Benarkah Salafi Adalah Pintu Masuk Terorisme?

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiaplangkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

Hari Ahad, 15 Sya’ban 1442 H/28 Maret 2021, kita dikejutkan dengan kejadian peledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar. Tak ayal, banyak bermunculan berbagai komentar, opini, tanggapan, status-status, dan analisa dari berbagai pihak. Tentu saja, pihak-pihak tersebut mengeluarkan statemen sesuai dengan tingkat intelektual, subjektivitas, dan kapasitas masing-masing.

Di antara pernyataan kontroversial yang sangat disayangkan adalah statemen yang menghubung-hubungkan antara terorisme dan salafi atau wahabi. Seolah-olah salafi dan wahabi adalah pintu masuk dari pemahaman terorisme dan radikalisme. Benarkah tuduhan tersebut?

Kilas balik ke belakang, sebenarnya ini bukan pertama kali salafi dan wahabi dikambinghitamkan dengan isu terorisme. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mendudukkan permasalahan ini dengan ilmiah dan dalil. Sekali lagi, dengan ilmiah dan dalil. Bukan dengan perasaan, “katanya-katanya”, atau fanatik buta.

Apa dan Siapa Itu Salafi?

Apa yang dimaksud dengan as-Salafiah dan apa pendapat Anda tentangnya?

Jawaban:

Segala puji hanya bagi Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, keluarganya, dan para sahabatnya. Wa ba’du.

As-Salafiah (السلفية) adalah nisbah kepada as-Salaf (السلف).

As-Salaf (السلف) adalah para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para imam yang membawa petunjuk dari tiga generasi awal (umat ini) radhiallahu anhum.

Mereka adalah orang-orang yang telah dipersaksikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagai (umat yang) terbaik sebagaimana dalam sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku. Kemudian, orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya lagi). Kemudian, akan datang kaum yang persaksian seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”[1] (HR. Ahmad dalam Musnad-nya. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim)

Adapun as-Salafiyyun (السلفيون) adalah bentuk jamak (plural) dari kata salafi (سلفي), yakni nisbah kepada as-Salaf (السلف) dan sebelumnya telah dijelaskan apa itu makna as-Salaf (السلف).

(Jadi, makna as-Salafiyyun atau para salafi) adalah orang-orang yang beragama diatas manhaj (metode) para salaf dalam berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam), serta mendakwahkan dan mengamalkan keduanya (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Dengan demikian, mereka (yakni as-Salafiyyun atau para salafi) adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Wabillahit taufiq.

Al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiah wal Ifta

Ketua: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz; Wakil: Abdurrazaq Afifi; Anggota: Abdullah bin Ghudayyan, Abdullah bin Qu’ud

(Fatawa al-Lajnah ad-Daimah 2/242-243, pertanyaan kedua dari fatwa nomor 1361)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Tidak tercela ketika seseorang menampakkan, menisbahkan, dan menyandarkan metode beragamanya kepada para salaf. 

Bahkan, wajib untuk menerima hal tersebut menurut kesepakatan (ulama). Sebab, tidaklah metode beragama para salaf itu, kecuali metode agama yang benar.” (Majmu’ al-Fatawa 4/149)

Benarkah Salafi Adalah Pintu Masuk Terorisme?

Dengan memahami penjelasan singkat di atas, kita bisa menginterpretasikan tuduhan sebagian pihak yang menuding salafi ada kaitannya dengan terorisme, atau salafi adalah gerbang masuk paham radikalisme, atau tuduhan yang lainnya; sebagai tudingan yang tidak benar.

Sejatinya, pihak-pihak yang melontarkan tuduhan tersebut hanyalah mencela prinsip dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berpegang teguh, mengamalkan, dan mendakwahkan Al-Qur’an dan As-Sunnah (ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam), berdasarkan pemahaman salaf; bukan pemahaman pribadi, kelompok, ataupun organisasi.

Boleh jadi, pihak-pihak tersebut belum mengetahui apa dan siapa itu salafi. Namun, bisa jadi pula, pihak-pihak tersebut memang tidak suka dengan salafi karena metode beragama mereka tidak sesuai dengan metode yang dianutnya. Lagi pula, sekadar tuduhan tanpa bukti ilmiah, siapa pun bisa melakukannya. Sungguh, jauh panggang dari api.

Sebaliknya, fakta membuktikan bahwa para salafi adalah orang-orang yang paling menentang paham terorisme dan radikalisme.

Para salafi meyakini bahwa peledakan bom bunuh diri bukanlah jihad, melainkan perbuatan bunuh diri yang sangat dilarang agama. Bom bunuh diri juga merupakan perbuatan keji yang termasuk perusakan di muka bumi.

Para salafi adalah pribadi-pribadi yang paling jauh dari takfir (sikap bermudah-mudahan dan serampangan dalam memvonis kafir kepada saudaranya sesama muslim).

Para salafi juga tidak berdakwah dan amar makruf nahi mungkar dengan memaksakan kehendak, mengancam, atau meneror pihak yang didakwahi; apalagi sampai bertindak anarki.

Para salafi adalah individu-individu yang berprinsip as-sam’u wa ath-tha’ah li wulatil umur, yakni menaati pemerintah kaum muslimin dalam hal yang makruf dan bukan maksiat.

Para salafi juga meyakini bahwa mencela pemerintah hukumnya adalah haram. Para salafi tidak pernah setuju apalagi mengikuti demonstrasi-demonstrasi. Bahkan, di rumah-rumah mereka pun, mereka tidak menggunjing pemerintah. Para salafi selalu mengajari istri dan anak-anak mereka untuk senantiasa melantunkan doa-doa kebaikan untuk pemerintah negeri ini.

“Ya Allah, lindungilah pemerintah kami… Ya Allah, berilah pertolongan kepada pemerintah kami…,” adalah di antara untaian doa-doa yang terucap dari bibir mungil putra-putri salafi.

Para salafi tidaklah melakukan itu semua karena tendensi tertentu, atau karena ingin mendapatkan harta, jabatan, pujian, kedudukan, atau tujuan lainnya. Tidaklah semua itu mereka lakukan, kecuali karena mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala semata.

Ya, benar. Seorang salafi yang ikhlas kepada Allah dan berpegang teguh dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam; adalah orang yang antiterorisme dan antiradikalisme.

Ya, benar. Ulama-ulama salafi, kajian-kajian salafi, pondok-pondok pesantren salafi, buku-buku salafi, dan media-media salafi; adalah pihak yang sering menjelaskan dan mengulang-ulang peringatan dari bahaya laten terorisme dan tokoh-tokohnya.

Ya, benar. Kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman para salaf; adalah solusi dan jalan keluar terbaik dari permasalahan terorisme dan radikalisme.

Nasihat dan Harapan

Kepada as-Salafiyyun (para salafi), tidak perlu berkecil hati atau bersedih dengan tuduhan tersebut. Toh, tudingan tersebut tidak valid dan jauh dari ilmiah. Bersabarlah di atas kebenaran dan tidak perlu terpancing ikut berkomentar dengan mencela atau meluapkan emosi di media-media, status-status, atau yang lain.

Jika mampu, jelaskan apa itu salafi dengan hikmah dan santun. Hiasi setiap muamalah, pergaulan, dan interaksi sosial kita; baik di dunia nyata maupun dunia maya, dengan akhlak karimah, ucapan yang santun, dan perangai yang agung. 

Bukankah menerapkan akhlak yang mulia dalam bermasyarakat akan membuat manusia tertarik dan senang terhadap dakwah salafi? Ingat, jangan sampai dakwah salaf yang mulia ini tercoreng gara-gara akhlak kita yang tidak mencerminkan akhlak para salaf.

Kepada kaum muslimin dan masyarakat umum, mohon berkenan menilai segala sesuatu dengan ilmiah. Mohon tidak menggeneralisasi (jawa: gebyah uyah) dalam menyikapi pihak-pihak yang mungkin penampilannya “mirip” dengan atribut yang dikenakan para teroris. 

Tidak perlu khawatir untuk memperdalam dan mengamalkan agama Islam dengan pemahaman yang benar. Berhati-hatilah memilih guru dan media ketika menuntut ilmu agama. Mari kita membantu pemerintah dalam upaya meberantas terorisme dan radikalisme.

Ya Allah… Berilah kami hidayah dan petunjuk-Mu, supaya kami bisa istiqamah dalam berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman para salaf. Wallahu waliyyut taufiq.

Permohonan

Para pembaca rahimakumullah, untuk lebih memahami apa itu salafi, siapa itu salafi, mengapa harus bermanhaj salaf, apa saja prinsip-prinsip dan ajaran salafi; dan bahasan terkait dengan hal tersebut; mohon berkenan membaca dan mencermati bahasan pada tautan berikut ini.

Catatan Kaki

[1] Maksudnya adalah mereka tidak berhati-hati dan menganggap remeh (menggampang-gampangkan) dalam hal persaksian dan sumpah. Lihat al-Bahru al-Muhith ats-Tsajjaj fi Syarhi Shahihi al-Imam Muslim bin al-Hajjaj 40/91. (-pent.)

(Ustadz Abu Ismail Arif)

0 Response to "Benarkah Salafi Adalah Pintu Masuk Terorisme?"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak