Azab, Ujian dan Karma

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta’ala, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, dan meminta ampunan-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari keburukan-keburukan jiwa kita, dan kejelekan-kejelekan perbuatan kita. 

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan orang orang yang setia meniti jalan petunjuknya hingga hari kiamat.


Pengertian Azab

Azab adalah siksaan yang di hadapi manusia atau makhluk Tuhan lainnya, sebagai akibat dari kesalahan yang pernah atau sedang dilakukan, dalam filsafat Islam.

Dalam perspektif sunnatullah, keadilan akan mengantar pada kesejahteraan, siapapun yang melakukan.
Kata Azab berdasarkan Al Qur’an

Kata Adzab ( عذاب ) berasal dari akar kata Ain, Dzal, Ba (ع ذ ب). Kata ini muncul sebanyak 373 kali di dalam Al Qur’an dalam 5 bentuk turunan, yakni : 41 kali sebagai bentuk II kata kerja – ʿadhaba (عَذَّبَ) 322 kali sebagai kata benda – ʿadhāb (عَذَاب) 2 kali sebagai kata benda – ʿadhb (عَذْب) 4 kali sebagai bentuk II aktif participle – muʿadhib (مُعَذِّب) 4 kali sebagai bentuk II passive participle – muʿadhabīn (مُعَذَّبِين)

Penggolongan azab

Azab dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
  1. Azab dunia,
  2. Azab kubur,
  3. Azab akhirat.
Menurut ajaran Islam, azab dunia biasanya terjadi dengan adanya beberapa mukjizat yang telah disampaikan oleh para nabi dan rasul, sehingga para umat menyangkal semua mukjizat itu. Biasanya berupa bencana alam, kelaparan, kekeringan dan lainnya.

Azab kubur terjadi selama dalam alam barzakh selama makhluk berada di dalam masa penantian untuk kehidupan kedua.

Azab akhirat ada setelah adanya penghisaban di Padang Mahsyar, bagi mereka yang didunia tidak pernah melakukan kebaikan akan mendapat azab yang kekal selamanya.

Azab dan

Ada sebuah kata yang erat kaitannya dengan azab, yaitu ujian. Baik ujian maupun azab, keduanya berwujud kesulitan. Ujian adalah satu proses seleksi untuk naik kelas.

Kesulitan yang dihadapi oleh orang adalah kesulitan yang memang diprogram untuk mengukur tingkat kemampuannya mengatasi masalah dalam dunia realitas. Boleh jadi kesulitan dalam ujian lebih berat dibanding realitasnya.

Pengertian Karma

Kata karma sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang memiliki arti tindakan atau perbuatan. Takdir sendiri berarti apa yang sudah terjadi di dalam hidup kita. 

Ia berasal dari dalam bagian diri kita sendiri, dilakukan oleh orang lain, atau buah dari hasil karma masa lalu kita. Begitu juga apa yang kita lakukan merupakan karma untuk kita sendiri dan takdir bagi orang lain. 

Hal tersebut bukanlah Tuhan yang memutuskan apa yang harus menjadi bagian dari diri kita, justru itu adalah diri kita sendiri. Itu merupakan hasil dari karma atau tindakan yang sudah kita lakukan di kehidupan masa lalu.

Pengertian karma sendiri adalah hal yang abstrak yang kita berikan pada diri kita sendiri untuk melahirkannya. 

Hal tersebut berasal dari diri kita sendiri dan suatu saat akan kembali kepada kita. Lalu, apa yang menyebabkan orang lain harus merasakan hal yang sama suatu hari nanti? 

Misalnya saja, banyaknya kasus pencurian yang tidak pernah terduga atau kerugian yang datang secara tiba-tiba, dan lainnya. Mungkin saja hal itu disebabkan karena tindakan negatif yang kita lakukan di masa lalu.

Hukum karma di Masyarakat Indonesia cukup populer, bahkan kepopulerannya menjadikan istilah tersebut dilupakan berasal dari ajaran penting dalam agama Dharma (Budha dan Hindu). 

Biasanya istilah ini terjadi ketika seseorang tertimpa sesuatu yang buruk, kemudian dikatakan, “Bisa jadi kamu terkena karma”. 

Yang sering ditanyakan biasanya adalah apa perbedaan antara hukum karma dan adzab?

Terkadang, seseorang bisa mencapai banyak keberhasilan walaupun usaha yang mereka lakukan sangat kurang. 

Begitu juga orang lain yang mungkin tidak bisa mencapai keberhasilan yang baik walaupun sudah bekerja keras dengan maksimal. 

Untuk kasus seperti itu, kita pastinya pernah mendengar banyak orang yang berkata bahwa seseorang memiliki karma masa lalu yang baik ataupun yang buruk.

Istilah ini mengacu pada perbuatan atau tindakan yang seseorang lakukan di kehidupan masa lalu. Dalam kasus lain, saat sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi di dalam kehidupan, maka mereka cenderung akan berkata, “itu semua sudah ditulis oleh Tuhan di dalam takdir”. 

Banyak orang yang percaya bahwa kehidupan yang kita miliki sekarang sudah direncanakan oleh Tuhan. Dimana semua hal yang terjadi sudah sesuai dengan kehendak-Nya. 

Namun, apakah Anda pernah bertanya tentang bagaimana kedua hal itu bisa terjadi?

Baik itu karma atau kita memang mendapatkan hasil tersebut sesuai dengan kerja keras kita, atau memang Tuhan lah yang sudah menuliskan takdir kita. 

Tanpa perlu memikirkan apa arti dari semua itu, kita sudah menyalahkan Tuhan. 

Bayangkan saja, takdir seperti apa yang akan Anda tulis untuk anak-anak Anda di masa depan? Apakah Anda pernah menulis sesuatu hal yang bahkan tidak baik untuk nasib anak Anda? Tentu kita semua tidak akan pernah melakukan hal tersebut. 

Karma merupakan sebuah keyakinan tentang hukum sebab akibat. Mirip semacam hukum aksi dan reaksi. 

Bunyinya seperti ini, “Dengan adanya ini, terjadilah itu. Dengan timbulnya ini, timbulah itu. Dengan tidak adanya ini, maka tidak ada itu. Dengan lenyapnya ini, maka lenyaplah itu.” (Khuddhaka Nikaya, Udana 40)

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang ada di alam tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Semua terjadi pasti memiliki sebabnya. 

Baik secara kosmis yang menyangkut alam semesta, maupun secara moril yang menyangkut manusia. Semua berputar selalu dalam hukum sebab akibat.

Oleh sebab itu ketika manusia mendapatkan sebuah musibah keburukan, maka hal tersebut diyakini sebagai karma dari perbuatan buruk yang lalu. 

Pada konsep seperti ini Tuhan pada akhirnya mengikuti filsafat yang dikembangkan oleh Thomas Aquinas dan Martin Luther yang melihat bahwa Tuhan menciptakan alam dan membiarkannya berputar seperti tukang jam menciptakan jam tangan dan dibiarkan berdetak sendiri. Hal ini sering disebut dengan Deus Otious.

Bahkan kelahiran manusia atau segala sesuatu di alam juga dipengaruhi oleh hukum karma. Untuk lebih mudah memahami ini lebih baik memahami pola reinkarnasi. 

Manusia akan terus terlahir kembali selama masih melakukan keburukan. Ia hanya akan berhenti dari reinkarnasi jika sudah mencapai taraf kebaikan yang sempurna. 

Karma dalam aspek moral memiliki kemiripan seperti ini. Terutama dalam perbuatan buruk yang selalu mendapatkan balasan keburukan suatu hari nanti di dunia.

Di Islam memang ada yang mirip, hukum karma seperti ini sering disebut dengan balasan di dunia. Dalam al Qur’an dijelaskan 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).“ (QS. 30:41)

Namun demikian perbedaan paling menonjol adalah dalam bentuk balasan yang diberikan atas apa yang dilakukan oleh manusia. 

Dalam Islam, tidak semua perbuatan buruk dibalas di dunia. Jika demikian, maka orang jahat tidak akan hidup nyaman di dunia. 

Pencuri suatu hari akan mendapatkan balasan curian yang besar. Tapi kenyataannya tidak demikian. bahkan kenyataannya justru banyak orang baik yang hidup diperlakukan dengan tidak baik.

Memang dalam agama Dharma hal ini akan dibantah dengan adanya proses reinkarnasi. Namun proses reinkarnasi karena keburukan menjadi hewan tidak bisa dimengerti. 

Bagaimana proses tersebut terjadi dalam dua jenis makhluk yang berbeda. Ini sebenarnya mitos yang berlaku pada kutukan yang umum beredar. 

Kalaupun terus menjadi manusia. Kenyataannya tidak ada yang benar-benar menjamin bahwa si A hadir dalam si B di satu hari kelak. Sifat, kepribadian, dan lain sebagainya setiap manusia tidak pernah identik meski wajah identik.

Dalam Islam balasan di dunia hanya secuil dari balasan yang ada di akhirat. Oleh sebab itu di dalam agama Islam fungsi neraka dan surga berjalan benar-benar sebagai balasan dari apa yang sudah dilakukan di dunia. 

Islam mengenal istilah bahwa di dunia adalah tempat berbuat, di akhirat adalah tempat untuk mendapatkan balasannya. Dan setiap orang akan kekal di dalamnya.

Dalam agama Dharma fungsi neraka dan surga memang sedikit berbeda. Ia adalah tempat singgah dari ruh yang akan bereinkarnasi. 

Istilahnya ruh tersebut akan dicuci terlebih dahulu di neraka sebelum dimasukkan lagi dalam bentuk jasad yang lain. Surga juga demikian. 

Maka, fungsi antara surga dan neraka yang menjadikan perbedaan dalam hukum karma di agama Dharma, dan balasan di dunia dalam agama Islam.

Sehingga dalam Islam tidak ada yang disebut karma. Maka wajar banyak orang jahat tetap hidup dengan nyaman dengan kejahatannya, karena balasannya adalah neraka. Juga banyak orang baik yang hidupnya justru teraniaya, miskin, namun balasannya di surga nanti kekal.

Oleh sebab itu dalam Islam sering diingatkan tentang fungsi dunia sebagai ladang cobaan. Siapa yang berbuat baik di dunia, akan dibalas di akhirat dengan kebaikan yang sama pula, begitu juga sebaliknya. 

Maka bisa jadi orang hidup bahagia di dunia justru masuk neraka, orang susah di dunia justru masuk surga. Wajar jika kemudian beredar stigma “Hidup mulia mati masuk surga”.

Macam-Macam Bentuk Karma

Pengertian karma sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu kata karma yang artinya perbuatan, kerja, dan gerak. 

Karma (perbuatan) sendiri meninggalkan karma vasana (jejak perbuatan) yang suatu saat nanti akan hadir sebagai karmaphala (buah dari karma dan hasil perbuatan) yang akan menentukan baik atau buruknya perjalanan kehidupan kita. 

Apabila karma kita baik, maka akan memperoleh perjalanan hidup yang lancar dan juga bahagia. Sementara bila karma kita tidak baik, maka akan memperoleh perjalanan hidup yang sengsara dan berat. 

Di bawah ini adalah berbagai macam bentuk karma yang perlu Anda pahami. Sebenarnya bentuk dari sebuah karma jumlahnya sangat banyak. Namun secara garis besar dikelompokkan menjadi delapan kelompok, antara lain:

1. Mohaniya Karma

Bentuk dari karma yang satu ini akan mengaburkan kesadaran seseorang atau meningkatkan kualitas kesadaran kita. 

Ibarat kata, jika seseorang jatuh ke dalam kegelapan dan tidak ada cahaya akan membuat mereka tidak bisa melihat, mana yang disebut dengan baik dan mana yang buruk.

2. Darsana Varaniya Karma

Bentuk karma ini akan menghalangi fisik seseorang dan menghilangkan kemampuan penginderaan di dalam diri mereka.

3. Jnana Ravinia Karma

Karma ini akan menghalangi penyerapan ilmu pengetahuan. Bentuk karma yang satu ini akan membuat seseorang sulit untuk berjodoh dengan ilmu pengetahuan. Sehingga membuat pikiran seseorang menjadi buntu, kurang pintar, dan tumpul.

4. Antaraya Karma

Karma ini akan menghambat seseorang untuk melakukan kebaikan, menerima pemberian, dan menikmati hasil kerja keras mereka.

5. Vedaniya Karma

Bentuk karma yang satu ini akan mempengaruhi gejolak emosi, pikiran positif negatif, serta emosi. 

Misalnya saja, ada yang mudah untuk marah, ada juga yang sangat sabar, ada yang humoris, ada juga yang pemurung, dan ada pula yang pemberani, serta ada yang penakut. 

Karma tersebut terbentuk dari akumulasi sifat yang ada di dalam menjalani kehidupan di masa lalu atau saat ini. 

Apabila kita menjalani kehidupan sebelumnya dengan cara yang baik, maka semua orang akan memperoleh karma dari sifat baik mereka. 

Sementara bila kita menjalani hidup dengan cara menyakiti dan merugikan orang lain, maka mereka akan memperoleh karma yang bersifat tidak baik.

6. Ayusua Karma

Karma yang satu ini akan membawa seseorang ke alam setelah kematian. Bentuk karma ini tercipta dari akumulasi karma ketika seseorang itu masih hidup dan akan menentukan orang tersebut akan menuju bhur loka, svarga loka atau swah, atau langsung terlahir kembali.

7. Nama Karma

Nama karma akan menentukan seseorang lahir dalam tubuh makhluk seperti apa dan kondisi badan atau fisik yang bagaimana.

8. Gotra Karma

Gotra karma akan menentukan nasib hidup seseorang, mulai dari tempat, kondisi lingkungan dan keluarga, seperti apa orang itu dilahirkan, dan bertemu siapa semasa hidupnya.

Pandangan Islam tentang Karma

Islam juga mengenal doktrin sebab akibat bahwa perbuatan baik akan berakibat baik dan perilaku buruk akan berakibat buruk.

Akibat dari perbuatan manusia terkadang akan dirasakan di dunia ini saat kita masih hidup. Ini mirip dengan karma

Dalam QS Ar-Rum 30:41 Allah berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Dalam QS As-Sajdah 32:21 Allah berfirman:

وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).

Namun, mayoritas balasan dari tindakan kita akan terjadi di akhirat, pada kehidupan setelah mati. Tepatnya setelah kiamat tiba.

Dalam QS An-Nahl 16:61 Allah berfirman:

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّـهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Artinya: Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.

Oleh karena itu, dalam Islam orang jahat bisa saja memiliki kehidupan yang tenang di dunia bersama anak dan istrinya. Namun, jelas ia akan mendapat hukuman yang setimpal kelak di akhirat.

Perilaku yang baik di dunia akan mendapat pahala yang setimpal di akhirat. Tindakan jahat dan buruk di dunia akan berakibat hukuman yang setimpal di akhirat kelak.

Dalam QS An-Sajdah 32:21 Allah berfirman:

وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).

Karma = Reinkarnasi

Hukum karma dalam Budha juga berkaitan dengan reinkarnasi–penitisan kehidupan seseorang yang sudah mati pada orang lain yang masih hidup. 

Artinya, nasib yang dialami saat ini sebagai akibat dari kehidupan (orang lain( di masa lalu. Dan perilaku sekarang akan berakibat pada kehidupan (orang lain) selanjutnya.

Dalam Islam, reinkarnasi tidak dikenal. Manusia hidup di dunia hanya sekali. Dan setiap orang bertanggung jawab dan memikul akibat dari apa yang dia lakukan sendiri.

Dalam QS An Najm 53:39-41 Allah berfirman:

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى  ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى

Artinya: Bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.

0 Response to "Azab, Ujian dan Karma"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak