Mengenal Eksistensi Manusia

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta'ala., shalawat dan salam bagi junjungan Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. beserta segenap keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. 

Mengenal Eksistensi Manusia

Islam seperti ibarat samudera yang tidak kunjung kering mata airnya. Berapapun banyak air yang ditimba tidak akan kering airnya

Berbicara tentang manusia maupun definisi ilmiah manusia mulai dari zaman dahulu sampai zaman sekarang masih merupakan perdebatan yang belum berakhir. 

Manusia untuk mengenal dirinya perlu melakukan eksperimen secara terus-menerus dalam menemukan titik terang siapa sebenarnya manusia, dari mana manusia ini datang, kenapa manusia itu harus ada dan diciptakan. 

Dalam hal ini semua para ilmuwan mengerahkan tenaga pikiran dan kemampuannya untuk mengungkapkan maupun membuktikan semua jawaban tersebut. 

Maka informasi yang valid dan dapat dijadikan pegangan adalah diketahuinya manusia itu lewat keyakinan keagamaan yang diungkapkan dari beberapa kitab agama yang menjelaskan keberadaan manusia tersebut. 

Namun hal ini tidak pernah membawa kepada jawaban yang memuaskan bagi para ilmuwan, mungkin karena manusia itu diciptakan mempunyai pemikiran yang sistematik sehingga keinginan untuk melakukan pencarian secara lebih detail terus mengusik pemikiran manusia. 

Informasi tentang siapa manusia itu mulai terpikirkan dan dapat terlacak pada abad ke-6 SM, yaitu seorang pemikir Romawi Kuno bernama Thales. 

Setelah pada saat itu mulailah muncul teori-teori tentang pembahasan manusia itu sendiri.

Pendefinisian tentang manusia juga banyak yang diungkapkan,terlihat dari banyaknya perbedaan terhadap definisi manusia. 

Halitu terjadi berdasarkan kekuatan dan peran atau multi dimensional yang dimainkan manusia tersebut, bahkan pendefinisian manusia terus berkembang sampai sekarang sesuai dengan pakar-pakar ilmu yang membidanginya, contohnya:

1. Teori Psikoanalisis manusia homo volens, yaitu manusia berkeinginan. 

Maksudnya manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku dari hasil interaksi secara komponen biologis (id), psikologis (superego), sosial (ego), yang mana di dalam manusia tersebut akan terdapat unsur hewani, rasional dan moral (nilai).

2. Teori behaviorisme manusia homo mechanicus, yaitu manusia mesin. 

Maksudnya teori ini ingin menganalisis perilaku yang tampak yang bisa diukur, dilukiskan dan diramalkan, menurutnya segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungan bukan dipengaruhi rasional dan emosional.

3. Teori kognitif manusia homo sapiens, yaitu manusia berpikir.

Maksudnya manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, dan makhluk yang selalu berpikir untuk lingkungannya.

4. Teori humanisme manusia homo ludens, yaitu manusia bermain. 

Maksudnya manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan dirinya.

Ciri-ciri Manusia dan yang Membedakannya dengan Hewan

Manusia dan hewan itu memang berbeda, perbedaan tersebut terletak pada penggunaan akal yang difungsikan oleh hewan

maupun manusia dan perbedaan pada penggunaan fungsi tubuh sebagai bagian fisiologis hewan dan manusia. 

Pada manusia akal mempunyai peranan penting dan dapat berkembang kompleks sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya terutama karena adanya alat komunikasi bahasa, demikian sebaliknya bahasa diperkembangkan oleh akal. Manusia dapat belajar dengan adanya bahasa akal itu. 

Sejak manusia lahir ke dunia memang telah membawa insting (akal), kemudian insting-insting ini disempurnakan melalui proses belajar. 

Misalnya insting menghisap ASI pada bayi tidak dapat dilakukannya secara langsung dan sempurna akan tetapi dari hari ke hari melalui proses belajar, bayi tersebut dapat menyusu air susu ibu dengan sempurna. 

Adanya akal pada manusia ia harus berpikir, melalui proses berpikir kemudian muncul berbagai pengetahuan dan hasil kerja yang mengatakan bahwa manusia ada pencipta, pendukung dan pengembang ilmu pengetahuan.

Setiap manusia di samping memiliki insting juga mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat universal, yaitu kebutuhan psikologis (faali), kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan akan perwujudan diri, kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, dan kebutuhan estetis. 

Kebutuhan-kebutuhan ini menyatu dalam diri manusia untuk mewujudkan eksistensi kemanusiaannya sebagai manusia berbudaya maupun sebagai manusia sosial.

Pada hewan sendiri fungsi-fungsi tersebut hanya ditentukan nalurinya saja sebagai pengantar pengetahuannya, memiliki pola-pola tingkah laku yang khas yaitu kemampuan meniru namun tidak dapat dikembangkan, yang pada gilirannya hal itu ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan hewan tersebut.

Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola-pola tindakannya dan semakin kurang lengkap penyesuaian struktural yang harus dilakukan pada saat lahirnya. 

Pada primata (bangsa monyet) contohnya yang memiliki lebih tinggi struktur otaknya bahkan dapat ditemukan penggunaan inteligensia pikirannya guna mencapai tujuan yang diinginkan sehingga memungkinkan binatang untuk melampaui pola-pola kelakukan yang telah digariskan secara naluri. 

Namun setinggi-tingginya perkembangan hewan, elemen-elemen dasar eksistensinya yang tertentu masih tetap sama. 

Maka bila diambil kesimpulan bahwa manusia itu dalam mengembangkan pengetahuannya dapat diperoleh dengan bernalar dan berpikir Sedangkan hewan untuk kelangsungan hidup dapat digunakan dengan cara berpikir tapi tidak bisa bernalar.

Manusia dapat mengembangkan pengetahuan tersebut karena manusia mempunyai bahasa yang dapat dikomunikasikan informasinya dan jalan pikirannya dapat melatarbelakangi informasi tersebut serta manusia dalam kemampuan berpikirnya menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu maka disebutlah penalaran. 

Penalaran yaitu suatu kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam memperoleh kebenaran dengan ciri-cirinya, yaitu: adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika dan adanya proses penalaran disadarkan pada pola berpikir analisis (analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu).

Hal ini menjadikan manusia dan hewan memiliki kesenjangan yang lebar dengan manusia. 

Ciri-ciri yang melekat pada hewan bila dicermati melihat dari tata cara perilakunya memang jauh berbeda dengan manusia, hewan itu sendiri tidak dapat berbicara, kemampuannya hanya pada mengamati, mengingat dan meniru, banyak belajar dengan manusia, insting indrawi lebih tinggi, memiliki kemampuan berpikir tapi tidak dapat mengungkapkan bentuk pikirannya, dan tidak mampu menciptakan peralatan dalam mempermudah urusannya.

Maka ciri-ciri ini menjadikan jelas perbedaan keduanya. Namun ada sebagian para ilmu pengetahuan mempersamakannya dengan hewan khususnya kera memiliki struktur fisikologis yang sama dan jenis spesies yang sama dibanding spesies hewan lainnya walaupun fungsinya tidak 100% sama. 

Maka membandingkan manusia dengan yang lebih dekat struktur fungsi fisikologisnya dianggap hal yang wajar dilakukan dalam ilmu pengetahuan sebagai suatu pencarian paraduga hipotesis.

Di samping perbedaan-perbedaan manusia dan hewan sebagaimana yang diungkapkan di atas, maka tidak dapat dipungkiri bahwa di antara keduanya ada persamaan-persamaan sebagai makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. 

Semisalnya ungkapan Lathief Rousydiy mengatakan bahwa persamaan antara binatang dan manusia dapat dilihat dari segi hidup dan tingkah lakunya, yaitu: 

1. Kedua-duanya mempunyai hidup dan perilaku vegetative, yaitu hidup dengan melakukan gerakan sendiri, pernafasan, pencernaan makanan, pelanjutan jenis.

2. Melakukan perasaan dan kemauan, juga sanggup berpikir. Ini terdapat pada binatang kelas tinggi. 

Karena itu binatang boleh dikatakan mempunyai kesadaran. Sebab itu juga sekarang ini para sarjana sudah mulai mempelajari ilmu jiwa binatang. 

Sedangkan persamaan manusia dan binatang bila ditinjau dari segi biologis instingtif, yaitu:

1. Naluri makan dan minum, binatang dan manusia adalah materi, sebab itu butuh kepada materi sebagai benda yang primer untuk mempertahankan hidupnya, terutama bendabenda yang menjadi kebutuhan-kebutuhannya yang primer, seperti makan, pakaian dan tempat tinggal bagaimanapun keadaannya.

2. Naluri mempertahankan hidup, binatang maupun manusia tidak ada yang rela mengorbankan dirinya terhadap ancaman hidupnya. Masing-masing berusaha mempertahankan dirinya terhadap ancaman hidupnya. 

Masing-masing berusaha mempertahankan dirinya dan hidupnya dari segala macam ancaman yang mungkin timbul dari lingkungan alam maupun dari lingkungan sosialnya atau kelompoknya.

3. Naluri berketurunan, naluri ini sering juga disebut naluri berkelamin (nafsu seksual). Naluri inilah yang menjamin kelanjutan jenis masing-masing makhluk yang bersangkutan, baik makhluk binatang maupun makhluk manusia.

Teori Asal-Usul Manusia Lewat Ilmu Pengetahuan

Pakar penelitian dalam mengkaji asal-usul manusia dilakukan dari beberapa sudut padang keilmuwan. Sebagai contoh pakar sejarawan melacak bahwa asal usul manusia ini diperkirakan sudah ada di bumi ini sejak zaman holosen, yaitu perubahan yang terjadi pada alam semesta yang dimulai tahun 10.000 tahun yang lalu.

Diperkirakan zaman inilah nenek moyang manusia hidup bahkan manusianya sudah sebangsa dan sejenis kita yang dinamakan Homo Sapiens atau manusia cerdas. Sejak inilah kebudayaan manusia sebagai hasil ciptaannya mengalami perkembangan pesat.

Penelitian ini terus berlanjut dan bahkan diakui sebagai teoriteori yang memang benar dalam ilmu pengetahuan karena sudah dilakukan pembuktian secara ilmiah. Teori tentang asal kejadian manusia ini dapat diungkapkan dengan teori evolusi.

Teori evolusi ini dikenal dengan paham evolusionisme, yang berasal dari kata evolution yang berarti perubahan secara bertahap dalam waktu yang lama. Kata isme berarti aliran atau paham. 

Jadi evolusionisme dapat diartikan sebagai suatu aliran yang memandang bahwa manusia sebagai organisme, makhluk hidup, berubah dengan bertahap dalam jangka waktu lama secara progresif (Usman Pelly: 5). 

Paham evolusi ini pertama-tama dikemukakan oleh seorang sarjana Prancis yang hidup antara tahun 1774-1829. 

Dialah yang mula-mula berpendapat bahwa kehidupan perkembangan dari tumbuh-tumbuhan menjadi binatang dan binatang menjadi manusia. 

Pendapat ini pada waktu itu belum mendapatkan perhatian orang. Orang yang mempopulerkan pandangan tersebut justru seorang sarjana Inggris, yang bernama Charles Darwin (1809-1882) dengan mengemukakan pendapatnya bahwa apa yang dapat dicapai oleh manusia secara berencana, dapat pula tercapai oleh alam itu sendiri melalui cara seleksi alam. 

Ia berpendapat bahwa di dalam perjuangan hidup hanya hewan yang uletlah yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan alam sekitarnya. 

Merekalah yang berhasil mempertahankan kelangsungan hidupnya sehingga menjadi survive. Hewan tersebut haruslah mempunyai kelincahan yang cukup dan harus pula fleksibel secara biologis untuk berubah sedikit demi sedikit jika lingkungan menuntutnya demikian.

Keturunan dari hewan yang kuat biologisnya ini mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Perubahan itu berlangsung perlahan-lahan selama berjuta-juta tahun lamanya yang kemudian timbul berbagai jenis binatang yang masing-masing mempunyai variasi-variasi yang sangat berbeda. 

Dalam bukunya The Origin of Species, ia mengemukakan bahwa spesies yang hidup sekarang ini berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa-masa silam dan hal itu terjadi secara evolusi dengan melalui seleksi alam. 

Sedangkan dalam bukunya yang terbit The Descant of Man, ia mengatakan bahwa binatang yang paling maju, yaitu kera dengan mengalami proses perjuangan hidup sedikit demi sedikit berubah dan dalam jenisnya yang paling sempurna mengarah menuju wujud manusia.

Begitu juga dengan buku selanjutnya Variation of Plants and Animal mengungkapkan bahwa tumbuh-tumbuhan juga berevolusi yang berasal dari tumbuhan lumut menjadi tumbuhan yang lebih sempurna dan beraneka macam ragam setelah dalam jangka waktu yang lebih lama. 

Teori evolusi ini juga diketemukan oleh A.R. Wallace yang hasil penemuannya sendiri, dan tanpa pengaruh Darwin mengatakan bahwa makhluk hidup hanya dapat terjadi dari makhluk hidup lain yang sejenis. 

Pendapat DarwinWallace ini kemudian dikenal sebagai teori evolusi manusia yang menganggap bahwa manusia itu adalah dari kera.

Penemuan berikutnya Heinrich Haeckel (1834-1919) berkebangsaan Jerman yang merupakan penerus ide dari Darwin.

Menurutnya bahwa dunia ini kekal tidak ada permulaan dan hidup ini tercipta dengan sendirinya secara mekanis dan demikian juga halnya dengan manusia. 

Pahamnya dianggap sebagai paham yang menentang adanya Tuhan sebagai pencipta. 

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Jacques Monod seorang Prancis ahli biologi modern yang menyatakan bahwa dunia ini tidak mempunyai makna dan arti, evolusi manusia berjalan atas unsur kebetulan dan nasib yang buta yang dipersatukan dengan unsur keharusan. 

Dalam seleksi dan mutasi alamiah disingkirkanlah apa saja yang tidak mampu untuk melangsungkan kelangsungan hidup. 

Pandangan ini terutama didasarkan atas penyelidikan terhadap struktur kimia dari gen (pembawa sifat atau pewaris sifat benda-benda hidup). 

Dengan demikian, teori evolusi mengalami perkembangan dari teori seleksi alam, yaitu pengaruh perubahan alam terhadap gen-gen dan kemudian mengalami mutasi ilmiah dan setingkat lagi proses itu semua dianggap sebagai bagian dari proses mikroevolusi, yaitu perubahan frekuensi gen dalam ukuran kecil di bawah tingkat spesies yang menyebabkan timbulnya rasras yang baru dalam kehidupan manusia sekarang.

Demikianlah ilmu pengetahuan mempercayai betul tentang asal usul kejadian manusia setelah melewati berbagai penelitian ilmiah. 

Penelitian tersebut bukan hanya dari golongan sejarawan saja dari pakar antropologi juga meneliti kebudayaan asal-usul manusia kemudian pakar sosiologi juga demikian halnya meneliti kelompok-kelompok masyarakat yang berkembang pada manusia teruslah penelitian ini sampai perkembangan pengetahuan selanjutnya. 

Walaupun pada penelitian yang dilakukan DarwinWallace ini banyak mengalami tantangan terutama dari pakar agamawan, (yang akan dibahas pada point selanjutnya) yang memahami kejadian manusia dari teks-teks yang diyakini kebenarannya dari Tuhan, namun teori ini sampai sekarang masih tetap eksis digunakan sebagai landasan teori ilmu pengetahuan khususnya pada ilmu genetika. 

Teori Reproduksi Manusia Menurut Al-Qur’an

Pemahaman tentang siapakah manusia ini sebagaimana Luis Leahy yang dikutip Usman Pelly mengungkapkan, bahwa manusia itu termasuk di dalamnya badan dan jiwa, materi dan roh (Usman Pelly: 1). 

Lewat roh manusia menguras dan meningkatkan setinggi-tingginya daya indra dan naluri, daya tumbuh-tumbuhan dan materi yang potensial, bahkan lewat roh juga manusia mampu mengumandangkan hal-hal ilahi sehingga menjadikan manusia itu masuk dalam kehidupan relasional dan sosial yang memungkinkan manusia menjadi kreatif dan memasuki dunia religious dan moral.

Pemahaman ini jika dimaknai maka dalam kebanyakan paham keagamaan yang meyakini penciptaan manusia lewat beberapa teks suci diungkapkan bahwa ada kesamaan makna terhadap ayat-ayat suci keagamaan atau memiliki kemiripan definisi yang mengatakan bahwa manusia itu diciptakan dari dua unsur yaitu roh Tuhan dan lumpur tanah, contohnya salah satu teks suci yaitu Al-Qur’an yang mengungkapkannya pada surat Shad (38):71-72, yaitu:

اِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ طِيْنٍ ٧١ فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ ٧٢

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.

Maksud pengertian di atas menyatakan bahwa pada manusia yang telah diciptakan itu ada dimensi ketuhanan yang menjadikannya lebih dekat pada Tuhan dan dimensi kehinaan karena tercipta dari tanah, sehingga menjadikan manusia itu hina dan tidak berarti, hal inilah yang disebut sebagai hakikat kemanusiaan. 

Di mana seorang manusia itu dihadapkan pada pemilihan dengan penggunaan akal yang telah diberikan sehingga manusia itu adalah makhluk Tuhan yang memiliki sifat keistimewaan dalam segala segi dibandingkan dengan makhluk lainnya karena penggunaan akal tersebut.

Hakikat penciptaan dan dimensi inilah yang menyebabkan manusia pada suatu saat dapat mencapai derajat yang tinggi namun pada saat lain dapat saja ke derajat yang lebih rendah. 

Oleh karena itu, manusia punya kehendak bebas untuk menentukan berbuat baik atau jahat namun tetap manusia itu harus dapat mempertanggungjawabkannya.

Pandangan agama dalam proses penciptaan manusia adalah sangat berbeda dengan pandangan ilmu pengetahuan. Maka lawan dari pandangan ilmu pengetahuan tentang proses penciptaan manusia yang evolusi disebutkan sebagai revolusi. 

Perlawanan ini dianggap penolakan secara mendadak yang diberikan oleh kaum agamawan atas penelitian tentang proses terjadinya manusia lewat penelitian para pakar ilmiah. 

Sebagian penganut agama, baik Kristen dan Protestan maupun Islam tidak senang mendengar teori Darwin ini. Ajaranajaran agama tentang kejadian alam dan juga terutama kejadian manusia ditentang oleh teori revolusi. 

Menurut kitab kejadian (kitab pertama dalam perjanjian lama) dan juga Al-Qur’an, alam dan manusia ini diciptakan langsung oleh Tuhan, demikian juga manusia. Jadi, manusia tidak berasal dari asal mula kejadiannya.

Bagi kebanyakan penganut agama, mempercayai kebenaran teori evolusi sama saja menyangkal Tuhan dan menyalahkan kitab suci. 

Tantangan dari pihak agama demikian hebatnya sehingga Darwinisme dicap sebagai ajaran atheis, meskipun dia sendiri percaya pada Tuhan. 

Para sarjana maupun agamawan dalam menuliskan karya ilmiahnya tentang proses kejadian manusia ini sampai sekarang terus melakukan penelitian sehingga ada sebagian menganggap bahwa Darwin ternyata tidak dapat mempertahankan argumen-argumen dan postulat (dalil-dalil)nya atas teori evolusi itu sekalipun ia dianggap pelopor dalam bidang genetika, yaitu yang pertama mengemukakan adanya sifat-sifat organik biologis dalam hal ihwal keturunan.

Kaum sarjana berpendirian bahwa sejak zaman purba hingga kini hukum alam berjalan tetap dan tidak mengalami penyimpangan. Hukum alam sampai sekarang tidak mengalami perubahan. 

Begitu juga dengan manusia tidak akan ada perubahan kalau dahulu manusia dari monyet maka manusia sekarangpun harusnya ada yang dari monyet dan kenyataan itu ternyata sampai sekarang tidak ada dan tidak akan ada. 

Contohnya sekarang para antropologi dan arkeolog melakukan kerja sama untuk meneliti tentang tengkorak-tengkorak purba dalam menentukan jenis kera yang digunakan sebagai asal keturunan manusia, maka semakin jelaslah penolakan terhadap teori evolusi tersebut. 

Dalam ajaran Islam yang biasanya dipergunakan dalam menentang teori evolusi adalah ayat terakhir dari surat Yaasiin (36): 82.

اِنَّمَاۤ اَمۡرُهٗۤ اِذَاۤ اَرَادَ شَیْــٴً۬ــا اَنۡ يَّقُوۡلَ لَهٗ كُنۡ فَيَكُوۡنُ

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: jadilah maka terjadilah ia.

Selain itu dalam surat Ali Imran (3): 59 dinyatakan: 

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: Jadilah (seorang manusia) maka jadilah dia.

Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an sendiri penggunaan kata-kata manusia mempunyai arti yang banyak contoh kata basyar

yang diungkapkan lebih dari 36 kali dalam bentuk tunggal sekali dalam bentuk mutsanna contoh pada surat Al-Mu’minun (23): 33. 

وَقَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِلِقَاۤءِ الْاٰخِرَةِ وَاَتْرَفْنٰهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ مَا هٰذَآ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْۙ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ

Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat kelak dan yang telah kami mewakilkan mereka dalam kehidupan di dunia, (orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu dia makan dari apa yang kamu makan dan meminum dari apa yang kamu minum. 

Makna basyar di atas dapat bermakna biologis-kimia-dan sifat fisikis karena manusia dapat tumbuh berkembang dengan makan dan minum.

Kemudian ada kata al-Insan dalam suratnya Ar-Rahman (55):3-4.

خَلَقَ الْاِنْسَانَۙ.٣ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ٤

Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara.

Pengertian di atas manusia itu mempunyai sifat untuk cerdas sehingga dapat bermakna psikologis, juga dapat bermakna bahwa manusia itu senang bergaul dengan sesamanya.

Kemudian dalam kata an-nas disebutkan  240 kali dalam Al-Qur’an yang memiliki makna sosiologis dalam artian menunjukkan sifatnya yang berkelompok sesama jenisnya disebutkan dalam surat Al-Baqarah (2): 21, yaitu: 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertaqwa.

Kemudian dari aspek reproduksi penciptaan manusia disebutkan dalam ungkapan Bani Adam dan kurang lebih disebutkan 7 kali, contoh surat Al-A’raaf (7): 31. 

يٰبَنِىۡۤ اٰدَمَ خُذُوۡا زِيۡنَتَكُمۡ عِنۡدَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَّكُلُوۡا وَاشۡرَبُوۡا وَلَا تُسۡرِفُوۡا‌ ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الۡمُسۡرِفِيۡنَ

 Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Makna ini menunjukkan bahwa semua keturunan manusia adalah proses reproduksi dari yang pertama kali diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala yaitu Adam as.

Dari aspek posisinya disebutkan abdun (hamba) yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya. Kata abdun ini terdapat  131 tempat dalam Al-Qur’an salah satunya surat As-Saba (34): 9.

اَفَلَمْ يَرَوْا اِلٰى مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۗ اِنْ نَّشَأْ نَخْسِفْ بِهِمُ الْاَرْضَ اَوْ نُسْقِطْ عَلَيْهِمْ كِسَفًا مِّنَ السَّمَاۤءِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّكُلِّ عَبْدٍ مُّنِيْبٍ ࣖ

Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada dihadapan dan di belakang mereka. Jika Kami menghendaki niscaya Kami bebankan mereka di bumi atau Kami jatuhkan mereka gumpalan dari langit.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepadaNya).

Dari aspek sifat kemanusiaan yang jinak dan beradab yang selalu diposisikan sebagai lawan dari kata jin yang bebas dan metafisis disebut al-Ins, terdapat 18 kali dalam Al-Qur’an seperti surat Ar-Rahman (55): 33.

يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ ء ٣٣

Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. 

Dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam Al-Qur’an mengenai pengungkapan manusia baik berbicara komponen atau unsur-unsur manusia dan juga tentang proses reproduksi manusia yang diungkapkan dalam Al-Qur’an. 

Salah satu proses tentang penciptaan manusia yang dapat digambarkan oleh Al-Qur’an adalah dibentuknya manusia dari beberapa komponen yang terkandung dalam tanah dengan beberapa periode yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, yaitu: 

1. Periode pertama, menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari Thuraab yaitu tanah gemuk yang dijelaskan pada surat Al-Kahfi (18): 37, yaitu:

قَالَ لَہٗ صَاحِبُہٗ وَ ہُوَ یُحَاوِرُہٗۤ اَکَفَرۡتَ بِالَّذِیۡ خَلَقَکَ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ ثُمَّ سَوّٰىکَ رَجُلًا

Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya sedang Dia bercakapcakap dengannya: Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah (Thuurab), kemudian dari setetes mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna.

2. Periode kedua, tanah pada periode pertama dicampur dengan air disebut Thiin yaitu tanah lempung yang dijelaskan pada surat As-Sajadah (32): 7, yaitu:

الَّذِيْٓ اَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهٗ وَبَدَاَ خَلْقَ الْاِنْسَانِ مِنْ طِيْنٍ

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah (Thiin).

3. Periode ketiga, tanah yang sudah bercampur di periode dua tersebut dibiarkan sesaat sampai warnanya hitam dan kering kemudian bagian-bagiannya saling melekat satu sama lain disebut Thiinul Laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana dalam surat Ash-Shaaffat (37): 11, yaitu:

فَاسۡتَفۡتِہِمۡ اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ

Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Makkah). Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu? Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat (Thiinul Laazib).

4. Periode keempat, yaitu tanah Laazib tadi yang berarti disebut tanah liat karena makna asalnya adalah sangat kuat di mana bagiannya sangat lengket, maka tanah liat inilah kemudian pada periode empat ini mengalami perubahan warna dan baunya yang disebut dalam Al-Qur’an dengan Hama’masnuun yaitu lumpur hitam yang diberi bentuk, dapat dilihat pada surat Al-Hijr (15): 26, yaitu: 

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam (Hama’masnuun) yang diberi bentuk.

5. Periode kelima, yaitu tanah yang sudah terbentuk tersebut kemudian tanah ini akan menjadi kering yang disebut shalshal, yaitu tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam seperti tembikar, hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat ArRahman (55): 14, yaitu: 

خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ صَلۡصَالٍ كَالۡفَخَّارِۙ

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (Shalshal fhakhar).

Proses penciptaan di atas berlaku pada manusia yang pertama diciptakan yang kita sebut Nabi Adam as. yang setelah peniupan roh oleh Allah Subhanahu wa ta'ala kepada ciptaan-Nya maka jadilah manusia yang dapat bergerak, berpikir, dan bernalar yang tugas dan fungsinya adalah untuk mengabdi pada Tuhan dan melaksanakan kekhilafahannya dalam mengatur alam bumi semesta secara baik sesuai dengan tuntutan syar’i.

Kemudian keturunan Nabi Adam as. pun juga mengalami proses penciptaan walaupun prosesnya tidak seperti proses Nabi Adam as. pertama kali diciptakan. 

Proses penciptaan anak-anak Adam ini yang sering disebut sebagai proses penciptaan manusia lewat reproduksi. Asal usul keberadaan manusia dilihat dari sisi reproduksinya dijelaskan prosesnya lewat Al-Qur’an dengan berbagai tahapan.

Tahapan pertama disebutkan bahwa manusia yang terbentuk dalam rahim pada awalnya dari setetes air mani yang disebut nutfah, kemudian sel telur yang dibuahi oleh nutfah tersebut tertanam di leher rahim kira-kira pada hari keenam, 

Setelah pembuahan mengikutinya dan secara otomatis telur tersebut merupakan sesuatu yang bergantung berbentuk segumpal darah yang dalam proses selanjutnya disebut al-‘alaq, 

Kemudian terus mengalami perkembangbiakan sampai kira-kira 30 hari yang secara bertahap mengambil bentuk segumpal daging yang disebut mudghah, 

Kemudian barulah menjadi tulang dan ditutupilah tulang ini dengan daging, kemudian ditiupkan kepadanya ruh sehingga ia menjadi manusia. 

Proses ini dapat dilihat pada surat Al-Mu’minun (23): 12-14: 

وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٍ مِّن طِينٍ . ثُمَّ جَعَلْنَٰهُ نُطْفَةً فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَٰمًا فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَٰمَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَٰلِقِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu, Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu, Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang berlulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang paling baik.

Kemudian ayat di atas diperjelas kelanjutannya tentang kehidupan manusia di dunia sebagaimana dalam surat Al-Hajj (22): 5, yaitu: 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”.

Semua proses tersebut yang diungkapkan di atas masih sebagian yang masih diinformasikan mudah-mudahan kita dapat menggali terus makna kedalaman Al-Qur’an tersebut dengan melakukan penelitian-penelitian yang secara terus-menerus terutama tentang proses penciptaan manusia karena penerapan ilmu pengetahuan belum ada yang mampu membuktikan manusia ini bagaimana diciptakan. 

Konsep Manusia Ideal dalam Perspektif Kekinian

Berbicara tentang filsafat penciptaan manusia maka disebutkan bahwa manusia yang tercipta ini di hadapan Tuhan merupakan wakilnya yang dapat mengatur seluruh kehidupan di alam ini. 

Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah diberi kepercayaan dan kehormatan maka manusia itu harus dapat mewujudkan cita-cita ideal tersebut. 

Oleh karena itulah, bahwa perlu adanya penyadaran bagi manusia itu bagaimana manusia itu dapat menjadikan dirinya sebagai manusia ideal seperti yang diinginkan oleh sang penciptanya.

Muslim ideal adalah seorang Muslim yang memiliki kepribadian sebagaimana rasul mengajarkan kepada umat Islam dan tentunya sesuai dengan tuntutan yang disampaikan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. 

Dengan adanya pribadi Muslim yang ideal ini maka akan diharapkan setiap seorang Muslim akan memiliki karakteristik manusia yang luhur dan religius. 

Dijelaskan juga bahwa dalam mencapai tingkatan itu maka seorang Muslim harus memerhatikan tingkat hubungan yang dilakukannya antar seorang Muslim dengan dirinya sendiri 

Sebagai makhluk pribadional, hubungan antara seorang Muslim dengan orangtuanya sebagai makhluk yang dilahirkan, 

Hubungan seorang Muslim dengan istrinya sebagai makhluk pendamping, hubungan seorang Muslim dengan anak-anaknya sebagai makhluk yang memiliki keturunan, 

Hubungan seorang Muslim dengan keluarganya, tetangganya, saudaranya, masyarakatnya sebagai makhluk yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sosial. 

Pada tingkatan hubungan inilah bahwa bagi seorang Muslim akan melahirkan prinsip-prinsip pendidikan dan moral yang logis, yang pada diri setiap orang Muslim akan mampu mengontrol emosi-emosi negatif yang muncul pada diri manusia itu, sehingga manusia itu akan lebih mencintai kesopanan, ketenangan dan persaudaraan.

Konsep manusia ideal itu juga dapat dilihat dengan mengaitkan adanya kebenaran, kebajikan dan keindahan dalam diri manusia itu segala hal yang menjadikan manusia itu lebih baik dan bermanfaat bagi seluruh lingkungan kehidupannya Sebagaimana skema di bawah ini:

Manusia ideal adalah manusia yang mempunyai tiga aspek kebenaran, kebajikan dan keindahan yang mana dalam ketiga aspek tersebut harus diraih dengan memiliki pengetahuan, etika, dan seni sehingga dengan ini semuanya seorang manusia itu akan memiliki kesadaran, kemerdekaan dan kreativitas. 

Manusia ideal seperti ini menurut Notonegoro sebagaimana yang dikutip oleh Abu Baker Muhammad, bahwa hal ini sudah merupakan ciri-ciri manusia yang berkualitas karena manusia itu memiliki sifat-sifat yang dapat mentransformasikan nilai-nilai yang mutlak pada tiga aspek tersebut di atas yang tercermin dalam kehidupan manusia sehari-hari. 

Maka manusia seperti inilah yang mampu berpikir secara mendalam tentang dirinya tanpa harus terjerumus ke dalam perenungan diri yang lupa pada keadaan sekelilingnya. 

Di samping itu, manusia ideal itu juga harus sadar untuk menjaga fitrahnya dan mampu mengelola dan memadukan potensi akal, qalbu dan nafsunya secara harmonis.

Manusia ideal dalam hal ini ia tidak boleh melupakannya maka sesama manusia harus saling mengingat dan menyadarkan tentang dirinya diciptakan maupun tentang tugas dan tanggung jawab manusia diciptakan di dunia ini. 

Tugas dan tanggung jawab manusia tersebut terbagi kepada dua bagian yaitu sebagai pemimpin berarti mengatur kehidupan baik dirinya, keluarganya dan masyarakat serta bertugas melestarikan alam lingkungannya sehingga secara terus-menerus dapat dinikmati oleh anak cucu.

Sedangkan sebagai hamba yaitu melakukan ibadah, pengabdian kepada Tuhan baik secara khusus (ritual) maupun umum (perbuatan terhadap masyarakat).

Tugas dan tanggung jawab manusia ini menunjukkan bahwa manusia ini ada sesuai dengan segala eksistensinya maka ia mempunyai fungsi atas keberadaannya diciptakan di dunia ini, yaitu:

Untuk dirinya (perasaan, akal dan jasmani), masyarakat (adanya relasi fungsional terhadap kemanusiaan), alam (memelihara dan melindungi alam), Allah (ketaatan terhadap-Nya).

Seberapa dalam pun manusia untuk membahas dirinya tidak akan pernah tuntas dan berakhir. 

Oleh karena itu, manusia itu sendiri harus menyadari dirinya bahwa dia adalah manusia yang mempunyai beban dan tanggung jawab yang memiliki segala kemampuan yang telah diberikan untuk dikembangkan baik dalam aspek kreasinya (mampu menciptakan sesuatu), aspek ilmunya (mampu mengembangkan hakikat keberadaan alam ini), aspek kehendak (memiliki kehendak yang menyebabkan banyak mengadakan pilihan-pilihan dalam hidupnya) maupun aspek akhlak (pembentukan moral yang secara terus-menerus dalam perbaikan diri). 

Hal inilah yang disebut sebagai seorang Muslim yang paripurna sebagaimana dikutip dalam hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amrin ra. dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau telah bersabda: 

“Orang Islam yang paripurna ialah orang yang senantiasa menjaga dari bencana lidah dan tangannya, dan orang Muhajir yaitu orang yang pindah dan meninggalkan segala apa yang menjadi larangan Allah”.

Orang Muslim yang paripurna disebut sebagai orang Muslim yang sejati yang ucapan dan perbuatannya tidak merugikan orang lain bahkan mendatangkan kemanfaatan kepada pihak lain. 

Imam Khatabi sebagaimana dikutip oleh Yahya, orang Muslim yang demikian disebut sebagai Muslim yang terpuji yaitu orang yang memiliki sifat sebagaimana yang telah digariskan pada Hadis Rasul yaitu orang yang padanya terkumpul penunaian hak-hak Allah dan hak-hak sesama kaum muslimin serta mencegah diri dari segala hal yang buruk.

Dengan demikian seorang Muslim yang ideal, Muslim yang paripurna, Muslim sejati, Muslim terpuji dalam konsep perspektif kekinian adalah seorang Muslim yang berkualitas terhadap dirinya maupun lingkungan masyarakat dengan mengupayakan keunggulan dirinya yang dapat bermanfaat secara efektif untuk menciptakan harmonisasi lingkungan kehidupan yang saling berinteraksi di antara sesamanya.

Menjadi manusia ideal bukanlah sesuatu hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan namun perlu usaha yang keras dengan melakukan pengujian-pengujian hati sehingga hati betul-betul bersih untuk menciptakan nilai kemanfaatan diri sendiri bagi lingkungannya. 

Tentunya pendekatan yang efektif adalah menyelami akidah Islam sebagai akidah yang dipercayai dengan segala tuntunan syar’i yang telah ditetapkan dan mengenal diri sendiri sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.

0 Response to "Mengenal Eksistensi Manusia"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak