Sejarah Munculnya Lagu-Lagu dalam Seni Baca Al-Qur`an

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, Shalawat dan Salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah hingga hari akhir.

Sejarah Seni Baca Al Qur`an

Masyarakat tumbuh oleh kebudayaan sehingga tidak mungkin ada kebudayaan tanpa ada masyarakat dan setiap masyarakat melaksanakan kebudayaan sendiri. 

Dalam sejumlah literatur bahwa sejara awalnya muncul lagu-lagu (al-Qur`an) berkaitan dengan nyanyian nenek moyang bangsa Arab.

Letak geografis jazirah Arab sangat potensial untuk maju. Jazirah Arab menjadi jalur lalu lintas perdagangan dari dua kekuatan yang sama-sama besar yaitu ke Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin. 

Secara umum kondisi alam padang pasir terutama yang berada di pedalaman mendorong penduduknya hidup selalu berpindah-pindah. 

Suatu kondisi kehidupan yang sangat melelahkan berjalan dibawah terik matahari, menembus ganasnya gurun pasir dan diselimuti dinginnya angin malam, badan yang menggigil seiring dengan kelip kelapnya bintang dilangit. 

Hiburan bagi mereka di saat beristirahat adalah mendengarkan nyanyian- nyanyian, mungkin dari seorang perempuan yang bertugas menghibur kaum lelaki.

Para penyanyi sambil menari-nari menuangkan minuman keras kepada kaum lelaki, itulah kultur jahiliyah dalam melepaskan lelah dari menempuh perjalanan yang sangat jauh. 

Meskipun mereka bangsa Arab yang hidup di pedalaman dalam keterbelakangan, namun pada sisi budaya seni yang berhubungan dengan tarik suara demikian semaraknya. 

Tradisi seni suara itu hanya sebagai pelampiasan dari rasa lelah yang membutuhkan suasana baru sehingga bisa membuat otot-otot saraf yang tegang menjadi lemas kembali.

Penyanyi selain kadang-kadang menuangkan lirik rasa cinta juga tentang kehormatan suatu kabilah dan semangat perjuangan. 

Nampaknya kebudayaan menyanyi bagi masyarakat Arab sudah bisa dijadikan media advokasi untuk menyampaikan aspriasi pada pihak lain.

Islam hadir di tengah-tengah tradisi dan kultur jahiliyah masyarakat Arab dengan misi memperbaiki harkat dan martabat manusia dari moral yang rusak menuju moral kehidupan yang teratur, dari kebudayaan dan peradaban yang gelap menuju kebudayaan dan peradaban yang bercahaya.

Masyarakat Arab saat itu sudah mengenal peradaban yang diwarisi dari nenek moyangnya dan mau melihat serta menghargai sebuah karya seni yang indah khususnya seni sastra atau syair. Kondisi itu terus berlanjut sampai masa Nabi. 

Siti Aisyah menceritakan bahwa dia memiliki dua jariyah (pembantu rumah) yang mampu menyanyikan lagu-lagu ba’aats (ghinaa’a bu’aats) yakni syair-syair sastra yang dilantunknnya yang dapat membangkitkan semangat perjuangan untuk mempertahankan diri dalam peperangan.

Sikap mau menghargai sebuah karya seperti disebutkan di atas merupakan angin segar bagi misi Islam untuk bisa menyampaikan ajarannya yang termuat dalam al-Qur`an. 

Al-Qur`an yang dibaca oleh Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam membuat masyarakat Arab terpesona oleh keindahannya dari berbagai sisi. 

Mereka memperhatikan susunan bahasanya yang indah mempesona. Mereka memperhatikan susunan bahasanya yang indah mempesona, keserasian kalimat demi kalimat membuat mereka takjub dan tidak mampu untuk berkomentar apapun. 

Mereka mendengar irama bacaan al-Qur`an yang dirasakan asing pada telinga namun berdaya tarik yang luar biasa pada sukma.

Mereka membandingkan bacaan al-Qur`an dengan sya’ir dan nyanyian dengan seksama. Mereka mendapatkan suatu kesimpulan bahwa al-Qur`an bukanlah syair ataupun nyanyian tetapi al-Qur`an adalah wahyu Tuhan. 

Keindahan bacaan al- Qur`an serta kedalaman makna yang terkandung membuat mereka semakin hari semakin bertambah rindu dan semakin mencintai al-Qur`an. 

Kemudian mereka mulai meninggalkan ajaran nenek moyang mereka dan menjadikan Islam sebagai pilihan agamanya.

Mengenal Qori’ Qori’ah Timur Tengah

Sejak tahun 60-an sampai sekarang, Qori’ Qori’ah Indonesia masih tetap menjadikan Qori’ Qori’ Timur Tengah (khususnya Mesir) sebagai sumber dalam menggali maupun mencari variasi (gaya) lagu-lagu tilawatil Qur`an.

Karena memang pada kenyataannya bacaan-bacaan mereka itu sangat sempurna, banyak kelebihan serta daya tarik yang dimilikinya, seperti : pengolahan variasi atau hoyanya dan juga suaranya yang khas (lisanul ‘Arobinya) yang tidak dimiliki oleh orang-orang selainnya (ajam). 

Maka tak heran jika bacaan-bacaan mereka masih tetap relevan dan tidak membosankan untuk didengarkan atau dipelajari walaupun sudah puluhan tahun lamanya.

Itulah sebabnya, Qori’ Qori’ senior Indonesia, sepakat untuk berkiblat pada mereka, dan tetap mempertahankan serta melestarikan keberadaannya. Adakalanya mengambil satu Qori’ saja 

Karena dianggap cocok untuk suaranya, ada juga yang mengkombinasikan atau menggabungkan gaya lagu satu Qori’ dengan lainnya.

Adapun nama-nama Qori’ tersebut adalah:

1. As Syekh Mustofa Ismail
2. As Syekh Shiddiq Al Minsyawi
3. As Syekh Roqhib Mustofa
4. As Syekh Abdul Basith Abdush Shomad
5. As Syekh Mutawalli
6. As Syekh Hasan Antar
7. As Syekh Mahmud Al Khusori
8. As Syekh Sya’ban Ash Shoyyad
9. As Syekh Abul ‘Ain Asysyuaisya’
10. As Sykeh Kamil Yusuf
11. As Syekh Thoblawi
12. As Syekh Rif’at
13. As Syekh Abdul Hayyi Zahroni
14. As Syekh Abdul Fattah Sya’ Sya’i
15. As Syekh Mahmud ‘Alal Bina’

Selain Qori’ Qori’ tersebut diatas, ada juga seorang penyanyi Qosidah wanita legendaris Mesir yang lagu-lagunya kaya akan variasi dan bisa juga diterapkan kedalam lagu-lagu Tilawatil Qur`an. 

Beliau adalah : Sayyidah Ummi Kalsum, yang terkenal dengan sebutan Sayyidatul Qhina’ Al ‘Aroby (Ratu Lagu Bangsa Arab).

Sayangnya seperti kita yang berada di Indonesia ini sulit sekali mendapatkan kaset- kasetnya karena sebagian besar bacan mereka tidak melalui studio rekaman, tetapi dari hasil rekaman pada saat menghadiri acara-acara tertentu. 

Disamping itu juga karena kebnayakan mereka sudah wafat, jadi tentunya sangat langka mencari kaset- kaset rekaman mereka.

Pada Qori’ Qori’ah senior di Indonesia rata-rata punya koleksi kaset bacaan Qori’ Qori’ serta kaset Qosidah tersebut dan selalu dipelajari serta dicari apabila ada yang cocok untuk diterapkan pada bacaan ayat-ayat al-Qur`an.

Maka dipakailah gaya- gaya tersebut, dan apabila pengaruhnya dikalangan Qori’ Yunior atau yang masih dalam taraf belajar bisa diterima, maka gaya tersebut akan menjadi sebuah variasi yang baru dan populer di masyarakat. 

Akan tetapi keberadaan variai gaya lagu yang baru tersebut biasanya tidak sampai bertahan lama, artinya, cepat atau lambat mesti selalu ada variasi baru dan jika sudah demikian, maka variasi sebelumnya tentunya jarang sekali dipakai, bahkan akhirnya ditinggalkan sama sekali. 

Jika masih ada seorang Qori’ yang tetap mempertahankannya, maka biasanya jarang sekali yang menyukai dan mengikutinya karena sudah dianggap ketinggalan zaman.

Itulah keberadaan variasi atau gaya lagu yang selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan yang ada. 

Adapun para Qori’ Qori’ah yang masih baru mengenal lagu (tingkat menengah kebawah) dan masih belum mampu menggali maupun mengambil gaya-gaya atau variasi sebagaimana yang dilakukan para Qori’ Qori’ah senior yang sudah profesional.

Maka cara yang paling tepat adala dengan meniru atau belajar, baik secara langsung maupun hanya melalui kaset-kaset bacaan para Qori’ Qori’ah senior Indonesia, dengan demikian akan lebih mudah menyesuaikan serta mudah memahami gaya-gaya maupun variasi yang dibawakannya.

Diantara para Qori Qori’ah senior (periode 1970 sampai sekarang) sebagai berikut :

1. Ustadz H. Muhammad Adli Nasution (Sumatra)
2. Ustadz H. Rahmat Lubis (Sumatra)
3. Ustadz H. Ahmad Muhajir (Medan/ PTIQ Jakarta)
4. Ustadz H. Muammar ZA (PTIQ Jakarta)
5. Ustadz H. Abdul Hamid (Jawa Timur)
6. Ustadz H. Toha Hasan (Jawa Timur)
7. Ustadz H. Nanang Qosim (PTIQ Jakarta)
8. Ustadz H. Ali Yusni (Samarinda)
9. Ustadz H. Mirwan Batu Bara (Medan / PTIQ Jakarta)
10. Ustadz H. Humaidi H (Jakarta)
11. Ustadz Drs. H. Natsir Tjik Dung (Sumatra)
12. Ustadz M. Fuad (Jatim Timur)
13. Ustadz M. Ali (Jakarta)
14. Ustadz Ma’arif Abas SH (Jakarata)
15. Ustadz H. Ahyar Rasyidi (NTB)
16. Ustadzah Hj. Nursiyah Ismail
17. Ustadzah Maria Ulfa (Jakarta)
18. Ustadzah Hj. Mawaddah (Jakarta)
19. Ustadzah Hj. Syarini Abdullah (Manado)
20. Ustadzah Hj. Siti Marlena

Dengan mengikuti serta mempelajari bacaan-bacaan mereka itulah, kita bisa mengikuti terus perkembangan lagu atau gaya variasi ke tanah air kita.

0 Response to "Sejarah Munculnya Lagu-Lagu dalam Seni Baca Al-Qur`an"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak