Doa Kedua Orangtua Termasuk Doa Yang Mustajab

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.

Doa Kedua Orangtua Termasuk Doa Yang Mustajab
Durhaka kepadamu berdua termasuk dosa besar dan mengakibatkan masuk ke dalam neraka. Diriwayatkan dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ู„ุงَ ูŠَุฏْุฎُู„ُ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ ุนَุงู‚ٌّ ูˆَู„ุงَ ู…ُุคْู…ِู†ٌ ุจِุณِุญْุฑٍ ูˆَู„ุงَ ู…ُุฏْู…ِู†ُ ุฎَู…ْุฑٍ ูˆَู„ุงَ ู…ُูƒَุฐِّุจٌ ุจِู‚َุฏَุฑٍ

“Tidak akan masuk surga orang yang durhaka, orang yang beriman dengan sihir, orang yang kecanduan khamr, dan orang yang mendustakan taqdir.”

Diriwayatkan juga dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ุฅِู†َّ ุงู„ู„ู‡َ ุญَุฑَّู…َ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ุนُู‚ُูˆْู‚َ ุงْู„ุฃُู…َّู‡َุงุชِ ูˆَูˆَุฃْุฏَ ุงู„ْุจَู†َุงุชِ ูˆَู…َู†ْุนًุง ูˆَู‡َุงุชِ ูˆَูƒَุฑِู‡َ ู„َูƒُู…ْ ู‚ِูŠْู„َ ูˆَู‚َุงู„َ ูˆَูƒَุซْุฑَุฉَ ุงู„ุณُّุคَุงู„ِ ูˆَุฅِุถَุงุนَุฉَ ุงู„ْู…َุงู„ِ

“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas kalian kedurhakaan kepada ibu-ibu kalian, mengharamkan mengubur hidup anak-anak wanita, bakhil, rakus dan Allah membenci kalian untuk mengatakan katanya-katanya, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.”

Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu:

ุณُุฆِู„َ ุงู„ู†َّุจِูŠُّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุนَู†ِ ุงู„ْูƒَุจَุงุฆِุฑِ، ู‚َุงู„َ: ุงْู„ุฅِุดْุฑَุงูƒُ ุจِุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุนُู‚ُูˆْู‚ُ ุงู„ْูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ ูˆَู‚َุชْู„ُ ุงู„ู†َّูْุณِ ูˆَุดَู‡َุงุฏَุฉُ ุงู„ุฒُّูˆْุฑِ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang dosa-dosa besar, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan persaksian palsu’.”

Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

  ุฃَู„ุงَ ุฃُู†َุจِّุฆُูƒُู…ْ ุจِุฃَูƒْุจَุฑِ ุงู„ْูƒَุจَุงุฆِุฑِ؟ ุซَู„ุงَุซًุง. ู‚َุงู„ُูˆุง: ุจَู„َู‰ ูŠَุง ุฑَุณُูˆْู„َ ุงู„ู„ู‡ِ. ู‚َุงู„َ: ุงْู„ุฅِุดْุฑَุงูƒُ ุจِุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุนُู‚ُูˆْู‚ُ ุงู„ْูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ. ูˆَุฌَู„َุณَ ูˆَูƒَุงู†َ ู…ُุชَّูƒِุฆًุง ูَู‚َุงู„َ: ุฃَู„ุงَ ูˆَู‚َูˆْู„ُ ุงู„ุฒُّูˆْุฑِ. ู‚َุงู„َ ูَู…َุง ุฒَุงู„َ ูŠُูƒَุฑِّุฑُู‡َุง ุญَุชَّู‰ ู‚ُู„ْู†َุง: ู„َูŠْุชَู‡ُ ุณَูƒَุชَ 

“Maukah aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau mengulanginya tiga kali. Lalu mereka berkata: “Iya, wahai Rasululah.” Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau lalu duduk yang tadinya ittika` seraya mengatakan: “Ketahuilah (termasuk juga) persaksian palsu.” Abu Bakrah berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengulanginya sehingga kami mengatakan: ‘Duhai seandainya beliau berhenti’.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

ุงู„ْูƒَุจَุงุฆِุฑُ ุงْู„ุฅِุดْุฑَุงูƒُ ุจِุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุนُู‚ُูˆْู‚ُ ุงู„ْูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ ูˆَู‚َุชْู„ُ ุงู„ู†َّูْุณِ ูˆَุงู„ْูŠَู…ِูŠْู†ُ ุงู„ْุบَู…ُูˆْุณُ

“Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan sumpah palsu.”

Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ู…َุง ู…ِู†ْ ุฐَู†ْุจٍ ุฃَุฌْุฏَุฑُ ุฃَู†ْ ูŠُุนَุฌِّู„َ ุงู„ู„ู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ู„ِุตَุงุญِุจِู‡ِ ุงู„ْุนُู‚ُูˆْุจَุฉَ ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู…َุนَ ู…َุง ูŠَุฏَّุฎِุฑُ ู„َู‡ُ ูِูŠ ุงْู„ุขุฎِุฑَุฉِ ู…ِุซْู„ُ ุงู„ْุจَุบْูŠِ ูˆَู‚َุทِูŠْุนَุฉِ ุงู„ุฑَّุญِู…ِ

“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan adzabnya oleh Allah di dunia, bersamaan dengan adzab yang Allah simpan untuk di akhirat nanti, daripada perbuatan dzalim dan memutuskan hubungan silaturrahim.”

Mencela mereka berdua termasuk kedurhakaan dan perbuatan yang mendatangkan kutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ุฅِู…َّุง ูŠَุจْู„ُุบَู†َّ ุนِู†ْุฏَูƒَ ุงู„ْูƒِุจَุฑَ ุฃَุญَุฏُู‡ُู…َุง ุฃَูˆْ ูƒِู„ุงَู‡ُู…َุง ูَู„ุงَ ุชَู‚ُู„ْ ู„َู‡ُู…َุง ุฃُูٍّ ูˆَู„ุงَ ุชَู†ْู‡َุฑْู‡ُู…َุง ูˆَู‚ُู„ْ ู„َู‡ُู…َุง ู‚َูˆْู„ุงً ูƒَุฑِูŠْู…ًุง. ูˆَุงุฎْูِุถْ ู„َู‡ُู…َุง ุฌَู†َุงุญَ ุงู„ุฐُّู„ِّ ู…ِู†َ ุงู„ุฑَّุญْู…َุฉِ ูˆَู‚ُู„ْ ุฑَุจِّ ุงุฑْุญَู…ْู‡ُู…َุง ูƒَู…َุง ุฑَุจَّูŠَุงู†ِูŠ ุตَุบِูŠْุฑًุง

“Dan apabila keduanya telah lanjut usia atau salah satu dari keduanya, maka janganlah kamu mengatakan kepada mereka berdua “ah” dan jangan kamu menghardiknya, dan katakanlah ucapan yang baik. Rendahkan sayap kehinaanmu di hadapan keduanya dan katakanlah: ‘Wahai Rabbku, berikanlah kepada keduanya kasih sayang sebagaimana dia berdua telah memeliharaku semenjak kecilku’.” (Al-Isra`: 24)

Diriwayatkan dari Abu Thufail ‘Amir bin Watsilah, ia berkata:

ูƒُู†ْุชُ ุนِู†ْุฏَ ุนَู„ِูŠٍّ ุจْู†ِ ุฃَุจِูŠ ุทَุงู„ِุจٍ ูَุฃَุชَุงู‡ُ ุฑَุฌُู„ٌ ูَู‚َุงู„َ: ู…َุง ูƒَุงู†َ ุงู„ู†َّุจِูŠُّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูŠُุณِุฑُّ ุฅِู„َูŠْูƒَ؟ ู‚َุงู„َ: ูَุบَุถِุจَ ูˆَู‚َุงู„َ: ู…َุง ูƒَุงู†َ ุงู„ู†َّุจِูŠُّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูŠُุณِุฑُّ ุฅِู„َูŠَّ ุดَูŠْุฆًุง ูŠَูƒْุชُู…ُู‡ُ ุงู„ู†َّุงุณَ ุบَูŠْุฑَ ุฃَู†َّู‡ُ ู‚َุฏْ ุญَุฏَّุซَู†ِูŠ ุจِูƒَู„ِู…َุงุชٍ ุฃَุฑْุจَุนٍ. ู‚َุงู„َ: ูَู‚َุงู„َ: ู…َุง ู‡ُู†َّ ูŠَุง ุฃَู…ِูŠْุฑَ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠْู†َ؟ ู‚َุงู„َ: ู‚َุงู„َ: ู„َุนَู†َ ุงู„ู„ู‡ُ ู…َู†ْ ู„َุนَู†َ ูˆَุงู„ِุฏَู‡ُ ูˆَู„َุนَู†َ ุงู„ู„ู‡ُ ู…َู†ْ ุฐَุจَุญَ ู„ِุบَูŠْุฑِ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَู„َุนَู†َ ุงู„ู„ู‡ُ ู…َู†ْ ุขูˆَู‰ ู…ُุญْุฏِุซًุง ูˆَู„َุนَู†َ ุงู„ู„ู‡ُ ู…َู†ْ ุบَูŠَّุฑَ ู…َู†َุงุฑَ ุงْู„ุฃَุฑْุถِ

“Di saat saya berada di sisi ‘Ali bin Abu Thalib, seseorang mendatangi beliau dan berkata: “Apakah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah merahasiakan sesuatu kepadamu?” (‘Amir bin Watsilah) berkata: Lalu ‘Ali marah dan berkata: “‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah merahasiakan sesuatupun kepadaku yang beliau sembunyikan dari orang lain, hanya saja beliau menyampaikan empat kalimat kepadaku.” Lalu orang itu berkata: “Apa keempat perkara itu, wahai Amirul Mukminin?” ‘Ali berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang melindungi pelaku bid’ah dan Allah melaknat orang yang mengubah patok bumi’.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu 'anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ู…ِู†َ ุงู„ْูƒَุจَุงุฆِุฑِ ุดَุชْู…ُ ุงู„ุฑَّุฌُู„ِ ูˆَุงู„ِุฏَูŠْู‡ِ. ู‚َุงู„ُูˆุง: ูŠَุง ุฑَุณُูˆْู„َ ุงู„ู„ู‡ِ، ูˆَู‡َู„ْ ูŠَุดْุชُู…ُ ุงู„ุฑَّุฌُู„ُ ูˆَุงู„ِุฏَูŠْู‡ِ؟ ู‚َุงู„َ: ู†َุนَู…ْ، ูŠَุณُุจُّ ุฃَุจَุง ุงู„ุฑَّุฌُู„ِ ูَูŠَุณُุจُّ ุฃَุจَุงู‡ُ ูˆَูŠَุณُุจُّ ุฃُู…َّู‡ُ ูَูŠَุณُุจُّ ุฃُู…َّู‡ُ

“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci kedua orang tuanya.” (Para shahabat) berkata: ‘Ya Rasulullah, apakah seseorang (tega) mencaci kedua orang tuanya?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Iya. (Yaitu dengan cara) dia mencaci bapak orang lain lalu orang lain itu membalas mencaci bapaknya, dia mencaci ibu orang lain kemudian orang itu balas mencaci ibunya.”

Doa engkau berdua wahai ibu dan bapakku, cepat diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka doakanlah agar hidayah Allah Subhanahu wa Ta'ala tercurah padaku dan janganlah berdoa kutukan untukku.

Hal ini telah diperingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui lisan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah sabdanya:

ู„ุงَ ุชَุฏْุนُูˆุง ุนَู„َู‰ ุฃَู†ْูُุณِูƒُู…ْ ูˆَู„ุงَ ุชَุฏْุนُูˆุง ุนَู„َู‰ ุฃَูˆْู„ุงَุฏِูƒُู…ْ ูˆَู„ุงَ ุชَุฏْุนُูˆุง ุนَู„َู‰ ุฃَู…ْูˆَุงู„ِูƒُู…ْ ู„ุงَ ุชُูˆَุงูِู‚ُูˆุง ู…ِู†َ ุงู„ู„ู‡ِ ุณَุงุนَุฉً ูŠُุณْุฃَู„ُ ูِูŠْู‡َุง ุนَุทَุงุกٌ ูَูŠَุณْุชَุฌِูŠْุจُ ู„َูƒُู…ْ

“Jangan kalian berdoa kejelekan untuk diri kalian, dan jangan berdoa kejelekan untuk anak-anak kalian, dan jangan berdoa kejelekan untuk harta benda kalian, karena tidaklah kalian bertemu dengan waktu yang mustajab (bila minta kepada Allah pasti akan dikabulkan) melainkan Allah mengabulkan doa kalian.”

Bila engkau tersakiti oleh putra putrimu, janganlah segera berdoa kejelekan buat mereka. Karena doa kedua orang tua termasuk sederetan doa yang mustajab, sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah sabda beliau dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

ุซَู„ุงَุซُ ุฏَุนَูˆَุงุชٍ ู…ُุณْุชَุฌَุงุจَุงุชٌ ู„ุงَ ุดَูƒَّ ูِูŠْู‡ِู†َّ؛ ุฏَุนْูˆَุฉُ ุงู„ْูˆَุงู„ِุฏِ، ูˆَุฏَุนْูˆَุฉُ ุงู„ْู…ُุณَุงูِุฑِ، ูˆَุฏَุนْูˆَุฉُ ุงู„ْู…َุธْู„ُูˆْู…ِ

“Tiga doa yang mustajab (dikabulkan) dan tidak ada keraguan padanya (yaitu) doa orang tua, doa orang yang sedang safar dan doa orang yang terdzalimi.”

Bila engkau telah tiada, baktiku akan sampai kepadamu. Hal ini telah di jelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sabda-sabdanya berikut: Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ุฅِุฐَุง ู…َุงุชَ ุงْู„ุฅِู†ْุณَุงู†ُ ุงู†ْู‚َุทَุนَ ุนَู†ْู‡ُ ุนَู…َู„ُู‡ُ ุฅِู„ุงَّ ู…ِู†ْ ุซَู„ุงَุซَุฉٍ؛ ุฅِู„ุงَّ ู…ِู†ْ ุตَุฏَู‚َุฉٍ ุฌَุงุฑِูŠَุฉٍ ุฃَูˆْ ุนِู„ْู…ٍ ูŠُู†ْุชَูَุนُ ุจِู‡ِ ุฃَูˆْ ูˆَู„َุฏٍ ุตَุงู„ِุญٍ ูŠَุฏْุนُูˆْ ู„َู‡ُ

“Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya melainkan tiga perkara (yaitu) shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak yang shalih yang mendoakan (kebaikan) baginya.”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma:

ุฃَู†َّ ุฑَุฌُู„ุงً ู‚َุงู„َ: ูŠَุง ุฑَุณُูˆْู„َ ุงู„ู„ู‡ِ، ุฅِู†َّ ุฃُู…ِّูŠ ุชُูˆُูِّูŠَุชْ ุฃَูَูŠَู†ْูَุนُู‡َุง ุฅِู†ْ ุชَุตَุฏَّู‚ْุชُ ุนَู†ْู‡َุง؟ ูَู‚َุงู„َ: ู†َุนَู…ْ. ู‚َุงู„َ: ูَุฅِู†َّ ู„ِูŠ ู…َุฎْุฑَูًุง ูˆَุฅِู†ِّูŠ ุฃُุดْู‡ِุฏُูƒَ ุฃَู†ِّูŠ ู‚َุฏْ ุชَุตَุฏَّู‚ْุชُ ุจِู‡ِ ุนَู†ْู‡َุง

“Seseorang berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: ‘Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Apakah akan bermanfaat baginya jika aku bersedekah atas namanya?’ Beliau menjawab: ‘Iya.’ Orang itu berkata: ‘Sesungguhnya aku memiliki kebun yang sudah berbuah dan saya mengangkatmu menjadi saksi bahwa aku telah menyedekahkannya untuk ibuku.”

Jika engkau berdua kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dengarlah nasihat dari Rabbku kepadamu!

ูˆَูˆَุตَّูŠْู†َุง ุงْู„ุฅِู†ْุณَุงู†َ ุจِูˆَุงู„ِุฏَูŠْู‡ِ ุญُุณْู†ًุง ูˆَุฅِู†ْ ุฌَุงู‡َุฏَุงูƒَ ู„ِุชُุดْุฑِูƒَ ุจِูŠ ู…َุง ู„َูŠْุณَ ู„َูƒَ ุจِู‡ِ ุนِู„ْู…ٌ ูَู„ุงَ ุชُุทِุนْู‡ُู…َุง ุฅِู„َูŠَّ ู…َุฑْุฌِุนُูƒُู…ْ ูَุฃُู†َุจِّุฆُูƒُู…ْ ุจِู…َุง ูƒُู†ْุชُู…ْ ุชَุนْู…َู„ُูˆْู†َ

“Dan Kami telah wasiatkan kepada manusia agar berbuat baiklah kepada kedua orang tua, dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan-Ku dan kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, maka janganlah kamu menaati keduanya dan kepadaku kalian akan dikembalikan dan Aku akan mengabarkan kepada kalian apa yang telah kalian perbuat.” (Al-’Ankabut: 8)

ูˆَุฅِู†ْ ุฌَุงู‡َุฏَุงูƒَ ุนَู„ู‰ ุฃَู†ْ ุชُุดْุฑِูƒَ ุจِูŠ ู…َุง ู„َูŠْุณَ ู„َูƒَ ุจِู‡ِ ุนِู„ْู…ٌ ูَู„ุงَ ุชُุทِุนْู‡ُู…َุง ูˆَุตَุงุญِุจْู‡ُู…َุง ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู…َุนْุฑُูˆْูًุง

“Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan-Ku sedangkan kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, maka janganlah kalian menaati keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (Luqman: 15)

Diriwayatkan dari Asma` binti Abu Bakar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata:

ู‚َุฏِู…َุชْ ุนَู„َูŠَّ ุฃُู…ِّูŠ ูˆَู‡ِูŠَ ู…ُุดْุฑِูƒَุฉٌ ูِูŠ ุนَู‡ْุฏِ ุฑَุณُูˆْู„ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูَุงุณْุชَูْุชَูŠْุชُ ุฑَุณُูˆْู„َ ุงู„ู„ู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ. ู‚ُู„ْุชُ: ูˆَู‡ِูŠَ ุฑَุงุบِุจَุฉٌ ุฃَูَุฃَุตِู„ُ ุฃُู…ِّูŠ؟ ู‚َุงู„َ: ู†َุนَู…ْ، ุตِู„ِูŠ ุฃُู…َّูƒِ

“Ibuku datang menjengukku dan dia dalam keadaan musyrik di masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku mengatakan: ‘Dia sangat berkeinginan (untuk bertemu denganku), apakah aku boleh menyambung hubungan dengan ibuku?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Iya, sambunglah hubungan dengan ibumu’.” 

Ummu Abdillah Al-Wadi’iyyah (putri Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wad’i) berkata: “Jika seorang wanita memiliki salah satu dari mahramnya atau keluarganya kafir, dia boleh berbuat baik kepadanya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

ู„ุงَ ูŠَู†ْู‡َุงูƒُู…ُ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู†ِ ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ู„َู…ْ ูŠُู‚َุงุชِู„ُูˆْูƒُู…ْ ูِูŠ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ ูˆَู„َู…ْ ูŠُุฎْุฑِุฌُูˆْูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุฏِูŠَุงุฑِูƒُู…ْ ุฃَู†ْ ุชَุจَุฑُّูˆْู‡ُู…ْ ูˆَุชُู‚ْุณِุทُูˆุง ุฅِู„َูŠْู‡ِู…ْ ุฅِู†َّ ุงู„ู„ู‡َ ูŠُุญِุจُّ ุงู„ْู…ُู‚ْุณِุทِูŠْู†َ

“Allah tidak melarang kalian dari orang-orang kafir yang tidak memerangi kalian dalam agama dan tidak mengusir kalian dari negeri-negeri kalian untuk kalian berbuat baik kepada mereka dan berbuat adil terhadap mereka. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil.” (Al-Mumtahanah: 8) 

Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan: “Allah  tidak melarang kalian untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi kalian dalam agama, seperti kaum wanita dan orang-orang lemah dari mereka; ุฃَู†ْ ุชَุจَุฑُّูˆْู‡ُู…ْ (untuk kalian berbuat baik kepada mereka) dan ูˆَุชُู‚ْุณِุทُูˆุง ุฅِู„َูŠْู‡ِู…ْ (kalian berbuat adil).” Lalu beliau menyebutkan hadits Asma` binti Abu Bakar di atas. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/363) 

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan tentang orang kafir yang kita tidak boleh berbuat baik kepada mereka:

ุฅِู†َّู…َุง ูŠَู†ْู‡َุงูƒُู…ُ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู†ِ ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ู‚َุงุชَู„ُูˆْูƒُู…ْ ูِูŠ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ ูˆَุฃَุฎْุฑَุฌُูˆْูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุฏِูŠَุงุฑِูƒُู…ْ ูˆَุธَุงู‡َุฑُูˆุง ุนَู„َู‰ ุฅِุฎْุฑَุงุฌِูƒُู…ْ ุฃَู†ْ ุชَูˆَู„َّูˆْู‡ُู…ْ ูˆَู…َู†ْ ูŠَุชَูˆَู„َّู‡ُู…ْ ูَุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ู‡ُู…ُ ุงู„ุธَّุงู„ِู…ُูˆْู†َ

“Sesungguhnya Allah melarang kalian (untuk berbuat baik) kepada orang-orang kafir yang memerangi kalian dalam agama dan mengeluarkan kalian dari negeri-negeri kalian dan mereka dengan terang-terangan mengusir kalian untuk kalian berloyalitas kepada mereka. Dan barangsiapa yang berloyalitas kepada mereka maka merekalah orang-orang yang berbuat aniaya.” (Al-Mumtahanah: 9)

Ibnu Katsir menjelaskan: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang kalian dari berloyalitas kepada mereka yang memancangkan permusuhannya kepada kalian, memerangi kalian, dan mengusir kalian dengan terang-terangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang kalian mencintai mereka, dan memerintahkan agar kalian memerangi mereka.” Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu berkata: “Telah turun empat ayat dalam Al-Qur`an berkaitan denganku: Pertama: Ibuku bersumpah tidak akan makan dan minum sampai aku meninggalkan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka turunlah ayat:

ูˆَุฅِู†ْ ุฌَุงู‡َุฏَุงูƒَ ุนَู„ู‰ ุฃَู†ْ ุชُุดْุฑِูƒَ ุจِูŠ ู…َุง ู„َูŠْุณَ ู„َูƒَ ุจِู‡ِ ุนِู„ْู…ٌ ูَู„ุงَ ุชُุทِุนْู‡ُู…َุง ูˆَุตَุงุญِุจْู‡ُู…َุง ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู…َุนْุฑُูˆْูًุง

“Dan jika kedunya memaksamu untuk menyekutukan Aku sedangkan kamu tidak memiliki ilmu tentangnya maka janganlah kalian menaati keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (Luqman: 15)

Kedua: Sesungguhnya dulu aku pernah mengambil pedang yang sangat aku inginkan, lalu aku berkata: “Ya Rasulullah, berikan aku ini.” Lalu turunlah:

ูŠَุณْุฃَู„ُูˆْู†َูƒَ ุนَู†ِ ุงْู„ุฃَู†ْูَุงู„ِ

“Mereka akan meminta kepadamu harta rampasan perang.” (Al-Anfal: 1)

Ketiga: Aku sakit, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku. Lalu aku mengatakan: 

“Ya Rasulullah, sesungguhnya aku ingin membagikan hartaku. Apakah aku boleh berwasiat dengan setengah hartaku?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak.” Lalu aku berkata: “Sepertiganya?” Lalu beliau diam, maka sepertiga (harta) setelah itu boleh (diwasiatkan).

Keempat: Sesungguhnya aku minum khamr bersama sekelompok Anshar. Lalu seseorang dari Anshar memukul hidungku dengan rahang unta. Lalu aku mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, setelah itu Allah menurunkan ayat tentang hukum haramnya khamr.

Jika engkau mati dalam keadaan musyrik, engkau tidak mendapatkan baktiku untuk mendoakanmu. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan dalam sebuah firman-Nya:

ู…َุง ูƒَุงู†َ ู„ِู„ู†َّุจِูŠِّ ูˆَุงู„َّุฐِูŠْู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ุฃَู†ْ ูŠَุณْุชَุบْูِุฑُูˆุง ู„ِู„ْู…ُุดْุฑِูƒِูŠْู†َ ูˆَู„َูˆْ ูƒَุงู†ُูˆุง ุฃُูˆู„ِูŠ ู‚ُุฑْุจَู‰ ู…ِู†ْ ุจَุนْุฏِ ู…َุง ุชَุจَูŠَّู†َ ู„َู‡ُู…ْ ุฃَู†َّู‡ُู…ْ ุฃَุตْุญَุงุจُ ุงู„ْุฌَุญِูŠْู…ِ

“Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampun bagi kaum musyrikin walaupun mereka adalah kerabat yang paling dekat setelah jelas baginya bahwa mereka menjadi penghuni neraka Jahim (mati dalam keadaan kafir).” (At-Taubah: 113)


0 Response to "Doa Kedua Orangtua Termasuk Doa Yang Mustajab"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak