Rencana Jahat Hanya Akan Menimpa Yang Merencanakannya

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

Siapa Yang Membuat Lubang Untuk Mencelakakan Orang, Justru Dia Yang Akan Celaka

Kalimat di atas bukanlah riwayat hadis dari Rasulullah ﷺ. 

Jika diteliti agak jauh, kalimat tersebut diriwayatkan sebagai ucapan Ka'ab Al Ahbar dan Abdullah bin 'Amr. 

Walau lebih tepat dinyatakan sebagai kalimat bijak di kalangan orang Arab.

As Sakhawi dalam Al Maqashidul (hal. 1113) menukil tanggapan Al Hafiz Ibnu Hajar, " Saya tidak menemukan sumber riwayatnya"

As Sakhawi justru menyebutkan diskusi antara Ka'ab Al Ahbar dengan sahabat Ibnu Abbas mengenai status kalimat di atas.

" Kami menemukannya di dalam Al Qur'an", kata Ibnu Abbas.

Setelahnya, beliau membaca firman Allah Ta'ala :

وَلَا يَحِيْقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ اِلَّا بِاَهْلِهٖ


" Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri " ( Fathir 43)

Membuat makar artinya : bertipu muslihat, akal busuk, merekayasa rencana jahat, secara licik ingin menjatuhkan orang, dan itu semua di akhir cerita justru akibatnya akan menimpa pelakunya. 

Cepat lambat akan tersingkap. Kalau tidak hari ini, esok tentu terungkap. Kebenaran tak bisa disembunyikan. Sebab, cahaya dapat menembus banyak batas.

Banyak kisah dalam Al Qur'an yang harus dibaca agar hadir rasa takut berbuat makar. 

Coba ulang-ulang kisah Nabi Yusuf! Berapa lapis makar dan berapa babak tipu muslihat diarahkan kepada Nabi Yusuf? 

Makar abang-abangnya, makar para kafilah, dan makar perempuan, adalah bukti beratnya ujian Nabi Yusuf.

Ada putar balik fakta, berpura-pura sebagai korban, diskenariokan selaku yang terzalimi, diperparah lagi dengan menyerang orang lain dengan fitnah dan berita hoaks, seakan-akan orang lain itulah yang membuat onar, yang membikin masalah, dan orang lainlah yang memperkeruh keadaan.

Ia lupa dan tidak sadar, bahwa akibatnya justru ia yang menanggung.

Syaikh Muqbil Al Wadi'i ( Minal Majalis Al Adabiyyah, hal 118-120 ) bercerita tentang kisah Mas'ud bin Ali Al Ansi.

Cerita lengkapnya dalam Hajrul Ilmi (2/731-732)

Di akhir abad ke- 5 hijiriah, sejumlah pejabat qadhi di wilayah Yaman menaruh hasad kepada Mas'ud. Dikarenakan banyak masyarakat yang senang dan tertarik dengan penjelasan-penjelasan fikihnya.

Suatu saat, Mas'ud difitnah. Teks jawaban tertulis dari Mas'ud diubah-ubah titiknya. Menanggapi sebuah jawaban fikih yang tidak tepat, Mas'ud menulis: 

هذا المجيب لا يعرف شيئا

" Pemberi jawaban tidak mengetahui sama sekali ".

Namun, di zaman itu, memang masih terbiasa huruf-huruf Arab tidak diberi titik.

Oleh pihak-pihak yang hasad, teks jawaban itu diubah menjadi :

هذا المخنث لا يعرف شيئا

"Si banci ini tidak mengetahui sama sekali "

Pemberi jawaban ( المجيب ) diubah menjadi si banci ( المخنث ).

Setelah itu, ramai-ramai mereka melapor kepada Saifus Salam, penguasa setempat, dan menyatakan, " Wahai penguasa kami, muncul seseorang mengaku-aku pandai fikih. 

Orang itu sering menghina ahli-ahli fikih yang ada dan membodoh-bodohkan mereka. Tidak cukup dengan kata-kata, bahkan orang itu melakukan dalam bentuk tulisan"

Teks jawaban Mas'ud yang telah diubah-ubah lalu diserahkan sebagai bukti.

Saifus Salam langsung marah dan memerintahkan agar Mas'ud bin Ali dibawa menghadap. Di depan orang banyak, Saifus Salam menanyakan kebenaran tulisan itu.

"Subhanallah! Apakah akal-akal yang waras sudah tidak bisa lagi membedakan antara warna huruf dan warna titik-titiknya?", Mas'ud membela diri.

Memang! Ada perbedaan tinta yang dipakai oleh Mas'ud dengan pihak yang memfitnah.

Saifus Salam pun sadar tentang apa yang sedang terjadi. Beliau mengerti ada upaya untuk menghasut.

Beliau perintahkan agar Qadhi Ahmad, selaku dalangnya, dipecat dari jabatannya, sementara Mas'ud bin Ali diangkat sebagai Qadhi baru.

Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri.

Berhati-hatilah! Jangan berpikir untuk mencelakakan orang lain. Jangan berencana untuk menjatuhkan orang lain. Sebab, yang akan celaka dan jatuh adalah dirinya sendiri.

Semoga Allah memberi hidayah untuk kita.

Sallam Bahagia Dunia Akhirat

0 Response to "Rencana Jahat Hanya Akan Menimpa Yang Merencanakannya"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak