Dia Bukan Pengemis

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman

"DIA BUKAN PENGEMIS"

Semalam setelah maghrib, 

aku mengendarai mobil ke rumah. 

Tiba-tiba rasa migren nyeri menyerang kepala hingga aku menepikan mobilku…

Berhenti sejenak menunggu rasa nyeri berkurang, aku berusaha mengalihkan pikiran dengan melihat sekeliling....

Tiba-tiba kaca mobilku diketuk seorang anak laki-kira kira-kira umur 12 tahun. 

“mas… mas mau parkir? 

Saya bantuin untuk parkir mobilnya ya….” katanya...

“Belum sekarang, 

saya mau istirahat dulu,” jawabku.

“Kalau gitu apa mas punya uang 2000 ?” 

tanya anak itu.

Karena aku sedang tidak mau diganggu, 

aku buru;buru serahkan uang itu. 

Aku pikir anak ini mungkin cuma mau minta-minta. Aku amati anak itu...

dia mendekati tukang gorengan lalu membeli beberapa. 

Kemudian gorengan itu dia berikan pada sesosok orang tua yang duduk di bawah tiang listrik.

Ketika dia melewati samping mobilku, 

aku buka kaca dan memanggilnya.

“Eh… dik sini…itu siapa?” 

tanyaku.

“Gak tau mas… bapak-bapak tua…, 

saya juga baru saja ketemu...” jawabnya...

“Loh, tadi kamu minta uang ke saya beli gorengan, kenapa diberikan ke bapak itu ?”

“Oh…saya tadi duduk di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu katanya puasa… 

Tadi saya lihat buka puasanya cuma minum…. Katanya uangnya habis. Hari ini saya nggak jualan koran... Tanggal merah mas.. Jadi ga punya uang.. . Saya cuma ada 1000, kalau beli gorengan cuma dapat 1 kasihan ga kenyang. Makanya saya minta mas 2000. 

Biar dapat 3... Mas mau parkir sekarang ? 

Saya bantuin parkir ya mas… mas kan udah bayar. Kalau saya sebenernya bukan tukang parkir,” katanya tertawa sambil garuk garuk pipinya.

Aku terdiam. 

Tadi aku pikir anak ini pengemis seperti anak-anak yang biasa mangkal di jalan. 

Ternyata aku salah besar. 

“Terus uang kamu habis dong dik?” 

tanyaku.

“Iya mas… Nggak apa-apa… Besok bisa jualan koran… Insya Allah ada rejekinya lagi.”

“Kalau gitu aku ganti ya uangnya dik … 

Sekalian sisanya buat jajan…” 

kataku sambil menyerahkan lembaran uang Rp 50.000,-.

“Nggak usah mas… Jangan… Ibu saya sebetulnya melarang saya minta-minta... 

Makanya saya tawarin mas parkirin mobilnya Soalnya tadi saya kasihan bapak itu aja. Cuma saya bener-benar nggak punya uang,” katanya lagi...

“Eh… mas minta maaf ya tadi salah sangka sama kamu… Kirain kamu tukang minta2” kataku merasa bersalah.

“Saya yang minta maaf mas… Saya jadi minta uang duluan sama mas.. Padahal saya belum kerja.”

“Sama-sama lah… Ini ambil uangnya… Ini kamu nggak minta, aku yang beri...” kataku.

“Makasih. Mas mau parkir sekarang ?” 

tanyanya lagi.

“Nggak… aku nggak usah dibantu parkir,” kataku.

“Beneran mas ? Soalnya saya mau jemput adik saya ngaji dulu bu… 

Takut nangis kalau kelamaan telat jemputnya…”

“Udah, sana jemput aja adiknya…” 

kataku tersenyum.

“Makasih ya, mas…” katanya setengah berlari meninggalkan saya yang termangu.

Saya menoleh ke tiang listrik, bapak tua itu sudah pergi. 

Saya lihat dari spion mobil, anak itu berjalan setengah berlari.

Diluar sana banyak orang tidak seberuntung kita, tapi mereka masih memikirkan sesama, masih berusaha bersedekah dan sangat yakin akan jaminan rezeki.

Terima kasih dik, kamu hari ini telah memberikan pelajaran akhlaq yang luar biasa untuk saya … 

Semoga hidupmu berlimpah berkah dan rezeki....

Saya starter mobilku dan melaju pelan-pelan menuju rumah. 

Aku sediiih dan haru,  

kerena belum bisa berbuat banyak untuk sesama...

0 Response to "Dia Bukan Pengemis"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak