Makna Jahiliah dan Macamnya

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiaplangkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

Jahiliah terambil dari kata, al-jahl, yang berarti bodoh. Zaman jahiliah adalah zaman kebodohan. Dalam istilah syariat, zaman jahiliah adalah kebodohan yang ada pada manusia sebelum Islam datang, berupa kebodohan terhadap Allah ‘azza wa jalla, para rasul-Nya, dan syariat-Nya.

Kebodohan yang dimaksud mencakup beberapa hal:

1. Tidak tahu yang haq

2. Meyakini lawan dari al-haq

3. Mengatakan sesuatu yang tidak benar, baik dia mengetahui kebenaran maupun tidak.

4. Semua hal yang menyelisihi apa yang dibawa oleh Rasul, termasuk Yahudi dan Nasrani.

Macam-Macam Jahiliah

Pertama, jahiliah ‘ammah atau muthlaqah yang sifatnya menyeluruh.

Jahiliah ‘ammah terjadi pada zaman sebelum datangnya Islam. Dengan datangnya Islam maka jahiliah ‘ammah ini terhapus. Karena tidak mungkin di suatu waktu setelah datangnya Islam, manusia di seluruh belahan bumi ini dalam keadaan jahiliah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزَالُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظاَهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ الله ِ وَهُمْ كَذَلِكَ

“Akan tetap ada sekelompok dari umatku yang tampak di atas yang haq tidak memudaratkan mereka orang yang mengacuhkan mereka, sampai datang perintah Allah sedang mereka tetap dalam keadaan demikian.” (Sahih, HR. Muslim dari Tsauban)

Kedua, jahiliah muqayyadah yang sifatnya terkait, baik terkait dengan tempat, seseorang, maupun sekelompok manusia.

Jahiliah muqayyadah masih ada di sebagian umat ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُوْنَهُنَّ: الفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالْاِسْتِسْقاَءُ بِالنُّجُوْمِ، وَالنِّيَاحَةُ

“Ada empat perkara pada umatku yang termasuk karakter jahiliah, yang mereka tidak akan meninggalkannya: berbangga dengan nasab, mencela nasab, meminta hujan dengan bintang, dan meratapi mayat.” (Sahih, HR. Muslim dari Abu Malik al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu)

Kesimpulan

Kita tidak boleh menyifati umat ini setelah datangnya Islam dengan sifat jahiliah yang mutlak. Misalnya, dengan mengatakan bahwa zaman ini adalah zaman jahiliah atau abad ini adalah abad jahiliah.

Dibolehkan kita menyifati dengan sifat jahiliah yang terkait (muqayyadah), misalnya orang itu memiliki sifat jahiliah atau kampung ini adalah kampung jahiliah. Tentunya, hal ini jika keadaan orang atau kampung tersebut memang demikian.

Sumber bacaan:

1. Iqtidha ash-Shirathil Mustaqim, 1/256-259

2. Kitabut Tauhid, karya asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, hlm. 21-22

3. al-Qaulul Mufid, juz 1, “Bab Tabarruk”, karya asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin

Ditulis oleh Ustadz Qomar Suaidi, Lc

0 Response to "Makna Jahiliah dan Macamnya"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak