Cara Menolak Perjodohan

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, karena Dialah Tuhan yang menurunkan agama melalui wahyu yang disampaikan kepada Rasul pilihan-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Melalui agama ini terbentang luas jalan lurus yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat.

Pada dasarnya, dijodohkan atau perjodohan dalam Islam itu tidak terlarang dalam syariat islam. 

Ada dalam salah satu riwayat yang disebutkan bahwa Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu pernah menjodohkan anak perempuannya, 

Hafshah radhiyallahu 'anha yang ketika itu baru saja menjadi janda kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Maka dalam hal ini, Apabila orangtua ingin menjodohkan atau memilihkan jodoh untuk anaknya dan kemudian anak menerima dan merasa cocok tentu ini adalah hal yang sangat baik. 

Yang menjadi masalah utama adalah ketika orangtua memilihkan jodoh untuk anaknya namun anak merasa tidak cocok lalu memaksaan keadaan untuk tetap menerima karena merasa tidak enak atau durhaka kepada orangtuanya maka hal ini merupakan suatu hal yang tidak baik.  

Karena pada intinya anak berhak menolak perjodohan yang dilakukan orangtuanya serta memilih jalan hidup dan jodohnyan sendiri. Sebagaimana hadist yang telah disampaikan  oleh Abdullah bin Abbas RA berkata, Rasulullah bersabda:

 "Perempuan yang telah janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya dan perempuan yang masih perawan diminta izin dari dirinya dan izinnya ialah diamnya." (HR Tirmidzi, Ahmad, Muslim).

Kalaupun pada akhirnya anak tersebut terpaksa menikah dengan jodoh yang dipilihkan oleh orangtuanya, tetapi hatinya masih tidak bisa ikhlas ataupun tidak rela maka pernikahan tersebut bisa saja batal. 

Karena apabila nantinya dipaksakan takut hanya menjadi ajang menzhalimi pasangannya atau satu sama lain. 

Singkatnya, perjodohan hanyalah salah satu cara untuk menikahkan dua insan. Orang tua dapat memang dapat menjodohkan anaknya. 

Tapi hendaknya meminta izin dan persetujuan dari anaknya, agar pernikahan yang diselenggarakan didasarkan pada keridhaan masing-masing pihak, bukan keterpaksaan. 

Pernikahan yang dibangun di atas dasar keterpaksaan, jika terus berlanjut, akan mengganggu keharmonisan rumah tangga.

Perihal perjodohan anak dengan kerabat keluarga kerap disinggung. Memang ada yang senang-senang saja, tapi tak jarang juga yang risih dan takut.

Tidak ada yang salah dari sebuah perjodohan jika dilakukan tanpa paksaan. Yang dimaksud paksaan tersebut adalah ketika orangtua menganggap perjodohan adalah sebuah keputusan yang mutlak, tanpa mempertimbangkan posisi anak.

Dijodohkan merupakan preferensi masing-masing. Setiap orang punya pandangan dan keyakinan yang berbeda-beda terhadap dijodohkan. Tapi tidak ada yang salah dengan dijodohkan.

Jika memang sedari awal Anda sama sekali tidak menginginkannya, beberapa cara ini bisa digunakan untuk menolak perjodohan.

1. Tanggapi dengan Tenang Tanpa Emosi Berlebihan

Sebelum menolak perjodohan dengan emosi dan marah, sebaiknya Anda tenangkan diri terlebih dahulu. 

Jangan juga menutup diri dari orangtua, karena itu tidak akan menyelesaikan masalah dan malah menimbulkan masalah yang baru. Orangtua juga jadi tidak paham kenapa Anda menolak perjodohan tersebut.

Sebaiknya, cari tahu maksud orangtua menjodohkan Anda. Jika memang saat itu Anda sudah memiliki pasangan atau calon suami, bicarakanlah dengan orangtua.  

2. Katakan Jika Kamu Belum Siap untuk Menikah

Tujuan dari perjodohan adalah untuk menikah. Jika Anda merasa belum siap untuk menikah, sebaiknya diskusikan lagi dengan orangtua.

Agar mereka tidak kecewa, cobalah berbicara dengan mempertimbangkan waktu dan suasana yang tepat.

Hindari langsung menolak tapi diskusikan dengan orangtua. Coba bicarakan, Misalnya Aku hargai harapan papa atau mama untuk aku cepat menikah.

Tetapi aku pribadi memang belum siap untuk menikah, kasih aku waktu untuk menikmati masa-masa muda aku, sampai dengan aku merasa siap untuk menikah.

Cari momen yang tepat untuk membicarakannya. Misalnya, Anda lebih dekat dengan ayah, coba bicarakan terlebih dahulu dengannya.

Kemudian jika ayah sudah mengerti maksud Anda, barulah komunikasikan ke ibu alasan menolak perjodohan tersebut.

3. Katakan Anda Butuh Waktu untuk Mengenal Orang yang Dijodohkan

Hal yang paling penting yakni orangtua dan anak harus sama-sama saling terbuka satu sama lain. Tidak boleh ada yang tertutup dan saling memaksakan kehendak.

Jika memang Anda membutuhkan waktu untuk lebih mengenal calon pasangan, utarakanlah kepada orangtua.

Ambil jalan tengah, misalnya untuk kasih waktu sampai berusia segini atau sampai mengenal pasangan yang dijodohkan lebih dalam.

4. Katakan Calon Pasangan Tidak Memiliki Prinsip yang Sama dengan Anda

Setelah memutuskan mengenal pasangan yang dijodohkan lebih dekat, nilailah apakah orang tersebut punya pandangan hidup yang sama dengan Anda atau tidak. 

Terkadang pandangan orangtua bisa saja baik karena berdasarkan keluarganya. Namun, tetap harus sama-sama kembali diskusikan dengan orangtua kalau Anda dan pasangan yang dijodohkan memiliki prinsip hidup atau pandangan hidup yang berbeda.

Kalau punya prinsip yang berbeda, utarakan kepada orangtua Anda agar mereka mengerti alasan penolakan Anda. Tentu kata-kata menolak perjodohan ini harus disampaikan dengan baik.

Demikian beberapa cara menolak dijodohkan yang bisa diterapkan. Yang paling penting komunikasikan perasaan Anda pada orangtua. Semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita.

0 Response to "Cara Menolak Perjodohan "

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak