Jauhi Penyakit Hati

  بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah hingga akhir kiamat.

Hati merupakan unsur yang sangat berarti bagi diri manusia, tidak hanya yang bersifat materi, lebih-lebih yang immateri. Dalam hal ini Nabi memperingatkan kepada kita:


اَلاَ وَاِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً اِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ اَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ (رواه البخارى)


“Ketahuilah, didalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik,baiklah tubuh seluruhnya, dan apabila daging itu rusak, rusaklah tubuh seluruhnya. Ketahuilah olehmu, bahwa segumpal daging itu adalah qalbu (hati)” (H.R. Bukhari).

Hati yang dimaksud bisa bersifat materi, tetapi juga yang immateri. Segumpal darah yang bersifat materi ini merupakan organ penting yang memiliki peran dalam kesehatan manusia. 

Jika hati ini sakit, maka akan berdampak pada organ tubuh yang lain, misalnya mata kuning, kaki dan perut membengkak, dan penyakit inilah yang disebut dengan penyakit liver atau hepatitis.

Dalam Pandangan Medis, hepatitis dapat merusak fungsi organ hati dan kerja hati sebagai penetral racun dan sistem pencernaan makanan dalam tubuh yang mengurai sari-sari makanan untuk kemudian disebarkan ke seluruh organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. 

Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab tersebut adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan dan kerusakan pada sel-sel dan fungsi organ hati. 

Hepatitis memiliki hubungan yang sangat erat dengan penyakit gangguan fungsi hati. Hepatitis banyak digunakan sebagai penyakit yang masuk ke semua jenis penyakit peradangan pada hati (liver). 

Penyebab hepatitis juga dapat berasal dari jenis obat-obatan tertentu, jenis makanan tertentu atau bahkan pada hubungan seksual yang salah satu dari pasangan memiliki penyakit hepatitis.

Berbeda dengan hati pada unsur materi di atas, maka hati dalam unsur immateri bersifat psikologis dan akan tampak dalam perilaku sehari-hari manuisia. Inilah yang tidak kalah pentingnya untuk dijaga. 

Bahwa penyakit itu terdiri dari dua macam: 

Pertama, adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh gangguan-gangguan kejiwaan telah  berlarut-larut 

Sehingga mencapai puncaknya tanpa suatu penyelesaian yang wajar, atau dengan kata lain disebabkan oleh hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh akibat kondisi lingkungan yang sangat menekan, ketegangan batin dan sebagainya.

Kedua, penyakit yang disebabkan oleh adanya kerusakan anggota tubuh, misalnya: otak, sentral saraf atau anggota fisik lain untuk menjalankan tugasnya. 

Hal ini mungkin disebabkan oleh karena keracunan akibat minum-minuman keras, obat-obat perangsang atau narkotik akibat penyakit kotor (sifilis), dan sebagainya. Dengan kata lain ada penyakit organik dan unorganik.

Berikut ini Adalah beberapa Penyakit Hati yang harus dijauhi, yaitu:

1. Ananiah (egois)

Ananiah adalah sikap seseorang yang selalu mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain di sekitarnya. 

Sifat ini sangat tercela, dan membahayakan di dalam pergaulan di masyarakat. Ananiah termasuk penyakit hati, dan akan berkembang menjadi penyakit sombong, takabur, iri dan dengki. 

Penyakit ini akan menghinggapi siapa saja tidak pandang itu orang awam, terdidik, atau berpangkat. 

Penyakit ananiah akan mendatangkan kerugian bagi dirinya sendiri, antara lain: tidak dipedulikan orang lain, bahkan dibenci. 

Cara menghindari penyakit tesrsebut adalah dengan menyadari bahwa manusia mempunyai hak dan martabat yang sama, dan menyadari bahwa perbuatan ananiah termasuk perbuatan dosa.

2. Ghibah (Menggunjing)

Ghibah yaitu  membicarakan aib orang lain, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Tahukah kamu, apakah menggunjing itu? “Sahabat berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Lalu Nabi bersabda : “Yaitu kamu menceritakan tentang saudaramu mengenai hal-hal yang dibencinya. Kemudian sahabat bertanya lagi: “Bagaimana, jika yang saya katakan itu sebetulnya terdapat pada saudara tersebut ? Nabi menjawab: “Jika yang kamu katakan itu ada padanya, berarti kamu telah menggunjingnya, dan jika tidak seperti apa yang kamu katakan itu, sungguh kamu telah berbuat dusta tentang dirinya (kamu telah memfitnah). (H.R. Muslim, Abu Daud, Tirmizi dan Nasa’i).

Dalam Al Qur’an Q.S. Al Hujurat [49] : 12 :

ءيَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٌ۬‌ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًا‌ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُڪُمۡ أَن يَأۡڪُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتً۬ا فَكَرِهۡتُمُوهُ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ۬ رَّحِيمٌ۬ .١٢

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al Hujurat [49] : 12)

Di dalam ayat tersebut diibaratkan, bahwa orang yang gibah itu seperti makan daging bangkai saudaranya sendiri. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadis Nabi :

عَنْ جَابِرٍ وَاَبِى سَعِيْدٍ قَالاَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِيَاكُمْ وَالْغِيْبَةَ فَاِنَّ الْغِيْبَةَ اَشَدُّ مِنَ الزِّنَا قِيْلَ لَهُ كَيْفَ قَالَ اِنَّ الرَّجُلَ يَزْنِى وَيَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِ وَاِنَّ صَاحِبَ الغِيْبَةِ لاَيَغْفِرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ صَاحِبَهُ (اخرجه البيهقى والطبرنى وابوالشيخ وابن ابى الدنيا)

“Dari Jabir dan Abu Sa'id mereka berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam pernah bersabda: Jauhilah olehmu sifat ghibah karena ghibah itu lebih besar dosanya dari pada zina. Ditanyakan kepada Rasul "bagaimana bisa?" Rasulullah menjawab: seorang laki-laki berzina kemudian bertaubat Allah akan mengampuni kepadanya dan orang yang mempunyai sifat ghibah Allah tidak akan mengampuninya sehingga temannya mau mengampuninya.

Jadi dosa ghibah tidak akan diampuni oleh Allah sebelum orang lain (yang digunjing) mau mengampuninya. 

Dosa kepada Allah mudah untuk minta ampun, sedangkan dosa terhadap orang lain Allah belum mau mengampuni jika belum meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. 

Bahaya sifat ghibah antara lain, menimbulkan rasa permusuhan dengan orang lain, memutuskan persaudaraan di kalangan manusia  dan menimbulkan perbuatan fitnah.

3. Namimah (Adu domba) 

Namimah artinya adu domba yaitu  usaha untuk membuat orang lain saling bermusuhan. Sikap namimah sangat dibenci Islam, karena dapat membuat persaudaraan menjadi pecah sehingga dapat melumpuhkan (melemahkan)  kekuatan persaudaraan (ukhuwwah). 

Orang yang mempunyai sifat namimah tidak akan masuk surga seperti dadijelaskan dalam hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

عَنْ حُذَ يْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَامٌ (اخرجه الشيخان)

Diriwayatkan dari Hudzaifah dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "tidak akan masuk surga orang yang suka adu domba". (H.R. Bukhari dan Muslim)

Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, yang artinya:

“Yang amat dicintai Allah Subhanahu wa ta'ala. ialah yang terbaik akhlaknya, yang dermawan lagi gemar menjamu orang, yang dapat menyesuaikan diri lagi dapat diikuti penyesuaian dirinya itu, sedang yang amat dibenci di sisi Allah ialah orang-orang yang suka berjalan dengan berbuat adu domba, yang memecah belah antara saudara-saudara, lagi pula mencari-cari alasan untuk melepaskan diri dari kesalahan-kesalahan”. (H.R. Ahmad).

Dalam kehidupan bermasyarakat sifat namimah akan menimbulkan terjadinya konflik. Oleh karena itu sifat namimah harus selalu dijauhi oleh semua orang.

Terutama bagi orang-orang terdidik, supaya ketenteraman dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi dapat terjaga. 

0 Response to "Jauhi Penyakit Hati"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak