Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah

Setiap manusia dimuka bumi ini berbeda dengan manusia yang lain. Perbedaan itu yang menjadikan mereka unik atau khas. 

Perbedaan atau kekhasan setiap manusia itu tampak dari kepribadian (tingkah laku) yang dipengaruhi lingkungan. 

Selain faktor lingkungan, faktor bawaan seperti kemampuan kognisi masing-masing individu menyebabkan mereka tetap berlainan dengan lainnya.

Manusia disebut sebagai makhluk unik atau berbeda dengan manusia yang lain karena mereka memiliki kepribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Karena manusia adalah makhluk yang unik. Maka ia tahu bahwa ia tahu dan ia tahu bahwa ia tidak tahu. Ia mengenal dunia sekelilingnya dan lebih dari itu ia mengenal dirinya sendiri.

Karena manusia memiliki akal budi, rasa, karsa, dan daya cipta yang digunakan untuk memahami eksistensinya, dari mana sesungguhnya ia berasal, dimana berada dan akan kemana perginya. 

Pertanyaan-pertanyaan akan selalu muncul, akan tetapi pertanyaan itu belum pernah berhasil dijawab secara tuntas. 

Manusia tetap saja diliputi ketidaktahuan. Demikianlah sesungguhnya manusia, siapa saja, eksis dalam suasana yang diliputi dengan pertanyaan-pertanyaan.

Manusia eksis di dalam dan pada dunia filsafat dan filsafat hidup subur di dalam aktualisasi manusia.

Berdasarkan rasa, karsa dan daya cipta yang dimilikinya manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). 

Namun, perkembangan teknologi yang luar biasa menyebabkan manusia “lupa diri”.Manusia menjadi individual, egoistik dan eksploitatif, baik terhadap diri sendiri, sesamanya, masyarakatnya, alam lingkungannya, bahkan terhadap Tuhan Sang Penciptanya sendiri.

Karena itulah filsafat ilmu pengetahuan dihadirkan ditengah-tengah keaneka ragaman IPTEK untuk meluruskan jalan dan menepatkan fungsinya bagi hidup dan kehidupan manusia di dunia ini.

Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya. 

Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada manusia yang bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan kenikmatan sains teknologi. 

Agama dan Ilmu pengetahuan-teknologi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. 

Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. 

Namun, terlepas dari semua itu, perkembangan teknologi tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai agama Islam. 

Sebagaimana pepatah yang dibangun oleh Fisikawan besar, Albert Einstin yang menyatakan: “Agama tanpa ilmu akan pincang, sedangkan ilmu tanpa agama akan Buta”. 

Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Sebagai contoh adalah firman Allah Subhanahu wata'ala dalam surat Al-Anbiya ayat 80:

وَΨΉَΩ„َّΩ…ْΩ†ٰΩ‡ُ Ψ΅َΩ†ْΨΉَΨ©َ Ω„َΨ¨ُوْΨ³ٍ Ω„َّΩƒُΩ…ْ Ω„ِΨͺُΨ­ْΨ΅ِΩ†َΩƒُΩ…ْ Ω…ِّΩ†ْۢ Ψ¨َΨ£ْΨ³ِΩƒُΩ…ْۚ فَΩ‡َΩ„ْ Ψ§َΩ†ْΨͺُΩ…ْ Ψ΄ٰΩƒِΨ±ُوْΩ†َ

Artinya “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu guna memelihara diri dalam peperanganmu.” (Surah Al-Anbiya : 80)

Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Setidaknya ada dua hal yang dapat dipelajari dari ayat tersebut diatas yaitu : 

1. Soal inovasi, kreativitas umat, yang diajarkan oleh Allah. Hasil kreativitas dan inovasi itu berupa produk bernama baju besi. 

Dalam perkembangannya, tentu Allah juga meminta agar umat terus berinovasi, berkreasi, pada bidang bidang lain, dengan ilmu yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wata'ala tersebut.

Kita ketahui, bahwa Allah mengajarkan ilmu kepada umatnya, baik ilmu agama sosial budaya politik maupum ilmu alam, setidaknya dalam dua cara. Yaitu:

1. Allah memberikan secara langsung Melalui wahyu kepada utusan Allah yaitu para nabi dan Rosul Nya seperti kepada nabi Daud. 

2. Allah menyelipkan pada fenomena alam, untuk dipelajari, diteliti, hingga ditemukan teori ilmu yang membimbing manusia membuat suatu produk. 

Karena itu penemuan baru di bidang iptek sudah menjadi hal lumrah di dunia Islam. Para ilmuwan Islam di masa generasi emas jumlahnya tak terkirakan. 

Tapi mengapa sekarang penemu dan inovator Islam seolah tenggelam, bisa jadi episode zaman memang demikian, mengingat pasang surut kehidupan. 

Umat Islam disibukkan pada konflik, peperangan, dipecah belah oleh musuh Islam, agar tak sempat meraih kembali kegemilangan dalam iptek tersebut.

2. Adanya musuh Islam, yang direpresentasikan dengan musuh Daud. 

Musuh dalam kaitan berpikir positif sejatinya sebuah tantangan.  Dalam pertempuran, musuh kita adalah prajurit lawan. 

Bila mereka menemukan teknologi canggih dalam militer, kita ditantang untuk mengunggulinya, bahkan ada inovasi baru, hingga bisa digunakan menggempur musuh.

Artinya perang juga bagian dari dunia yang diciptakan Allah Subhanahu wata'ala. Tinggal bagaimana kita benar benar tahu musuh yang sesungguhnya. 

Bukan malah memusuhi sesama muslim, atau sebaliknya memicu seseorang untuk memusuhi kita. Dalam perang akan lahir banyak inovasi sebagai respon atas apa yang terjadi di medan pertempuran.

Dalam konteks alam, musuh adalah keganasan alam itu sendiri. Ada penyakit yang semakin canggih menyerang kita, ada perubahan iklim yang semakin dahsyat mengobrak abrik kemapanan, ada emas migas di perut bumi, yang menunggu kita untuk menggalinya, dan lain sebagainya.

Intinya manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yang tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad itu. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya.

Lalu bangsa Barat dengan mudah mengambil dan mentransfer ilmu dan teknologi yang dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula mereka membuat licik yaitu membelenggu para pemikir Islam sehinggu sampai saat ini bangsa Baratlah yang menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi.

Semoga generasi emas akan kembali datang. Bukan generasi Islam yang tercabik cabik. seperti sekarang. Islam adalah Rahmatan Lil ‘Alamin yaitu rahmat bagi setiap manusia. 

Orang yang beriman akan menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaatnya di dunia maupun di akhirat. 

Sedangkan orang kafir menolaknya. Sehingga bagi orang kafir, Islam tetap dikatakan rahmat bagi mereka, namun mereka enggan menerima.

0 Response to "Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak