Mengapa Syiah?

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.(Alquran 3:103)

Mengapa Syiah?

Istilah “Syiah” adalah sebuah kata sifat yang digunakan umat muslim yang mengikuti para imam (Ahl al-Bayt) dari keluarga nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Mereka menggunakannya bukan untuk alasan sektarianisme atau untuk menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam. 

Mereka menggunakannya karena Al-quran menggunakannya, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menggunakannya, dan kaum muslim awal menggunakannya sebelum istilah seperti Sunni atau Salafi ada.

Syiah di dalam Alquran

Kata “Syiah” bermakna “ pengikut” ; “anggota dari suatu golongan”.

Allah telah menyebutkannya di dalam Quran bahwa beberapa hamba-Nya yang saleh (para nabi) adalah syiah bagi hamba-hamba lain-Nya yang saleh.

Dan sungguh Ibrahim termasuk dari Syiah-nya (Nuh)(Quran 37:83)

Dan dia (Musa) masuk ke kota ketika penduduknya sedang lengah, dan dia mendapati padanya dua laki-laki berkelahi. Seorang dari Syiahnya (Bani Israil) dan yang seorang lagi dari golongan musuhnya (Qibthi). Maka yang dari golongannya itu meminta pertolongan dari golongan musuhnya. (Quran 28:15)

Jadi Syiah adalah kata resmi yang digunakan Allah di dalam Alquran-Nya untuk para nabi-Nya yang agung juga para pengikutnya.

Jika seseorang adalah Syiah (pengikut) dari hamba-Nya yang saleh, maka tidak ada yang salah untuk menjadi seorang Syiah. 

Di sisi lain, jika seseorang menjadi Syiah dari seorang tiran atau penjahat, dia akan bernasib sama dengan pemimpinnya. Al-quran menyatakan bahwa di hari kebangkitan seseorang akan datang berkelompok, dan setiap kelompok memiliki pemimpin (imam) di depannya. Allah berfirman:

(Ingatlah) pada hari di mana setiap orang dipanggil bersama imamnya (Quran 17:71)

Pada hari kebangkitan, nasib “para pengikut” dari setiap kelompok tergantung dari pada nasib dari para imamnya (bukti bahwa mereka mengikuti imamnya). Allah menyebutkan dalam Alquran bahwa ada dua tipe dari Imam :

Dan Kami jadikan mereka imam-imam yang menyeru ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan di tolong. Dan Kami ikutkan untuk mereka laknat di dunia ini, sedang di hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dihinakan. (Quran 28:41-42)

Alquran juga mengingatkan kita bahwa ada para imam yang di tunjuk oleh Allah sebagai petunjuk manusia :

Dan Kami jadikan di antara mereka imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami tatkala mereka bersabar dan adalah mereka yakin kepada ayat-ayat Kami. (Quran 32:24)

Pastilah, pengikut sejati (Syiah) dari imam-imam tersebut yang akan menjadi orang paling beruntung pada hari kiamat.

Syiah dalam Hadis

Di dalam sejarah Islam, “Syiah” sudah digunakan secara khusus bagi pengikut Imam Ali as. Istilah ini bukan baru ditemukan setelahnya! Manusia pertama yang menggunakan terma ini adalah Rasulullah sendiri. Ketika ayat ini diturunkan:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itulah sebaik-baiknya makhluk (Quran 98:7)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Ali: "Ini adalah untuk engkau dan Syiahmu"

Beliau saw melanjutkan perkataannya: "Saya berjanji dengan Dia yang mengatur kehidupan saya bahwa orang ini (Ali) dan Syiahnya akan selamat di hari kiamat”

 Jalal al-Din al-Suyuthi, Tafsir al-Durr al-Manthur, (Kairo) jil. 6, hal. 379

 Ibn Jarir al-Tabari, Tafsir Jami' al-Bayan, (Kairo) jil. 33, hal. 146

 Ibn Asakir, Ta'rikh Dimashq, vol. 42, hal. 333, hal. 371

 Ibn Hajar al-Haytsami, al-Sawa'iq al-Muhriqah, (Kairo) Ch. 11, Bab 1,hal 246-247

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Wahai Ali! (Pada hari kiamat) engkau dan Syiahmu akan datang kepada Allah dalam keadaan diridai dan meridai, juga akan datang pada-Nya musuh-musuhmu dgn marah dan leher mereka yang kaku (kepala mereka dipaksa melihat ke atas).

 Ibn al-'Atsir, al-Nihaya fi gharib al-hadith, (Beirut, 1399), jil. 4 hal. 106

 al-Tabarani, Mu'jam al-Kabir, jil. 1 hal 319

 al-Haytsami, Majma' al-Zawa'id, jil. 9, nomor 14168

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : "Berbahagialah, wahai Ali! Sesungguhnya engkau dan Syiahmu akan berada di surga."

 Ahmad bin Hanbal, Fadha'il al-Sahaba, (Beirut) jil. 2, hal. 655

 Abu Nu'aym al-Isbahani, Hilyatul Awliya, jil. 4, hal. 329

 al-Khatib al-Baghdadi , Tarikh Baghdad, (Beirut) jil. 12, hal. 289

 al-Tabarani, Mu'jam al-Kabir, jil. 1, hal. 319

 al-Haytsami, Majma' al-Zawa'id, jil. 10, hal. 21-22

 Ibn 'Asakir, Ta'rikh Dimashq, jil. 42, hal. 331-332

Ibn Hajar al-Haytsami, al-Sawa'iq al-Muhriqah, (Kairo) bab. 11, bag. 1, hal. 247

Bagaimana mungkin Nabi saw. menggunakan istilah yang memecah belah?

Apakah Nabi Ibrahim seorang sektarian? Bagaimana dengan Nabi Nuh dan Nabi Musa? Jika Syiah adalah istilah yang memecah belah atau sektarian, Allah tidak akan menggunakannya bagi para nabi-Nya yang agung dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga tidak akan memuji mereka.

Perlu ditekankan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah ingin membagi muslim ke dalam kelompok-kelompok. 

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru manusia untuk mengikuti Imam Ali alaihi sallam sebagai wali selama hidupnya, dan sebagai penggantinya dan khalifahnya setelah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Sayang sekali mereka yang memperhatikan keinginan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam hanya sedikit sekali dan mereka di kenal dengan “Syiah Ali”. Para pengikut Ali dijadikan subjek dengan berbagai diskriminasi dan tuduhan, bahkan menderita sejak wafatnya Nabi

Muhammad saw. Jika semua muslimin taat pada apa yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam inginkan, maka tidak akan ada golongan-golongan di dalam Islam. Di dalam hadisnya, Rasulullah saw berkata :

"Tak lama setelah saya (wafat), perselisihan dan kebencian akan muncul di antara kalian, apabila keadaan demikian muncul, pergi dan carilah Ali, karena dia dapat memisahkan Kebenaran dari kebatilan”.

 Ali Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummal, (Multan) jil. 2 p. 612, no. 32964

Mengenai ayat Quran yang telah dikutip, beberapa ulama suni meriwayatkan dari Imam Ja'far al-Sadiq (as), imam keenam Syiah dari keluarga suci Nabi Muhammad saw (Ahl al-Bayt):

"Kami adalah tali Allah ketika Allah berfirman: Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah bercerai berai.

 al-Tha'labi, Tafsir al-Kabir, pada tafsir surat 3:103

 Ibn Hajar al-Haytsami, al-Sawa'iq al-Muhriqah, (Kairo) bab 11, bag.1, hal. 233

Jadi, jika Allah mencela sekatarianisme, Dia mencela mereka yang memisahkan diri dari tali-Nya, bukan kepada mereka yang berpegang teguh padanya!

Kesimpulan:

Kita telah saksikan bahwa istilah Syiah sudah digunakan dalam Alquran untuk para pengikut dari hamba-hamba Allah yang saleh, dan terdapat di dalam hadis-hadis dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk para pengikut Imam Ali alaihi sallam.

Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Nya, maka dia selamat dari perdebatan di dalam agama, berpegang teguh pada Tali Allah yang kuat dan diberikan kebahagiaan abadi di surga.

Untuk mencari lebih dalam tentang Islam yang sejati, kunjungi: http://al-islam.org/faq/

0 Response to "Mengapa Syiah?"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak