka akan mendapatkan hukuman. Sedangkan pada pola asuh demokratis, orang tua lebih sedikit mengendorkan peraturan yang diterapkan. 

Anak diberikan kebebasan dan tanggung jawab untuk belajar. Anak diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai keinginannya dengan syarat prestasi belajar di sekolah tetap baik.

Biasanya orang tua akan memberikan penghargaan apabila anak mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan. Lalu, pada pola asuh permisif, orang tua tidak peduli dan tidak perhatian pada kegiatan anak di sekolah. 

Hal ini menyebabkan anak akan bersikap malas-malasan ketika belajar di sekolah yang akan berdampak pada prestasi belajar yang kurang optimal. 

Pengaruh Keharmonisan Keluarga dan Pola Asuh Orang Tua terhadap Prestasi Belajar 

Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang setiap anggotanya selalu berusaha mewujudkan suasana yang penuh keakraban, kehangatan, dan kebahagiaan melalui komunikasi yang hamonis antar anggota. Komunikasi tersebut berlangsung saat terjadinya berbagai aktivitas dalam keluarga. 

Misalnya, pada waktu makan bersama, beribadah bersama, kerja bakti, atau saat pergi rekreasi bersama seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, hubungan setiap anggota keluarga akan terjalin dengan baik.

Hubungan antara orang tua dan anak dipengaruhi oleh persepsi anak terhadap pola asuh yang diiterapkan orang tua. 

Hurlock menyatakan “semakin otoriter pendidikan anak, semakin mendendam anak itu dan semakin besar kemungkinan anak akan senang melawan dan tidak patuh secara sengaja.”

Perilaku ini dapat menyebabkan memburuknya hubungan orang tua dan anak seiring bertambahnya usia anak.

Hubungan dengan anggota keluarga sangat mempengaruhi pekerjaan di sekolah dan sikap anak terhadap sekolah. 

Hubungan keluarga yang sehat dan bahagia menimbulkan dorongan untuk berprestasi, sedangkan hubungan yang tidak sehat dan tidak bahagia menimbulkan ketengangan emosional yang biasanya memberi efek yang buruk pada kemampuan berkonsentrasi dan kemampuan untuk belajar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga yang dikatakan harmonis yaitu apabila setiap anggota keluarga selalu mengusahakan kondisi keluarga yang bahagia, nyaman dan selalu menjalin komunikasi yang baik. 

Pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi hubungan keduanya. Apabila orang tua mampu menerapkan pola asuh yang tepat pada anak, maka hubungan orang tua dan anak akan terjalin dengan baik. 

Dengan begitu, maka anak dapat berkonsentrasi saat belajar di sekolah sehingga prestasi belajar pun akan tercapai secara optimal. 

0 Response to "Pengaruh Keharmonisan Keluarga terhadap Prestasi Belajar"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak