AKHLAK

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah.

Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari kata khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. 

Sedangkan secara istilah akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih.

Sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.

Istilah akhlak sebenarnya memiliki banyak makna sebagimana yang dikemukakan berikut:

1. Ibnu Maskawaih, mengatakan bahwa akhlak adalah suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong untuk melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. 

Keadaan ini terbagi menjadi dua: ada yang berasal dari tabiat aslinya, adapula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang.

2. Ibrahim Anis mengungkapkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

3. Abdul Karim Zaidan mengatakan bahwa akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.

4. Ahmad Mubarok mengemukakan bahwa akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung dan rugi.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam diri manusia. 

Sehingga akhlak tersebut akan muncul dengan sendirinya, tanpa adanya pemikiran atau pertimbangan terlebih dulu, serta atas kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain.

Adapun secara substansial akhlak itu memiliki lima ciri, yaitu:

1. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi kepribadian.

2. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan suatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, atau gila.

3. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan.

4. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.

5. Akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bukan karena ingin mendapatkan pujian.

Sumber Akhlak

Pengertian dari sumber akhlak adalah sesuatu yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. 

Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq adalah Al-Qur'an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.

Bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan Mu'tazilah. Dalam konsep akhlaq, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena Syara (Al-Qur'an dan Sunnah) menilainya demikian. 

Kenapa Sifat Sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan jujur misalnya dinilai baik? Tidak lain karena Syara menilai semua sifat-sifat itu baik. 

Begitu juga sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikin dan dusta misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena syara‟ menilainya demikian.

Apakah Islam menafikan pandangan hati nurani, akal dan pandangan masyarakat dalam menentukan baik dan buruk? Atau dengan ungkapan lain dapatkah ketiga hal tersebut dijadikan ukuran baik dan buruk?

Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Qur‟an memang dapat menjidi, ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya (QS. Ar-Rum 30:30). 

Karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebenaran itu tidak akan didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. 

Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengarugh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. 

Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Betapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat diserahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani atau fitrah manusia semata. 

Harus dikembalikan kepada penilaian Syara‟. Semua keputusan Syara‟ tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kedua-duanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala .

Demikian juga halnya dengan, akal pikiran. la hanyalah salah satu kekuatan yang dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan.

Keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya. Oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif, dan subyektif.

Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Bagaimana pikiran dengan pandangan masyarakat pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk, tetapi sangat relatif tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga. 

Masyarakat yang hati pikiran nuraninya sudah tertutup dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijadikan ukuran. Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), obyektif, komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah al-Qur'an dan Sunnah, bukan yang lain-lainnya.

Macam-Macam Akhlak

1. Akhlak-Akhlak Tercela ( Al-Akhlak Al-Madhmumah ).

Hidup manusia terkadang mengarah kepada kesempurnaan jiwa dan kesucianya, tapi kadang pula mengarah kepada keburukan. 

Hal tersebut bergantung kepada beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Ahmad Amin, keburukan akhlak (dosa dan kejahatan) muncul disebabkan karena “kesempitan pandangan dan
pengalamannya, serta besarnya ego.

Dalam pembahasan ini, akhlak tercela didahulukan terlebih dahulu dibandingkan dengan akhlak yang terpuji agar kita melakukan terlebih dahulu usaha takhliyah, yaitu mengosongkan atau membersihkan diri / jiwa dari sifat-sifat tercela sambil mangisinya (tahliyah ) dengan sifat terpuji. Kemudian kita melakukan tajalli, yaitu mendekatkan diri kepada Allah.

Menurut Imam Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang tentu saja
bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan. 

Al-Ghazali menerangkan 4 hal yang mendorong manusia melakukan perbuatan tercela (maksiat), diantaranya :

1. Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat material (harta, kedudukan ) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam melangsungkan hidupnya (agar bahagia).

2. Manusia, selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat mengakibatkan keburukan, seperti istri, anak. Karena kecintaan kepada mereka, misalnya, dapat melalikan manusia dari kewajibannya terhadap Allah dan terhadap sesama.

3. Setan (iblis). Setan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia menggoda manusia melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi Tuhan. 

4. Nafsu. Nafsu ada kalanya baik (muthmainah) dan ada kalanya buruk (amanah) , akan tetapi nafsu cenderung mengarah kepada keburukan.

Pada dasarnya sifat dan perbuatan yang tercela dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Maksiat Lahir

Maksiat berasal dari bahasa Arab, Ma’siyah, artinya “pelanggaran oleh orang yang berakal balig (mukalaf) , karena melakukan perbuatan yang dilarang, dan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syariat Islam.

Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Maksiat Lisan, 

Seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil, berdebat dan berbantah yang hanya mencari menangnya sendiri tanpa menghormati orang lain, berkata kotor, mencaci-maki atau mengucapkan kata laknat baik kepada manusia, binatang maupun kepada benda-benda lainnya, menghina, menertawakan, atau merendahkan orang lain, berkata dusta, dan lain sebagainya.

2. Maksiat telinga, 

Seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang yang sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang naminah, mendengarkan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

3. Maksiat Mata, 

Seperti melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya, melihat aurat laki-laki yang bukan muhrimnya,
melihat orang lain dengan gaya menghina, melihat kemungkaran tanpa beramar makruf nahi mungkar.

4. Maksiat Tangan, 

Seperti menggunakan tangan untuk mencuri menggunakan tangan untuk merampok, menggunakan tangan untuk merampas, menggunakan tangan untuk mengurangi timbangan. 

2. Maksiat Batin

Maksiat batin lebih berbahaya dibandingkan dengan maksiat lahir, karena tidak terlihat, dan lebih sukar dihilangkan.

Selama maksiat batin belum dilenyapkan, maksiat lahir tidak bias dihindarkan dari manusia. Bahkan para sufi menganggap maksiat batin sebagai najis maknawi, yang karena adanya najis tersebut, tidak memungkinkannya mendekati Tuhan (taqarrub ila Allah).

Maksiat batin berasal sari dalam hati manusia, atau digerakkan oleh tabiat hati. Sedangkan hati memiliki sifat yang tidak tetap, terbolak -balik, berubah-ubah, sesuai dengan keadaan atau sesuatu yang mempengaruhinya. 

Hati terkadang baik, simpati, dan kasih saying, tetapi di saat lainnya hati terkadang jahat, pendendam, syirik dan sebagainya.

Beberapa contoh penyakit batin (akhlak tercela) adalah :

1. Marah (ghad}ap), dapat dikatakan seperti nyala api yang terpendam didalam hati, sebagai slah satu hasil godaan setan terhadap manusia. Islam menganjurkan, orang yang marah agar berwudhu (menyirami api kemarahan dengan air).

2. Dongkol (hiqd) perasaan jengkel yang ada didalam hati, Atau buah dari kemarahan yang tidak tersalurkan. Rasulullah bersabda, “orang mukmin itu bukanlah orang yang suka mendokol.”

3. Dengki (hasad), penyakit hati yang ditimbulkan kebencian, iri, dan ambisi. Islam melarang bersikap dengki, karena sesungguhnya dengki dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”

4. Sombong (takabbur), perasaan yang terdapat di dalam hati seseorang, bahwa dirinya hebat, dan mempunyai kelebihan. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam ayat Al-Qur’an yang artinya
sebagai berikut :

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".(QS.Al-Mukmin :60)

Selain beberapa sifat tersebut, masih banyak sifat tercela lainya. Menurut A.Mustofa, terdapat 33 sifat mazmumah (tercela).

Adapun obat (terapi) untuk mengatasi akhlak tercela, menurut Ahmad Amin ada 2 cara, yaitu :

1. Perbaikan pergaulan, 

Seperti pendirian pusat pendidikan anak nakal, mencegah perzinahan, mabuk, dan peredaran obat-obat terlarang.

2. Memberikan hukuman. 

Dengan adanya hukuman, akan muncul suatu ketakutan pada diri seseorang karena perbuatanya akan
dibalas (dihukum). 

Hukum ini pada akhirnya bertujuan untuk mencegah melakukan yang berikutnya, serta berusaha keras
memperbaiki akhlaknya.

Perbaikan pergaulan yang utama adalah meninggalkan (tidak bergaul) dengan orang-orang yang memiliki kelakuan (akhlak) tercela, melainkan bergaul dengan mereka yang memiliki akhlak yang baik (terpuji).

Sedangkan hukuman, dapat diberikan secara bertahap, sesuai dengan tingkat kejhatan yang dilakukannya. 

Tingkatan tersebut, dimulai dengan teguran, penjara, pengasingan diri (pengusiran), cambuk(bagi saksi palsu dan zina), potong tangan (bagi yang mencuri), bahkan dibunuh (bagi yang membunuh, qisash maupun rajam).

2. Akhlak-Akhlak Terpuji ( Al-Akhlak Al-Mahmudah )

Menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya “menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukanya dan mencintainya.”

Menurut Hamka, ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, di antaranya :

1. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain.
2. Mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela.
3. Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani).
4. Mengharapkan pahala da sorga
5. Mengharap pujian dan takut azab tuhan
6. Mengharap keridhoaan Allah semata.

Akhlak yang terpuji berarti Islam sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma atau ajaran, akhlak yang terpuji dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Taat lahir

Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan tuhan, termasuk berbuat baik kepada sesame manusia dan lingkungan, dan dikerjakan oleh anggota lahir, beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir adalah :

1. Tobat, dikategori kepada taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku seseorang. Namun sifat penyelesaiannya merupakan taat batin. Tobat, menurut para sufi adalah fase awal perjalanan menuju allah (taqarub ila allah).

2. Amar makruf dan nahi mungkar, perbuatan yang dilakukan kepada manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan dan kemungkaran. 

Sebagai implementasi perintah allah, dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar. (QS.Ali Imran:104).

3. Syukur, berterima kasih terhadap nikmat yang telah dianugrahkan allah kepada manusia dan seluruh makhluknya.

Perbuatan ini termasuk yang sedikit dilakukan oleh manusia,
sebagaimana firman allah, dan sedikit sekali dari hambahambaku yang berterima kasih.(QS.Saba‟:13).

2. Taat batin

Sedangkan taat batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakkan oleh anggota batin(hati).

1. Tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada allah dalam menghadapi, menanti, atau menunggu hasil pekerjaan

2. Sabar dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sabar dalam beribadah, sabar ketika dilanda malapetaka, sabar dalam perjuangan. Dasarnya adalah keyakinan bahwa semua yang dihadapi adalah ujian dan cobaan dari allah Subhanahu wa ta'ala.

3. Qona‟ah, yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang dianugerahkan oleh allah. Menurut hamka, qona‟ah meliputi :

1. Menerima dengan rela akan apa yang ada.
2. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas dan ikhtiar
3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan.
4. Bertawakal kepada Tuhan
5. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

Selain itu, masih banyak terdapat sifat-sifat mahmudah lainya. Bahkan A.mustofa dalam bukunya akhlak tasawuf, menyebutkan 33 bagian sifat-sifat mahmudah lainya.

Taat batin memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan taat lahir, karena batin merupakan
penggerak dan sebab bagi terciptanya ketaatan lahir.

Bentuk-Bentuk Akhlak

1. Akhlak terhadap Allah ( Khalik ), antara lain adalah: 
  1. Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapa pun juga dengan mempergunakan firman Nya dalam al-Qur‟an sebagai pedoman hidup dan menjauhi segala larangan-Nya; 
  2. Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridaan Allah; 
  3. Mensyukuri nikmat dan karunia Allah;
  4. Menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar iilahi setelah berikhtiar maksimal (sebanyak-banyaknya, hingga batas tertinggi); 
  5. Memohon ampun hanya kepada Allah. Taubat yang paling tiggi adalah taubat nasuha, yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah, dan dengan tertib melasanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya; 
  6. Tawakkal (berserah diri) kepada Allah.
2. Akhlak kepada sesama manusia, terdiri atas :

1. Akhlak Kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam

Akhlak kepada Rasulullah, seperti mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.

2. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Seperti sabar, adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. 

Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika, ditimpa musibah diri Allah; 

Syukur, adalah sikap benerima kasih atas peberian nikmat Allah yang tidal, bisa terhitung banyaknya; 

Tawadhu', adalah rendah hati, selalu menghargai siapa raja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. 

Sikap tawadhu' lahir dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang lemah dan serba terbatas yang tidak layak untuk bersikap sombong dan angkuh di muka bumi.

3. Akhlak Kepada Keluarga dan Kerabat

Akhlak kepada kedua orang tua, anak, suami, istri, sanak saudara, kerabat yang berbeda agama keluarga, karib kerabat dan lain. lain; 

Seperti saling memberikan rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kawajiban untuk memperoleh hak, bakti kepada ibu-bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang, dan memelihara hubungan silaturahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal.

4. Akhlak Kepada Tetangga dan Masyarakat

Akhlak kepada tetangga, seperti saling mengunjungi, saling membantu di waktu senggang, lebih-lebih di waktu susah, saling memberi saling menghormati dan saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.

Akhlak kepada masyarakat, seperti memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa, menganjurkan anggota masyarakat, termasuk diri sendiri, untuk berbuat baik dan mencegah diri dari melakukan perbuatan dosa 

Demikian juga dalam bersosial kepada sesama masyarakat seagama, berbeda agama, tetangga, kawan, dan lawan, dan lawan.

Bidang politik : akhlak pimpinan kepada rakyat, akhlak rakyat kepada pemimpin. Bidang ekonomi : akhlak dalam berproduksi, distibusi, bertransaksi. Bidang budaya : akhlak dalam bidang seni,
ilmu pengetahuan, guru dan lain sebagainya.

5. Akhlak Kepada Makhluk Selain Manusia (Lingkungan Hidup)

Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup), seperti radar dan memelihara, kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam, terutama hewani dan nabati, untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang pada sesama makhluk dan menggali potensi alam seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya.

0 Response to "AKHLAK"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak