Penyebab Kepercayaan Masyarakat Terhadap Dukun

Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan sallam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu Istiqamah

Dukun atau yang sering juga disebut dengan ‘orang pinter’, adalah suatu profesi yang tidak asing kedengarannya di telinga masyarakat Indonesia pada umumnya. 

Walaupun nama atau istilahnya berbeda antar satu daerah dengan yang lainnya, dukun adalah profesi yang sangat popular masyarakat. Keterlibatan mereka dalam kehidupan masyarakat selama ini sangat kuat. 

Bagi orang yang belum pernah berinteraksi dengan dukun secara langsung, atau minta bantuannya dan memanfaatkan jasanya, umumnya mendengar profesi perdukunan ini dari radio atau dari mulut ke mulut, membaca iklan di majalah, tabloid, koran atau buku-buku, atau pernah melihat sosok di antara dukun yang bertebaran dalam tayangan layar kaca atau televisi.

Di Jawa dikenal bermacam-macam tipe dukun, antara lain; 

  1. dukun siwer (pencegah kemalangan), 
  2. dukun prewangan (penghubung manusia dengan roh),
  3. dukun beranak (membantu persalinan), 
  4. dukun susuk. 
Dukun susuk ini ahli dalam memasukkan, membenamkan semacam jarum pendek-berukuran satu sentimeter yang amat halus yang terbuat dari bahan emas, berlian, ataupun batu kristal ke bagian tubuh manusia untuk kepentingan kecantikan, karir, kewibawaan, dan sebagainya. 

Perubahan sosial dalam pandangan Durkheim adalah perubahan dari masyarakat yang bercirikan solidaritas mekanik menuju masyarakat yang bercirikan solidaritas organik. 

Durkheim menekankan analisis yang menyeluruh dan memandang bagian-bagian memiliki konsekuensi untuk mencapai keadaan normal dengan memenuhi persyaratan sistem. 

Tidak dipungkiri, meski saat ini kita hidup dalam era digital dan kesejagatan, tetapi pada sebagian masyarakat Indonesia masih ada saja yang mempercayai bahwa dukun adalah sosok yang bisa dimintai jasa untuk kepentingan tertentu.

Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya penyembuhan penyakit melalui tenaga supranatural

Berdasarkan definisi tersebut dapatdiketahui bahwa dukun merupakan orang yang memiliki kemampuan tertentu untuk membantu seseorang. 

Dukun yang dimaksud adalah paranormal yang membantu masyarakat dalam hal masalah jodoh, pelaris bagi pedagang, kekuasaan politik, dan disukai atau dihormati orang lain.

Pengetahuan dan keterampilan seorang dukun tidak diperoleh melalui pendidikan formal yang tinggi, karena hingga saat ini di Indonesia belum ada sekolah atau perguruan tinggi yang membuka program studi keahlian perdukunan.

Kalau pun ada, mungkin hanya sebatas kursus privat yang sangat terbatas (eksklusif), yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu.

Ruslani mengatakan bahwa dukun di perkotaan ternyata lebih pesat dengan banyak dibutuhkannya dukun oleh masyarakatnya, ini berarti peran dukun tidak mengalami kemerosotan. 

Perdukunan ialah suatu bentuk pencarian suatu hakikat dengan perkara yang tidak ada dasarnya sama sekali yang landasan utamanya adalah spekulasi atau tebak-tebakan. 

Di kehidupan modern kota, fungsi dan peranan dukun terus berkembang sehingga ada beberapa fungsi baru dukun. 

Menurut Ruslani, fungsi dukun, secara kasar berdasar kasus yang dimintakan penyelesaiannya ada empat macam, yakni permasalahan penyakit, kesulitan ekonomi, karier dan jodoh. 

Sebenarnya masih ada persoalan lain mengapa orang pergi ke dukun yakni dendam dan sakit hati atau campuran dua atau lebih dari lima persoalan di atas.

Manusia dalam menghadapi berbagai permasalahan memilih jalan keluar yang rasional, ada pula yang irasioanal. 

Jalan yang rasional tentu dilakukan berkaitan dengan melalui cara berpikir logis dan empiris. Namun fakta sosial menyatakan bahwa masyarakat banyak mencari hal-hal mistis. 

Salah satu nya mereka mencari jalan keluar permasalahaan hidupnya melalui panannyaan atau paranormal. 

Agama seringkali menjadi salah satu jalan keluar dari berbagai persoalan tersebut. Walau begitu, tak sedikit pula yang bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri. 

Fenomena sebuah fakta sosial yang nyata terjadi di masyarakat. Sebagai contoh, dari mulai pemilihan kepala desa, pencalonan anggota dewan, bupati, gubernur dan presiden tak bisa dilepaskan dari hal tersebut.

Secara umum status paranormal dan dukun dalam kacamata masyarakat awam Indonesia dipandang sebagai sebuah status sosial yang terhormat dan bergengsi. 

Hal tersebut terlihat dari maraknya kalangan pejabat, pengusaha kecil,konglomerat, pedagang asongan, petani, nelayan, kaum pelajar, politikus hingga pelacur, untuk melancarkan usahanya datang ramai-ramai ke paranormal, dukun atau kyai karomah.

Berdasarkan jenis-jenis dukun di atas terlihat bahwa dukun memiliki macam-macam jenis sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. 

Penjelasan tersebut memberikan gambaran mengenai jenis-jenis dukun. Adapun dukun yang dimaksud adalah termasuk jenis dukun parewangan, yaitu dukun yang memberikan nasihat dan benda-benda tertentu yang dianggap mampu menyelesaikan masalah masyarakat yang mempercayai dukun.

Menurut Abidin terdapat beberapa faktor penyebab mayoritas masyarakat Indonesia mempercayai dukun, yaitu:

1. Akar budaya Indonesia. keyakinan yang dianut masyarakat nusantara sebelum masuk agama Islam adalah agama Hindu, Budha, Animisme, dan Dinamisme;

2. Mereka tidak berpegang teguh kepada akidah yang benar ditambah jauhnya mereka dari ilmu agama dan para ulama rabbani;

3. Kurang sabar dalam menerima ujian kemiskinan, baik yang menimpa para dukun maupun pasiennya;

4. Banyak kalangan bisnisman dan elit politik yang memanfaatkan jasa dukun dan paranormal untuk kelancaran usaha dan politiknya, sehingga mereka menjadi panutan orang-orang awam untuk mendatangi para dukun karena ngiler dengan kesuksesan dan keberhasilan mereka.

5. Jalan pintas untuk mencapai kesuksesan ini dianggap paling mudah dan ringan, apalagi setelah melihat banyak bukti dan beragam cerita dari orang-orang yang berhasil dalam waktu singkat dengan memanfaatkan jasa paranormal.

6. Pemerintah yang terkesan membiarkan, bahkan cenderung mendukung ptaktik perdukunan, karena tidak ada sanksi tegas dan hukuman yang jelas buat mereka yang menyesatkan umat dunia. 

Mereka menjadikan orang pintar, paranormal, dukun, tabib dan sebagainya sebagai tempat bertanya, tempat mengadu, tempat mencurahkan segala keluh kesah dan tempat bersandar serta bergantung layaknya seperti tuhan; 

Mayoritas masyarakat lebih percaya terhadap wejangan dukun ketimbang para ulama yang memahami Al-Quran dan As-Sunnah.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa kepercayaan terhadap dukun dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dipaparkan di atas.

Penyebab kepercayaan terhadap dukun yang dijelaskan Abidin tersebut memberikan gambaran yang menjadi landasan mengenai kepercayaan masyarakat terhadap dukun

Bahwa kenyataannya keberadaan dukun secara fungsional masih tetap dibutuhkan: Dalam kehidupan sosial di kota, fungsi sistem media kedukunan masih tetap dibutuhkan. 

Buktikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap dukun tetap berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dapat diambil kesimpulan bahwa dukun masih dianggap fungsional sehingga masyarakat tetap memiliki kepercayaan terhadapnya.

Maraknya perdukunan disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:

1. Lemah iman dan kurangnya pemahaman agama.

Lemah iman (kurangnya keyakinan bahwa Allah adalah tempat meminta segala keperluan) adalah faktor utama bagi seseorang untuk mencari alternatif lain untuk menyelesaikan permasalahan hidup. 

Meminta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat merupakan solusi Islami dan tepat untuk menyelesaikan masalah. Allah berfirman: 

يٰٓΨ§َيُّΩ‡َΨ§ Ψ§Ω„َّΨ°ِيْΩ†َ Ψ§ٰΩ…َΩ†ُوا Ψ§Ψ³ْΨͺَΨΉِيْΩ†ُوْΨ§ Ψ¨ِΨ§Ω„Ψ΅َّΨ¨ْΨ±ِ وَΨ§Ω„Ψ΅َّΩ„ٰوةِ ۗ Ψ§ِΩ†َّ Ψ§Ω„Ω„ّٰΩ‡َ Ω…َΨΉَ Ψ§Ω„Ψ΅ّٰΨ¨ِΨ±ِيْΩ†َ

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153)

2. Membungkus dunia perdukunan dengan agama.

Salah satu yang tuturan seorang dukun disebuah media “Kami tak melakukan apa-apa, hanya berdoa kepada Allah, dan atas ridha-Ny alah doa kami itu terkabul”.

Ungkapan di atas dan semisalnya adalah ucapan klise yang sering keluar dari mulut paranormal atau dukun. Seolah-olah mereka berlindung di balik kata “doa” dan nama “Allah” 

Untuk mengelabui orang dan meyakinkan bahwa kemampuan yang dimilikinya itu adalah pemberian dari Allah dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. 

Untuk membantah syubhat (kerancuan) ini, perhatikanlah firman Allah:

Ω‚َΨ§Ω„َ فَΨ¨ِΨΉِΨ²َّΨͺِΩƒَ Ω„َΨ§ُΨΊْوِيَΩ†َّΩ‡ُΩ…ْ Ψ§َΨ¬ْΩ…َΨΉِيْΩ†َۙ

 “Iblis menjawab, ‘Demi kekuasaan Engkau,aku akan menyesatkan mereka semua- nya’.”(Qs. Shad: 82). 

Iblis makhluk yang telah nyata kekafirannya kepada Allah (Al-Baqarah: 24) menggunakan sifat Allah dalam bersumpah. 

Maka bukan suatu hal aneh jika mereka menggunakan nama Allah, membaca (potongan) ayat-ayat Al-Qur’an sebagai mantera.

Penggunaan simbol-simbol agama bukan ukuran kebenaran. Bukankah iblis yang menggunakan sifat Allah ketika bersumpah tidak menjadi pembenaran bahwa ia sesungguhnya tidak sesat dan menyesatkan. 

Selain itu, mereka mengatakan bahwa ilmu yang diberikan berdasar pada agama (Al-Qur’an). Tapi pada saat yang sama, mereka juga memberikan syarat, azimat dan amalan-amalan yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an atau tidak diajarkan oleh Al-Qur’an.

3. Ajaran Sufisme

Ajaran Sufisme mempunyai andil dalam memupuk mistikisme. Lipstik agama yang membungkus ritual sufisme banyak mengelabui umat. Cerita-cerita mistik tentang hal-hal ghaib Allah, malaikat, jin banyak mewarnai ajaran mereka.

4. Animisme, Dinamisme, Sinkretisme

Kepercayaan masyarakat yang suka mistik adalah sisa-sisa pengaruh dari ajaran anismisme, yakni kepercayaan kepada roh-roh yang mendiami semua benda dan dinamisme, 

Yakni kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia kemudian ajaran Hindu (tentang roh dan dewa-dewi). Termasuk budaya sinkretisme yang mencampuradukkan ajaran berbagai agama untuk mencari penyesuaian.

Kenyataan seperti tersebut di atas itulah yang mendasari, dengan mengarahkan objek pada latar balakang yang mendasari para pelaku sistem media kedukunan 

Sehingga tetap bertahan menjalankan fungsinya dan faktor-faktor sosial budaya yang mempengaruhi keberadaan sistem tersebut.

Kepercayaan masyarakat terhadap dukun dikarenakan pemahaman masyarakat mengenai dukun sebagai penolong. Bahwa orang ingin cepat mendapat jodoh, cepat naik pangkat, cepat kaya juga datang ke tempat orang pintar (dukun). 

Masyarakat memiliki suatu pemahaman atau kepercayaan bahwa dukun merupakan orang yang serba mampu mengatasi masalah.

Ada beberapa sebab orang pergi ke dukun;

1. Tidak yakin akan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya. 

Banyak orang yang pergi ke dukun karena ia merasa jika hanya mengandalkan kemampuannya maka apa yang ia inginkan tidak akan atau sulit terwujud.

Seperti seorang salesman yang pergi ke dukun,ia melakukan itu karena ia merasa kalau hanya mengandalkan kemampuannya dalam hal menjual produk rasanya tidak mungkin ia bisa menjual produk dengan hasil yang memuaskan.

2. Ingin cepat sukses tanpa harus melalui rumit dan sulitnya sebuah proses.

Banyak orang yang pergi ke dukun karena ia ingin segera sukses,ia percaya kekuatan supranatural yang di miliki dukun akan bisa membantu keinginannya sehingga it tidak terlalu bersusah payah dalam mewujudkan impiannya itu. 

Dalam dunia politik dikenal istilah 'dukun politik' ini menawarkan jasa bagi para caleg dan calon kepala daerah hingga calon presiden. "insya allah pasti jadi asal sebelum 10 hari-6 bulan pemilihan,". 

Menanggapi munculnya 'dukun politik' belakangan ini, menurut pengamat sosial dari universitas gadjah mada Arie Sudjito, karena para calon pejabat itu tidak percaya diri. 

Ditambah mereka yang sudah menjabat takut kehilangan kekuasaan. Jadi, biasanya mereka menghalalkan segala cara agar terpilih. "munculnya dukun politik ini memanfaatkan momentum karena ketidakpastian apakah sang calon terpilih lagi atau tidak. 

Mereka lalu menggunakan uang, menjual ayat sampai pergi ke dukun. Selain itu, para caleg atau kepala daerah sekarang tidak bisa mengandalkan mesin partai. 

Sehingga, banyak dari mereka mencari jalan lain agar bisa terpilih baik menjadi anggota dewan atau kepala daerah. "biasanya yang banyak itu calon- calon di daerah. 

Mereka gagal memahami pemilih. Mereka rela datang ke dukun politik itu. Dengan trik-trik dan dalil tertentu, biasanya mereka jadi percaya diri setelah ke dukun politik itu"

Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan kepentingan masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap dukun meliputi: kepentingan hubungan harmonis, kepentingan ekonomi, dan kepentingan kedudukan politik. 

Selanjutnya, penyebab kepercayaan masyarakat terhadap dukun adalah budaya masyarakat, rendahnya penyerapan terhadap nilai dan norma agama, dan kebijakan pemerintah.

0 Response to " Penyebab Kepercayaan Masyarakat Terhadap Dukun"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak