Variasi Bahasa

Sebagai sebuah langue bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. 

Namun, karena penutur bahasa tersebut, meski mereka berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam. 

Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. 

Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa itu. keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas.

Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. 

Pertama, variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. 

Jadi variasi atau ragam bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. 

Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen baik etnis, status sosial maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu tidak akan ada, artinya bahasa itu menjadi seragam. 

Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. 

Variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial.

Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya.

Berdasarkan penutur berarti, siapa yang menggunakan bahasa itu, di mana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. 

Berdasarkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.

Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

Variasi dari Segi Penutur

Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individual atau sekelompok individu yang jumlahnya relatif berada pada suatu wilayah atau area. Berikut ini jenis variasi bahasa dari segi penutur.

1. Variasi bahasa idiolek

Menurut Chaer (2010:64), variasi bahasa idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Dalam KBBI edisi keempat, idiolek berarti keseluruhan ciri perseorangan dalam berbahasa.

Menurut konsep idiolek, setiap individu memiliki idioleknya masingmasing. Dengan kata lain, setiap individu mempunyai sifat-sifat has yang tidak dimiliki oleh individu lain. 

Perbedaan sifat-sifat khas antarindividu disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Perbedaan fisik misalnya, karena perbedaan bentuk alat-alat bicaranya, sedangkan perbedaan faktor psikis biasanya disebabkan oleh perbedaan temperamen, watak, intelektual, dan lainnya.

2. Variasi bahasa dialek

Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlah relatif, yang berada dalam satu tempat, wilayah, atau area tertentu. 

Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. 

Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek yang berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya juga.

3. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal

Bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. 

Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.

4. Variasi bahasa sosiolek

Variasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. 

Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat, sosiolek berarti variasi bahasa yang berkolerasi dengan kelas sosial atau kelompok pekerja.

Variasi bahasa berdasarkan usia masyarakatnya.

Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu variasi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.

Menurut Saleh dan Mahmudah (2006:62), usia merupakan salah satu rintangan sosial yang membedakan kelompok – kelompok manusia. 

Kelompok manusia ini akan memungkinkan timbulnya dialek sosial yang sedikit banyak memberikan warna tersendiri pada kelompok itu. 

Usia akan mengelompokkan masyarakat menjadi kelompok kanak-kanak, kelompok remaja, dan kelompok deawasa.

Variasi bahasa berdasarkan pendidikan

Variasi bahasa berdasarkan pendidikan yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. 

Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkat atas. 

Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.

Variasi bahasa berdasarkan pendidikan formal, menunjukkan perbedaan yang jelas antara kaum yang berpendidikan formal dan tidak. Tata bunyi bahasa Indonesia golongan yang kedua itu berbeda dengan fonologi kaum terpelajar 

Variasi bahasa berdasarkan seks

Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. 

Misalnya, variasi bahasa yang digunakan oleh wanita akan berbeda dengan variasi bahasa yang digunakan oleh pria.

Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan

Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi yang terkait dengan tingkat dan kedudukan penutur (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. 

Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.

Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur

Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut.

Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagainya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.

Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur

Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. 

Misalnya, seseorang yang memunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan memunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang memunyai tingkat ekonomi lemah. 

Variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan

Variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. 

Akrolek adalah variasi bahasa yang dianggap lebih tinggi atau bergengsi daripada variasi sosial lainnya. 

Contohnya, pada bahasa Jawa Bagongan, yaitu variasi bahasa jawa yang khusus digunakan oleh para bangsawan kraton Jawa. 

Basilek adalah variasi bahasa yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dianggap lebih rendah. 

Bahasa Inggris yang digunakan oleh para cowboy dan kuli tambang dapat dikatakan sebagai basilek.

Begitu juga bahasa Jawa “krama ndesa”.

Vulgar adalah variasi bahasa sosial yang ciri-cirinya tampak pada tingkat intelektual penuturnya. 

Maksudnya, variasi bahasa vulgar biasanya digunakan oleh penutur yang kurang berpendidikan dan tidak terpelajar. 

Vulgar dari segi tindakan contohnya berpakaian seksi, sedangkan vulgar dari segi bahasa seperti menggunakan kata-kata kasar, mengganti nama orang dengan sebutan binatang, dan sebagainya. 

Ken adalah variasi sosial tertentu yang bernada “memelas”, dibuat merengek-rengek, penuh dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh para pengemis.

Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya, variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu. 

Menurut Kridalaksana (2009: 225), slang merupakan bahasa tak resmi yang dipakai kaum remaja atau kelompokkelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha supaya orang-orang kelompok lain tidak mengerti, berupa kosakata yang serba baru dan berubah-ubah misal bahasa prokem di kalangan remaja.

Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan seharihari. Pada mulanya, variasi bahasa kolokial merupakan variasi bahasa yang digunakan secara lisan dan sangat dipentingkan dalam kolokial ini adalah setting pemakaiannya. 

Dalam perkembangan selanjutnya, ungkapan-ungkapan kolokial ini sering digunakan dalam bahasa tulis, misalnya nda yang berarti tidak, udah yang berarti sudah, dan lain-lain.

Jargon dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat (2008:568), Jargon berarti kosakata khusus yang digunakan dalam bidang kehidupan (lingkungan) tertentu. 

Sedangkan menurut Chaer (2010: 68), jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu. 

Ungkapan yang digunakan seringkali tidak dapat dipahami oleh masyarakat umum atau masyarakat di luar kelompoknya. Namun, ungkapanungkapan tersebut tidak bersifat rahasia.

Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesiprofesi tertentu dan bersifat rahasia. Letak kekhususan argot adalah pada kosakata. 

Umpamanya, dalam dunia kejahatan (pencuri, tukang copet) digunakan ungkapan seperti barang dalam arti mangsa, kacamata dalam arti polisi, daun dalam arti uang, gemuk dalam arti mangsa besar, dan tape dalam arti mangsa yang empuk.

Variasi bahasa dari segi penggunaan/pemakaian

Nababan (dalam Chaer, 2010:68) mengatakan bahwa variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. 

Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. 

Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. 

Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat.

Ragam bahasa jurnalistik juga memunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. 

Sederhana karena harus dipahami dengan mudah komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berila secara tepat serta ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). 

Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang ringkas bersifat tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan disiplin dan instruksi. 

Ragam bahasa ilmiah yang juga dikenal dengan cirinya yang lugas, jelas, dan bebas dari keambiguan, serta segala macam metafora dan idiom. 

Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas adalah ragam bahasa yang menunjukkan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.

Variasi bahasa dari segi keformalan

Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, terbagi atas lima macam gaya, yaitu:

1. Gaya atau ragam beku (frozen)

Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah dimesjid, dan sebagainya.

Menurut Martin Joss (dalam Listianingsih, 2014:12), ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, pembentukannya tidak pernah berubah dari masa ke masa dan oleh siapapun penuturnya. Misalnya bahasa dalam bacaan shalat, doa, mantra, dan sebagainya.

2. Gaya atau ragam resmi (formal)

Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, bukubuku pelajaran, dan sebagainya. 

Adapun ciri-ciri menurut Martin Joss (dalam Listianingsih, 2014:12), ragam resmi adalah topik pembicaraan bersifat resmi dan serius, antarorang yang berbicara saling menghormati, bentuk kebahasaan yang digunakan mentaati kaidah, dan tingkat tutur sesuai dengan strata orang yang diajak berbicara.

3. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)

Gaya atau ragam usaha atau ragam konsullatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekolah dan rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. 

Jadi, dapat dikatakan ragam usaha ini adalah ragam bahasa yang paling operasional. Wujud ragam usaha ini berada di antara ragam formal dan ragam informal atau ragam santai.

4. Gaya atau ragam santai (casual)

Variasi bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya. Kosakata dalam ragam bahasa santai ini banyak dipenuhi oleh unsur leksikal dialek.

5. Gaya atau ragam akrab (intimate)

Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab antaranggota keluarga atau antarteman yang sudah karib. 

Menurut Suhardi (2009: 16), ragam akrab adalah ragam yang dipakai di antara mereka yang akrab hubungannya, kalimat yang dipakai seringkali berupa ungkapan yang ringkas-ringkas saja sampai ke tingkat paling minim seperti “Ho-oh” atau “He-eh” untuk “Ya”. 

Ciri ragam bahasa akrab ini adalah banyaknya pemakaian kode bahasa yang bersifat pribadi, tersendiri, dan tetap pada kelompoknya.

Pemilihan ragam bahasa tersebut berdasarkan dalil penting sosiolinguistik, yaitu siapa yang berbicara, kepada siapa, tentang apa, kapan, dan bagaimana, artinya bergantung pada situasi apa.

Variasi Bahasa dari Segi Sarana

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya, dalam bertelepon, ber-sms, dan bertelegraf. 

Misalnya, kalau kita menyuruh seseorang memindahkan sebuah kursi yang ada di hadapan kita, maka lisan menunjuk atau mengarah pandangan pada kursi itu kita cukup mengatakan,’’Tolong pindahkan ini!’’. 

Tetapi dalam bahasa tulis karena tiadanya unsur penunjuk atau pengarahan pandangan pada kursi itu, maka kita harus mengatakan, “Tolong pindahkan kursi itu!’’. Jadi, dengan secara eksplisit menyebutkan kata kursi itu.

Ragam bahasa bertelepon sebenarnya termasuk dalam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa dalam pesan singkat sebenarnya termasuk dalam ragam bahasa tulis; 

Tetapi kedua macam sarana komunikasi itu mempunyai ciri-ciri dan keterbatasannya sendiri-sendiri, menyebabkan kita tidak dapat menggunakan ragam lisan dan ragam tulis semau kita (Chaer & Agustina: 2010: 60-73)

0 Response to "Variasi Bahasa"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak