Kisah Mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassallam Membelah Bulan Menjadi Dua

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah

Kisah yang satu ini memang diluar logika manusia, ketika itu bulan terbelah menjadi dua. Dengan mukjizat dari Allah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam mampu membuat purnama bulat terbelah seketika. Peristiwa ini dikisahkan dalam surat Al Qamar 1-3.

Semakin bertambahnya pengikut Nabi Muhammad untuk memeluk Islam membuat orang-orang Quraisy merasa sangat marah. 

Kaum Quraisy melakukan berbagai cara untuk membuat kepercayaan para pengikut Nabi Muhammad berkurang.

Kaum Quraisy membuat rencana yang sangat tidak masuk akal untuk menyudutkan Nabi Muhammad. 

Salah satunya dengan menantang nabi untuk melakukan hal yang mustahil untuk membuktikan kebenaran kenabiannya. 

Suatu ketika kaum Quraisy menantang nabi Muhammad di depan para pengikutnya sebagai bentuk kebenaran tentang ajarannya dan kenabiannya.

Saat itu kaum Quraisy yang sedang berkumpul di Kabbah sengaja memanggil Nabi untuk mempermalukan dirinya. 

Awalnya mereka menawarkan kekayaan dan kemuliaan kepada Sang Baginda. Namun Nabi menolaknya sehingga membuat mereka diam seribu bahasa.

Namun tidak sampai disitu, mereka tidak kehilangan akal untuk membuat Nabi Muhammad malu. Jika Nabi mampu, mereka berjanji mengikuti apa yang dibawa Nabi, yakni percaya jika Tuhan hanya satu. 

Mereka meminta agar Nabi membelah bulan menjadi dua. Berikut kisah mukjizat Nabi Muhammad yang dapat membelah bulan.

Firman Allah Surat Al-Qamar yang mengisahkan tentang terbelahnya bulan adalah sebagai berikut:

اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ.١ وَاِنْ يَّرَوْا اٰيَةً يُّعْرِضُوْا وَيَقُوْلُوْا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ.٢

“Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah Bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: ‘(Ini adalah) sihir yang terus menerus’. Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya,” Surah Al Qamar Ayat 1-3.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang sangat menginginkan agar kaumnya mendapatkan hidayah. 

Beliau juga adalah orang yang paling semangat agar mereka selamat dari adzab Allah. Walaupun beliau tahu kisah umat-umat terdahulu. Bagaimana para rasul didustakan. 

Dan bagaimana akhir dari orang-orang yang mendustakan peringatan para rasul-rasul tersebut. 

Pelajaran lainnya adalah di antara metode yang digunakan ahlul batil dalam mendebat adalah meminta perkara-perkara ajaib semisal mukjizat. 

Tujuannya bukan untuk merenungkan kemudian beriman. Bukan pula membuat tenang hati mereka dengan kebenaran. Mereka hanya ingin menghalangi manusia dari jalan Allah. 

Mereka hanya ingin mendebat saja. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendatangkan sebuah mukjizat yang besar dan kekal untuk mereka. 

Sebuah mukjizat yang dinalar oleh orang-orang Arab sebagai sesuatu yang hebat dan istimewa. Yaitu Alquran. Bahkan Allah tantang mereka dengan firman-Nya,

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لاَ يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (Quran Al-Isra: 88).

Bahkan Allah tantang dengan suatu yang lebih ringan, sebagaimana dalam Surat Hud:

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur'an itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”. (Quran Hud: 13).

Dan juga firman-Nya,

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar”.(Quran Yunus: 38)

Orang-orang Quraisy tidak mampu menjawab tantangan ini. Walaupun hanya dengan satu kali percobaan. Mereka tidak mampu menjawab tantangan Al-qur'an. 

Mereka sadar mereka lemah dan tak kuasa menjawab tantangan Alquran, tapi mereka masih saja menantang dengan tantangan yang lain. Tujuannya adalah debat kusir dan cari-cari alasan saja.

Demikianlah kaum muslimin, kalau Alqur'an tak mampu membuat kita sadar, maka mukjizat terbelahnya bulan, gunung menjadi emas, dan lainya. seandainya ada, juga tak akan mampu membuat kita sadar.

Mereka meminta agar bulan dibelah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri. Kemudian mengarahkan tangannya ke bulan. Bulan pun terbelah dua. Satu bagian di atas gunung. Bagian lainnya di gunung yang lain. 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu:

أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً، فَأَرَاهُمُ انْشِقَاقَ الْقَمَرِ

“Penduduk Mekah meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mendatangkan mukjizat. Beliau perlihatkan pada mereka terbelahnya bulan.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Manaqib 3438 dan lafadz ini milik al-Bukhari. Muslim dalam Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2802)

Dalam riwayat lain juga dari Anas, ia berkata, 

فَأَرَاهُمُ الْقَمَرَ شِقَّتَيْنِ حَتَّى رَأَوْا حِرَاءً بَيْنَهُمَا

“Beliau perlihatkan kepada mereka bulan terbelah. Sampai mereka lihat Hira (nama tempat) di antara keduanya.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah 3655).

Dalam riwayat lain, 

فِرْقَتَيْنِ؛ فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ، وَفِرْقَةً دُونَهُ

“Terbelah dua. Satu belahan di atas gunung. Belahan lainnya di sisi yang berbeda.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir Surat al-Qamar 4583).

Diriwayatkan juga dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

: انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم شِقَّتَيْنِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: “اشْهَدُوا

“Bulan terbelah menjadi dua bagian di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Saksikanlah!’” (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Manaqib 3437 dan Muslim dalam Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2800).

Peristiwa ini terjadi dua kali. Bukan sekali saja. Hal ini berdasarkan riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Ia berkata, 

فَأَرَاهُمُ انْشِقَاقَ الْقَمَرِ مَرَّتَيْنِ

“Dua kali beliau perlihatkan bulan terbelah.” (HR. Muslim dalam Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2802 dan Ahmad 13177).

Peristiwa pertama terjadi di Mina. Yaitu ucapan Anas:

انْشَقَّ الْقَمَرُ وَنَحْنُ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِمِنًى

“Bulan terbelah. Saat itu kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Mina.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah 3656).

Dan kejadian kedua terjadi di Mekah. Yaitu sebagaimana diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu:

انْشَقَّ بِمَكَّةَ

“Bulan terbelah di Mekah.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah 3656)

Meskipun peristiwa besar ini terjadi dua kali, para pendusta itu berkata, “Muhammad telah menyihir kalian.”

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata, 

سَأَلَ أَهْلُ مَكَّةَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم آيَةً، فَانْشَقَّ القَمَرُ بِمَكَّةَ مَرَّتَيْنِ، فنزلت: {اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ القَمَرُ} [القمر: 1] إلى قوله: {سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ} [القمر: 2]

“Orang-orang Mekah meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendatangkan sebuah mukjizat. Bulan pun terbelah dua kali di Mekah. Turunlah firman Allah: ‘Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. Sampai firman-Nya “(Ini adalah) sihir yang terus-menerus”. [Quran Al-Qamar: 1-2] (HR. at-Turmudzi dalam Kitab Tafsir Alquran 3286. Ia berkomentar hadits ini hasan shahih. An-Nasai 11554. Ahmad 12711. Syu’aib al-Arnauts mengomentari bahwa sanadnya shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata, 

رَأَيْتُ الْقَمَرَ مُنْشَقًّا بِشِقَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ بِمَكَّةَ قَبْلَ مَخْرَجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، شِقَّةٌ عَلَى أَبِي قُبَيْسٍ، وَشِقَّةٌ عَلَى السُّوَيْدَاءِ” فَقَالُوا: سُحِرَ الْقَمَرُ. فَنَزَلَتْ {اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ} [القمر: 1]

“Aku melihat bulan terbelah menjadi dua bagian sebanyak dua kali. Peristiwa ini terjadi di Mekah sebelum hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Satu potongan di atas Gunung Abu Qubais dan potongan lainnya di atas as-Suwaida. Mereka berkata, ‘Bulan telah disihir’. Turunlah firman-Nya: ‘Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan’.” (HR. al-Hakim 3757. Ia berkata, “Hadits ini shahih sesuai dengan syarat al-Bukhari dan muslim walaupun keduanya tidak meriwayatkannya. Disepakati oleh adz-Dzhabai).

Mereka mencari-cari alasan untuk mendustkan mukjizat ini. Sampai-sampai mereka bertanya pada orang-orang yang baru datang dari safar. 

Dengan sangkaan, kalau seandainya ini sihir, maka sihir itu tidak punya pengaruh pada orang-orang yang berada di luar Mekah, yang sedang bersafar. 

Para musafir ini menjawab bahwa mereka melihat bulan terbelah pada malam dan waktu yang sama saat mereka melihatnya terbelah. 

Mendengar jawaban tersebut, mereka malah berseloroh, “Ini adalah sihir yang terus-menerus.” Ini menunjukkan, memang sejak awal niat mereka bukan untuk membenarkan dan beriman. Mereka hanya ingin mendebat dan menghalangi manusia dari kebenaran.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ قُرَيْشٌ: هَذَا سِحْرُ ابْنِ أَبِي كَبْشَةَ، قَالَ: وَقَالُوا: انْتَظَرُوا مَا تَأْتِيكُمْ بِهِ السُّفَّارُ؛ فَإِنَّ مُحَمَّدًا لاَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْحَرَ النَّاسَ كُلَّهُمْ قَالَ: فَجَاءَ السُّفَّارُ فَقَالُوا ذَاكَ

“Bulan terbelah di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Ini adalah sihirnya Ibnu Abi Kabsyah (mereka gelari Rasulullah dengan sebutan demikian)’. Kata mereka, ‘Tunggulah kedatangan orang-orang yang bersafar. Karena Muhammad tak akan mampu menyihir semua orang’. Kemudian datanglah orang-orang dari safar. Mereka malah mengatakan seperti itu.” (HR. Abu Dawud 293. As-Saqaf berkata, “Riwayat Abu Dawud ath-Thayalisi dengan sanad yang shahih).

Diriwayatkan juga dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, 

انْشَقَّ الْقَمَرُ بِمَكَّةَ حَتَّى صَارَ فِرْقَتَيْنِ، فَقَالَ كُفَّارُ أَهْلِ مَكَّةَ: هَذَا سِحْرٌ سَحَرَكُمْ بِهِ ابْنُ أَبِي كَبْشَةَ؛ انْظُرُوا السُّفَّارَ فَإِنْ كَانُوا رَأَوْا مَا رَأَيْتُمْ فَقَدْ صَدَقَ، وَإِنْ كَانُوا لَمْ يَرَوْا مَا رَأَيْتُمْ فَهُوَ سِحْرٌ سَحَرَكُمْ بِهِ، قَالَ: فَسُئِلَ السُّفَّارُ وَقَدِمُوا مِنْ كُلِّ وَجْهٍ فَقَالُوا: رَأَيْنَا

“Bulan terbelah di Mekah hingga menjadi dua bagian. Orang-orang kafir Mekah berkata, ‘Ini adalah sihir. Ibnu Abi Kabsyah menyihir kalian. Tunggulah orang-orang yang bersafar tiba. Kalau mereka melihat seperti apa yang kalian lihat, maka Muhammad benar. Kalau mereka tidak melihat apa yang kalian lihat, maka Muhammad telah menyihir kalian’. Mereka bertanya pada para muasafir yang datang dari berbagai penjuru. Kata mereka, ‘Kami melihatnya’.” (HR. al-Baihaqi dalam Dala-il an-Nubuwah, 2/266-267. Abu Nu’aim al-Ashbahani dalam Dala-il an-Nubuwah Hal: 281).

Akhirnya, orang-orang musyrik mengajukan permintaan bodoh kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana dikisahkan Alquran:

وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأَرْضِ يَنْبُوعًا (90) أَوْ تَكُونَ لَكَ جنَّة مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الأَنْهَارَ خِلاَلَهَا تَفْجِيرًا (91) أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللهِ وَالمَلاَئِكَةِ قَبِيلاً (92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلاَّ بَشَرًا رَسُولاً

Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dan bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya. 

Atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. 

Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” (Quran Al-Isra: 90-93)

Semua permintaan yang mereka ajukan tersebut lebih rendah keadaannya dibandingkan keajaiban Alquran. Permintaan mereka itu hanya mencari-cari alasan. Hanyalah penolakan dan kekalahan argument. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati mereka:

وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ (14) لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَسْحُورُونَ

“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata: “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir”. [Quran Al-Hijr: 14-15].

Demikian juga firman-Nya:

وَأَقْسَمُوا بِاللهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَتْهُمْ آيَةٌ لَيُؤْمِنُنَّ بِهَا قُلْ إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللهِ وَمَا يُشْعِرُكُمْ أَنَّهَا إِذَا جَاءَتْ لاَ يُؤْمِنُونَ (109) وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (110) وَلَوْ أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلاً مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلاَّ أَنْ يَشَاءَ اللهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ

“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi Allah”. 

Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman. Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. 

Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Quran Al-An’am: 109-111).

Meskipun demikian keadaan mereka. Penolakan mereka. Keadaan mereka yang mencari-cari alasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap bersemangat mendakwahi mereka. Tetap berkeinginan agar mereka mendapatkan hidayah. 

Beliau tetap berusaha agar mereka selamat dari adzab Allah. Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata.

0 Response to " Kisah Mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassallam Membelah Bulan Menjadi Dua "

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak