Sumber sejarah Berdasarkan Bentuknya

Pembagian sumber sejarah selain dari segi waktu, juga berdasarkan pada bentuk atau bahannya. Menurut G. J. Renier sumber sejarah dibedakan atas:

1. Sumber immaterial (abstrak), yakni sesuatu yang masih hidup dalam masyarakat, seperti adat, norma, etika, tradisi, legenda, dan sebagainya. Kehadirannya berfungsi untuk menyampaikan pesannya tanpa konsultasi.

2. Sumber material (empirik), yakni merupakan objek-objek atau bukti berupa benda purbakala dari kegiatan manusia yang hidup pada masa lalu. Pada tahap ini, sejarah membutuhkan ilmu-ilmu lain dalam memahami sumber-sumber sejarah dan sekaligus untuk mrnginterpretasikannya.

3. Sumber tertulis (empiric), yakni bukti dari setiap kagiatan manusia, yang lebih mengarah pada sumber berupa dokumen (arsip).

Sumber sejarah (dari segi bentuknya) secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: lisan, tertulis, dan benda. 

1. Sumber lisan 

 Sumber lisan dapat pula dibagi atas dua, yakni 

  1. Tradisi lisan atau oral tradition dan 
  2. Sejarah lisan atau oral history.

Sumber lisan yang pertama ialah cerita tentang hal tertentu yang diturunkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Tradisi lisan biasanya mencakup semua aspek kehidupan dari suatu komunitas di masa lampau yang merupakan budaya lisan dari suatu masyarakat. 

Tujuannya adalah untuk mengungkapkan secara khusus apa yang terjadi di masa lampau dan sekadar kesenangan dalam mengungkapkan kebijakan lisan, kearifan atau cerita mengenai masa lampau.

Karena sifatnya diturunkan kepada beberapa generasi yang berganti dan berubah, maka kadang terdapat variasi dalam pengkisahannya. 

Isi dan alur cerita seperti ini banyak diwarnai oleh hal-hal irrasional terutama dalam pandangan gerasi sekarang yang rasional. Sumber lisan dapat berupa: 

  1. Mite, yaitu dongeng tentang hal-hal yang berhubungan dengan alam gaib, dewa-dewa atau tuhan, 
  2. Sage yaitu dogeng tentang keberanian, kesaktian, dan kepahlawanan seseorang (seringkali berdasarkan pada peristiwa sejarah), dan 
  3. Legenda adalah tentang asal mula suatu benda atau tempat dalam kehidupan manusia.

Selain itu tradisi lisan dapat pula berupa ungkapan-ungkapan atau pesanpesan moral yang dianggap suci oleh para pendukungnya. 

Dalam kehidupan masyarakat Kajang, Bulukamba di Sulawasi Selatan, dikenal dengan adanya Pasangri Karang yakni pesan-pesan moral para leluhur yang diturunkan secara turun temurun melalui perantaran pimpinan hadat atau Ammatowa. 

Salah satu peran moral itu adalah memlihara lingkungan. Atas dasar itu, masyarakat terutama yang berada pada kawasan adat (illalang embaya) dilarang menebang pohon, sehingga kawasan itu tampak lebih rindang.

Sikap penutur dan alur kisah dalam kaitan itu dipenagruhi oleh kondisi zaman yang dikisahkan. Sebagi contoh para pelaku sejarah yang hidup pada masa Jepang. 

Umumnya bila yang berceriata adalah para prajurit atau mereka yang pernah mengikuti wajib militer, maka dengan penuh semangat (lazimnya seorang militer yang tegas dan lugas) dia akan menceritakan tentang apa yang terjadi pada masa itu. 

Namun sebaliknya, bila yang diwawancarai adalah pelaku sejarah yang banyak menjadi korban kebuasan nafsu angkara tentara Jepang, terutama kaum perempuan (Jugun Lanfu) atau perempuan penghibur, yang tampak adalah wajah murung (tidak bersengmangat) dan alur ceritanya tersendat-sendat sekali-sekali melampiaskan kemarahannya pada para pelaku pelecehan.

Ekspresi pengkisah sangat menbantu sejarawn dalam menjelaskan kondisi zaman pada saat kejadian. Selain itu, informasi yang disampaikan iru dapat diverifikasikan dengan teknik wawancara yang baik. 

Sebab, kadang karena sifat ego seseorang kerapkali dalam alur cerita tampak ia sebagai tokoh utama dalam suatu kejadian. 

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan deskriptif yang ringan, maka dapat diketahui elemen- elemen peristiwa termasuk peran pengkisahnya.

Meskipun sumber lisan sangat penting dan mudah dalm menjelaskan masa lalu, anmun patut dicacat bahwa terdapat pula beberapa kelemahan, antara lain :

  1. Sebagai cerita yang dilisankan/ dituturkan, tidak lepas dari sifat-sifat subjektif atau kepentingan tertentu dari pengkisahnya, 
  2. Sukar untuk mempertahankan keasliannya, karena sering ada penambahan atau pengurangan pada isi cerita, sehingga sulit dipahami jika hanya semata mengandalkan sumber lisan, 
  3. Kondisi atau usia pengkisah turut juga mempengaruhi informasinya. Para pelaku umumnya sudah memasuki usia tua(senja) dan ingatannya sudah mulai berkurang. Selain itu, 
  4. Khususnya mereka yang hidup di kota banyak terpengaruh oleh pelabuahan dunia kota, sehingga akurasi informasinya agak terganggu. 
Karena itu, diperlukan sumber-sumber lain yang relevan dengan subjek studi untuk mengetahui totalitas peristiwa.

2. Sumber sejarah yang tertulis 

Sumber sejarah yang tertulis dapat dibagi atas dua, yakni: Sumber yang sengaja dan tidak disengaja dibuat untuk kepentingan sejarah. 

Sumber yang sengaja di buat untuk kepentingan sejarah.  Sumber yang sengaja dibuat untuk kepentingan sejarah dapat berupa : otobiografi, biografi, buku peringatan, notulen, (rapat, konfrensi, perjanjian), foto atau dokumenter. 

Sumber sejarah sumber yang tidak sengaja dibuat untuk kepentinagan sejarah, misalnya: surat kabar, majalah, berita- berita pemerintah (Lembaran Negara), dokumen arsip, dan bahasa yang pernah dipakai pada masa lampau. 

Pembuatan sumber- sumber itu terutama bertujuan untuk memenuhi kepentingan orang atau kelompok terteentu pada masa itu, sehingag jarang himpunan informasinya lengkap. Bahkan sering juga diabaikan, terutama dalam hal pemeliharaan.

3. Sumber sejarah dalam bentuk benda. 

Bila pada dua sumber sejarah sebelumnya kita dengan mudah mengetahui keterangan atau informasi terkait dengan suatu kejadian, maka pada sumber jenis ini tidak demikian sepenuhnya. Bahkan kerap kali hanyalah benda utuh tanpa ada keterangan apapun pada benda itu. 

Jika ditemukan keterangan, maka umumnya isinya sangat singkat bila dibandingkaan dengan sumber lisan dan sumber tulisan. Sumber sejarah ini berupa: 

  1. alat- alat kerja (seperti kapak, pacul, dan sebagainya), 
  2. alat-alat rumah tangga (seperti periuk dan belanga), 
  3. bangunan (seperti istana, rumah, candi, masjid dan gereja), 
  4. arca atau patung, 
  5. jenis- jenis senjata 
  6. bendabenda perhiasan (manik- manik), 
  7. mata uang dan sebagainya.

Ketiga jenis sumber terakhir (lisan, tulisan, dan benda) mempunyai kekuatan dan kelemahan informasinya. 

Misalnya, sumber lisan sebagai jejak masa lalu yang tertulis atau merupakan memory yang terekam dalam ingatan seseorang.

Baik tradisi lisan maupun sejarah lisan, keduanya mempunyai kelemahan terutama dalam hal daya ingatan penuturnya. 

Ketimpangan penggunaan sumber lisan dalam penulisan sejarah membuat sejarawan harus mencari cara dan jenis sumber lain yang lebih akurat.

Karena itu, tepat jika direnungkan kembali sebuah ungkapan “bahwa” tinta yang kabur masih lebih baik dari pada ingatan yang dianggap tepat”. 

Maksudnya sifat informasi dari sumber tertulis (meskipun kabur) lebih akurat dibandingkan dengan sumber lisan. 

Kaburnya tulisan karena termakan waktu dan kosndisi lingkungan yang tidak mengurangi nilai informasi yang ada didalamnya.

Sebaliknya, keterangan lisan dapat saja berubah kapan dan dimana pun, tergantung pada pengkisahnya. 

Keberadaan sumber benda tidak dapat dipisahkan dari kedua jenis sumber (lisan dan tulisan) tersebut. Memang, ia berupa benda yang tidak dapat berbicara tentang masa lalu, tetapi keberadaannya lebih pada upaya memperkuat informasi lisan dan tulisan.

Beberapa Contoh Sumber Sejarah

1. Museum : tempat penyimpananbenda-benda kuno untuk bahan-bahan yang tidak terdapat dalam buku bahan yang bersifat arkeologis, epigrafis dan numismatis.

2. Perpustakaan : tempat menyimpan dan bacaan buku-buku usaha mendapatkan keterangan mengenai subjek sejarah juga keterangan menjadi pengarah.

3. Arsip Negara : tempat menyimpan dukumen-dokumen resmi.

4. Arsip : tempat menyimpan informasi subjek sejarah misalnya dokumen pribadi antiquar, kantor-kantor pemerintah, perusahaan dan sebagainya.

Sumber Sejarah ialah bahan-bahan yang dapat dipakai mengumpulkan informasi subjek. Berdasarkan bentuknya, sumber sejarah di bagi menjadi :

  1. Sumber immaterial (abstrak), 
  2. Sumber material (empirik), dan 
  3. Sumber tertulis (empiric)

Pengklasifikasian sumber sejarah menurut waktu pembuatannya didasarkan pada konsep “ yang pertama dan “ yang kedua”. 

Pertama diartikan sebagai jejak yang dibuat pada saat peristiwa terjadi. Kedua dalam hal ini ialah sesuatu yang ada atau diadakan setelah kejadian itu.

Contoh sumber sejarah yaitu: museum, perpustakaan, arsip negara dan arsip.

0 Response to "Sumber sejarah Berdasarkan Bentuknya"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak