Kisah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah hingga hari akhir.

Umat muslim tentunya tahu tentang sejarah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam. Kisah Nabi Muhammad yang penuh dengan hikmah ini bukan hanya sekedar menjadi bacaan saja tetapi justru seharusnya dapat dijadikan contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam

Dahulu di masa jahiliyah, tepatnya di Makkah pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah, lahirlah seorang bayi yang kelak akan membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban umat manusia.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam lahir pada Tahun Gajah yaitu tahun dimana pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah Habasyah yang tengah ingin merobohkan Ka’bah. 

Dengan kebesaran-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghentikan pasukan tersebut dengan mengirimkan burung-burung ababil untuk menjatuhkan batu-batu yang membawa wabah penyakit. Kisah Nbai Muhammad ini terdapat di Al-Quran, Surat Al Fil yang berarti pasukan gajah.

Di tahun inilah, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam lahir di Makkah dan dibesarkan sebagai anak yatim karena Abdullah, ayah Nabi Muhammad, wafat sebelum Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam lahir. 

Rasulullah lahir dari ayah yang bernama Abdullah bin Abdul Mutalib yang telah wafat sewaktu Ia masih berada didalam kandungan sang Ibu yang masih berumur 7 bulan kandungan. 

Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Bayi tersebut lahir disambut dengan penuh kasih sayang, diberi nama Muhammad, yang mana nama tersebut sangat asing bagi masyarakat jahiliyah kala itu.

Nama Muhammad diberikan oleh sang kakek Abdul Muthalib, yang berarti "Muhammad" (orang yang terpuji). Lalu Muhammad disusui selama beberapa hari oleh Thuwaiba (budak suruhan Abu Lahab, sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad), Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah kala itu.

Akhirnya wanita dari Banu Sa'ad tiba. Wanita tersebut bernama Halimah binti Abi-Dhuaib, yang pada mulanya menolak menerima baginda dikarenakan Muhammad seorang anak yatim. 

Setelah Halimah mengambil Muhammad sebagai anak susuan, kehidupan serta kambing ternakan dan susu kambing-kambing miliknya semakin bertambah. Muhammad telah tinggal selama dua tahun di sahara, dan sesudah itu Halimah membawa Muhammad kembali kepada ibunya Aminah. 

Beberapa tahun setelah menghabiskan waktu dengan ibunya, Aminah, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam kemudian dibesarkan oleh kakeknya yaitu Abdul Muthalib.

Sayangnya, umur kakeknya pun juga hanya sebentar. Setelah dua tahun dibesarkan oleh kakeknya, Abdul Mutholib meninggal pada umur Rasul yang kedelapan dan Nabi diasuh oleh pamannya Abu Thalib. 

Abu Thalib dikenal dengan orang yang dermawan walaupun hidupnya fakir atau tidak mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Hanya dengan keadaan tersebut, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam dapat berkembang dan tumbuh dengan pamannya.

Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang, sewaktu itu Muhammad berusia dua belas tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib kristian yang telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad. 

Lalu Rahib tersebut  menasehati Abu Thalib supaya tidak pergi jauh dari ke daerah Syam, karena dikhawatirkan orang-orang Yahudi akan menyakiti Muhammad sekiranya tanda-tanda tersebut diketahui mereka. Dan ia pun mengikuti saran dari Rahib tersebut.

Selepas dewasa Muhammad disuruh oleh sang paman untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang pedagang kaya dan dihormati. 

Muhammad melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan jujur sehingga membuat Khadijah amat tertarik dengan perilaku mulia Muhammad. 

Lalu Khadijah menyampaikan rasa hatinya untuk menikahi Muhammad yang kala itu masih berusia Duapuluh lima tahun, sedangkan Khadijah berusia empatpuluh tahun. 

Wanita bangsawan itu pun sangat sangat gembira ketika lamarannya di terima oleh Muhammad. Mulailah mereka membuka lembaran baru dalam hidup mereka sebagai suami istri. 

Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam Mendapatkan Wahyu Pertama

Sebelum menjadi seorang Rasul, Nabi Muhammad telah mendapatkan beberapa karunia istimewa dari Allah seperti wajahnya yang bersih dan bersinar yang mengalahkan sinar bulan, tumbuh suburnya daerah tempat Halimah (ibu yang menyusui Nabi) padahal tadinya gersang dan kering, dan lain sebagainya. 

Itulah tanda-tanda kebesaran Allah yang menandakan akan datangnya nabi yang terakhir yang memiliki kedudukan yang tertinggi nantinya.

Pada usia Empatpuluh tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat sebagai Nabi ketika dirinya sedang merenung dalam kesunyian di dalam Gua Hira'. 

Kala itu datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca Quran yang pertama diturunkan kepada NAbi Muhammad. 

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ◌ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ◌ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ◌ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq, 1-4)

Rasulullah pulang dengan penuh rasa gemetar. Sesampainya dirumah Ia lalu diselimuti oleh Khadijah  yang coba menenangkan Baginda Rasulullah. Setelah keadaan Baginda sudah pulih, maka diceritakanlah kejadian tersebut kepada sang istri.

Mulailah Nabi Muhammad berdakwah waktu itu secara sembunyi-sembunyi. Berawal dari kerabatnya dan teman-temannya. 

Sang istri Khadijah adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian Rasul. Dan Ali bin Abi Thalib adalah lelaki pertama yang beriman dengan ajaran Baginda Rasul.

 Adapun orang-orang yang menjadi pengikut pertamanya adalah Khadijah, Abu Bakar Al-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah, Ummu Aiman, Ali bin Abu Thalib, dan Bilal bin Rabah.

Allah Memerintahkan Dakwah secara Terang-terangan

Setelah beberapa tahun melakukan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat al-hijr ayat 94 dan memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan.

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”

Meskipun mendapat banyak tantangan dari kaum penduduk Mekkah, dakwah Nabi Muhammad tidak pernah surut. Beliau dan pengikutnya tetap menyebarkan ajaran Islam dengan penuh keteguhan dan keikhlasan.

Pada tahun kesepuluh kenabiannya, sang Istri Rasul meninggal dunia. Dan pada tahun itu juga sang Paman Abu Thalib yang mengasuhnya sedari kecil juga meninggal dunia, maka bertambahlah kesedihan yang dirasakan oleh Rasulullah karena kehilangan orang-orang yang amat Dia sayang.

Tekanan dari orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas kepergian sang Istri dan Pamannya. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah. Sesampainya di Madinah Rasul disambut dengan meriah oleh penduduk Madinah.

Islam adalah agama yang kedamaian. Namun, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat, dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali peperangan untuk memepertahankan dan menegakan keadilan Islam. 

Peperangan yang dilalui oleh Rasul ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang terakhir Rasulullah adalah Perak Tabuk (630 M/9 H). Pada Perang Tabuk Rasul dan Pengikutya berjaya mendapat kemenangan. 

Perintah Berzakat di Zaman Rasulullah

Pada zaman Rasulullah, zakat dikelola oleh lembaga negara. Dengan demikian, negara mempunyai kewajiban untuk menghitungkan berapa banyak zakat yang harus dikeluarkan seseorang.

Bukan hanya menghitung, namun juga sekaligus mengumpulkan zakat. Kala itu Rasul dan para khalifah membentuk badan zakat serta mengirimkan petugas untuk mengumpulkan zakat dari wajib zakat.

Setelah dikumpulkan, zakat akan dimasukkan ke baitul mal. Baru setelah itu pemerintahan akan menentukan pembagian sesuai dengan ketentuan yang telah dituliskan di dalam Al-Qur’an serta hadist.

Dalam sejarah zakat pada zaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam, Beliau menunjuk Umar bin Khatab, Ibnu Qais ‘Ubadah Ibn Shamit, serta Mu’az Ibn Jabal untuk menjadi amil zakat pada tingkatan daerah.

Dalam sejarah zakat pada zaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam, Beliau menunjuk Umar bin Khatab, Ibnu Qais ‘Ubadah Ibn Shamit, serta Mu’az Ibn Jabal untuk menjadi amil zakat pada tingkatan daerah.

Pada zaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam di tahun pertama di Madinah itu, Nabi dan para sahabatnya beserta segenap kaum muhajirin (orang-orang Islam Quraisy yang hijrah dari Mekah ke Madinah) masih dihadapkan kepada bagaimana menjalankan usaha penghidupan di tempat baru tersebut.  

Hal ini dikarenakan, selain memang tidak semua di antara mereka orang yang berkecukupan, kecuali Usman bin Affan, semua harta benda dan kekayaan yang mereka miliki juga ditinggal di Mekah.

Saat kondisi kaum Muslimin sudah mulai sejahtera, tepatnya pada tahun kedua Hijriyah, barulah kewajiban zakat diberlakukan. 

Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam langsung mengutus Mu’adz bin Jabal menjadi Qadli di Yaman. 

Rasul pun memberikan nasihat kepadanya supaya menyampaikan kepada ahli kitab beberapa hal, termasuk menyampaikan kewajiban zakat dengan ucapan,

“Sampaikan bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada harta benda mereka, yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin di antara mereka,” sebagai kepala negara saat itu, ucapan Rasul langsung ditaati oleh seluruh umat muslim tanpa ada perlawanan.

Harta benda yang dizakati di zaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam yakni, binatang ternak seperti kambing, sapi, unta, kemudian barang berharga seperti emas dan perak, selanjutnya tumbuh-tumbuhan seperti syair (jelai), gandum, anggur kering (kismis), serta kurma. 

Namun kemudian, berkembang jenisnya sejalan dengan sifat perkembangan pada harta atau sifat penerimaan untuk diperkembangkan pada harta itu sendiri, yang dinamakan “illat”. Berdasarkan “Illat” itulah ditetapkan hukum zakat.

Prinsip zakat yang diajarkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam adalah mengajarkan berbagi dan kepedulian, oleh sebab itu zakat harus mampu menumbuhkan rasa empati serta saling mendukung terhadap sesama muslim. Dengan kata lain, zakat harus mampu mengubah kehidupan masyarakat, khususnya umat muslim.

Kurban di Zaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam

Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam melaksanakan kurban saat melakukan haji Wada di Mina. Pada saat itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam menyembelih 100 ekor unta. 

Beliau menyembelih sendiri sebanyak 63 ekor unta, sementara sisanya disembelih oleh Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah. Seluruh hewan kurban tersebut disembelih setelah Shalat Idul Adha. 

Firman allah QS. Al-Hajj : 36:

وَالْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا لَكُمْ مِّنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَاۤفَّۚ فَاِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.(QS. Al-Hajj [22]: 36)

Dalam surah Al-Hajj ayat 36 tersebut dijelaskan tentang jenis hewan yang dijadikan kurban, tujuan dari berkurban, cara menyembelih hewan kurban, waktu memakan daging kurban, dan orang-orang yang dapat memakan daging kurban. Selengkapnya tentang Apa itu Kurban bisa sahabat klik disini.

Peristiwa Isra Mi’raj

Pada tahun kesebelas era Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam terjadi peristiwa yang menyedihkan. Tahun ini sering disebut dengan tahun kesedihan karena pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah wafat pada tahun tersebut.

Setelah peristiwa tersebut, Allah kemudian mengutus Malaikat Jibril untuk mendampingi Rasul dalam melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang disebut dengan Isra yang dimana setelah itu Rasulullah melakukan perjalanan kembali dari Masjidil Aqsa ke langit ke tujuh yang disebut sebagai Mi’raj. 

Disitulah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam mendapatkan perintah sholat 5 waktu yang wajib dikerjakan seluruh umat Islam.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu sahabat telisik lebih dalam kisah Nabi Muhammad Dibalik Peristiwa Isra Miraj.

Wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam

Pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam wafat setelah melaksanakan tugasnya sebagai Rasul dan pemimpin negara. 

Pada saat sahabat Abu Bakar sedang tidak di Madinah, terjadi sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan dimana Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam wafat. 

Pada saat Abu Bakar diberitahu, beliau segera datang ke rumah Aisyah. Beliau mengucapkan pidato, “Ketahuilah, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah mati, dan barangsiapa menyembag Allah, maka sesungguhnya Allah tetap senantiasa hidup tidak aka perna mati.”

Kemudian beliau membacakan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ

Artinya: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (QS. Az-Zumar: 30)

Itulah ringkasan kisah Nabi Muhammad yang seharusnya kita ketahui, terutama kita sebagai umat muslim. 

Baginda Rasul berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua umat manusia sepanjang zaman.

Semoga dengan mengetahui Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam ini kita dapat belajar lagi dan menjadikannya sebagai pedoman hidup kita.

0 Response to "Kisah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak