Agama Dan Pedoman Hidup

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah hingga hari akhir.

Pengertian Agama 

Secara etimologis kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit, yaitu yang tersusun dari dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi. 

Jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun temurun. Hal ini menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Ada juga versi lain yang mengatakan agama tersusun dari a = tidak dan gama berarti kacau. Jadi agama artinya tidak kacau. Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci.

Agama dalam Bahasa Arab disebut din, yang mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. 

Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang harus dipatuhi orang. Din dalam bahasa Semit juga berarti undang-undang atau hukum. 

Sedangkan dalam bahasa Inggris agama disebut religi yang terambil dari bahasa latin relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Pendapat lain kata itu berasal dari relegare yang berarti mengikat.

Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas menurut Harun Nasution adalah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.

Sedangkan menurut terminologi, definisi agama beragam tergantung orang yang mendefinisikannya. 

Mukti Ali pernah mengatakan, barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan definisi selain dari kata agama. Pernyataan ini didasarkan pada tiga alasan. 

  1. Bahwa pengalaman agama adalah soal batini, subyektif dan sangat individualis sifatnya. 
  2. Barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional dari pada orang yang membicarakan agama. Karena itu setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata agama itu sulit didefinisikan. 
  3. Konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi itu.

Sampai sekarang perdebatan tentang definisi agama masih belum selesai, hingga W.H. Clark, seorang ahli Ilmu Jiwa Agama. 

Sebagaimana dikutip Zakiah Daradjat mengatakan, bahwa tidak ada yang lebih sukar dari pada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi agama. 

Karena pengalaman agama adalah subyektif, intern, individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dari orang lain. 

Di samping itu tampak bahwa umumnya orang lebih condong mengaku beragama, kendatipun ia tidak menjalankannya.

Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan politik yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer, agama adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang maha mutlak. 

Sementara Dewey mengatakan bahwa agama adalah pencarian manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan ghaib yang hebat.

Oxfort Student Dictionary mendefinisikan agama (religion) dengan “ the belief in the existence of supranatural ruling power, the creator ad controller of the universe”, yaitu suatu kepercayaan akan adanya suatu kekuatan pengatur supranatural yang mencipta dan mengendalikan alam semesta.

Agama dalam pengertiannya yang paling umum diartikan sebagai sistem orientasi dan obyek pengabdian. 

Dalam pengertian ini semua orang adalah makhluk relegius, karena tak seorangpun dapat hidup tanpa suatu sistem yang mengaturnya.

Kebudayaan yang berkembang di tengah manusia adalah produk dari tingkah laku keberagamaan manusia.

Dari pengertian di atas, sebuah agama biasanya mencakup tiga persoalan pokok, yaitu:

1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.

2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekwensi atau pengakuan dan ketundukannya.

3. Sistem nilai (hukum/norma) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.

Dengan demikian jelaslah bahwa agama merupakan seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.

Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama

Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama, yaitu:

1. Karena Fitrah Manusia

Kata fitrah merupakan derivasi dari kata fathara, artinya ciptaan, suci, seimbang. Louis Ma‟luf dalam Kamus al-Munjid, menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia, atau sunnah.

Menurut Imam al-Maraghi fitrah adalah kondisi di mana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya pada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.

Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk cenderung kepada kebenaran. 

Fitrah dalam arti hanif sejalan dengan isyarat al-Qur‟an:

ูَุงَู‚ِู…ْ ูˆَุฌْู‡َูƒَ ู„ِู„ุฏِّูŠْู†ِ ุญَู†ِูŠْูًุงۗ ูِุทْุฑَุชَ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ุงู„َّุชِูŠْ ูَุทَุฑَ ุงู„ู†َّุงุณَ ุนَู„َูŠْู‡َุงۗ ู„َุง ุชَุจْุฏِูŠْู„َ ู„ِุฎَู„ْู‚ِ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ุۗฐٰู„ِูƒَ ุงู„ุฏِّูŠْู†ُ ุงู„ْู‚َูŠِّู…ُۙ ูˆَู„ٰูƒِู†َّ ุงَูƒْุซَุฑَ ุงู„ู†َّุงุณِ ู„َุง ูŠَุนْู„َู…ُูˆْู†َۙ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S Al-Rum,30:30).

Fitrah yang berarti hanif (kecenderungan kepada kebaikan) dimiliki manusia karena terjadinya proses persaksian sebelum terlahir ke muka bumi. 

Persaksian ini merupakan proses fitriah manusia yang selalu memiliki kebutuhan terhadap agama, karena itu manusia dianggap sebagai makhluk religius. 

Manusia bukan makhluk yang lahir kosong seperti kertas putih sebagaimana yang dianut para pengikut teori tabula rasa. Hal ini dipertegas dengan dalil al-Qur‟an:

ูˆَุงِุฐْ ุงَุฎَุฐَ ุฑَุจُّูƒَ ู…ِู†ْۢ ุจَู†ِูŠْٓ ุงٰุฏَู…َ ู…ِู†ْ ุธُู‡ُูˆْุฑِู‡ِู…ْ ุฐُุฑِّูŠَّุชَู‡ُู…ْ ูˆَุงَุดْู‡َุฏَู‡ُู…ْ ุนَู„ٰูٓ‰ ุงَู†ْูُุณِู‡ِู…ْۚ ุงَู„َุณْุชُ ุจِุฑَุจِّูƒُู…ْۗ ู‚َุงู„ُูˆْุง ุจَู„ٰู‰ۛ ุดَู‡ِุฏْู†َุง ุۛงَู†ْ ุชَู‚ُูˆْู„ُูˆْุง ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠٰู…َุฉِ ุงِู†َّุง ูƒُู†َّุง ุนَู†ْ ู‡ٰุฐَุง ุบٰูِู„ِูŠْู†َۙ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Q.S al-A‟raaf,7:172).

Dari ayat di atas jelaslah bahwa manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki kecenderungan untuk beragama, yaitu bertauhid (Islam). 

Hal demikian sejalan dengan petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa sallam dalam salah satu hadisnya yang mengatakan bahwa :

ู…َุง ู…ِู†ْ ู…َูˆْู„ُูˆุฏٍ ุฅِู„َّุง ูŠُูˆู„َุฏُ ุนَู„َู‰ ุงู„ْูِุทْุฑَุฉِ ูَุฃَุจَูˆَุงู‡ُ ูŠُู‡َูˆِّุฏَุงู†ِู‡ِ ุฃَูˆْ ูŠُู†َุตِّุฑَุงู†ِู‡ِ ุฃَูˆْ ูŠُู…َุฌِّุณَุงู†ِู‡ِ 

“Setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat lahirnya ke dunia. Potensi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniyah.

Potensi rohaniyah manusia berupa akal, qalb dan nafsu. Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi beragama ini dapat dilihat melalui bukti historis dan anthropologis.

Masyarakat primitif, misalnya yang tidak pernah datang informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mencari dan mempercayai adanya Tuhan. 

Sesungguhnya Tuhan yang mereka percayai itu sebatas pada kemampuan akalnya dalam memaknai apa yang ada disekitar mereka.

Mereka menjadikan sungai, pohon, batu dan lainnya sebagai Tuhan karena mereka mengganggap benda-benda itu telah memberikan penghidupan kepada mereka. 

Lalu mereka memujanya dengan memberikan penyembahan dan sesajian. Semua itu pada dasarnya sebagai curahan dari potensi manusia untuk bertuhan. 

Tetapi ketika potensi bertuhan tersebut tidak diarahkan dan tidak mendapat bimbingan yang benar, maka tidak akan menemukan Tuhan yang sesungguhnya ( yang benar) yaitu Allah. 

Sebaliknya jika fitrah manusia mendapat pengarahan yang baik, dan tumbuh dalam keluarga dan lingkungan yang mendukung, tentunya fitrah itu akan tumbuh dengan subur, dan cara-cara kebertuhanannya pun akan benar.

2. Karena Keterbatasan Akal Manusia

Akal manusia sebagai anugerah terbesar memang mampu untuk membedakan dan mengetahui yang baik dan buruk, tetapi tidak semua yang baik dan yang buruk itu dapat diketahui akal. 

Akal manusia semata juga tidak mampu mengetahui segala informasi terutama yang berkenaan dengan alam meta fisika (ghaib), termasuk mengetahui hal-hal yang terjadi setelah manusia mati seperti barzakh, shirat, akhirat, surga dan neraka. 

Manusia membutuhkan informasi terhadap hal itu semua, karena manusia pasti menghadapi kehidupan setelah hidup di dunia. Justru hidup di akhirat adalah hidup yang kekal dan abadi. Untuk itu manusia perlu bimbingan wahyu (agama).

3. Tantangan Yang Dihadapi Manusia

Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar.

Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia secara sengaja berupaya ingin memaling manusia dari Tuhan. 

Seperti berkembangnya berbagai kebudayaan dan cara hidup yang sengaja diciptakan untuk memalingkan manusia dari Tuhannya.

Di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan, juga memiliki kekurangan, dengan dilengkapinya manusia dengan al-nafs.

Menurut Quraisy Shihab, melalui al-nafs manusia memiliki kemampuan untuk menangkap makna baik dan buruk. 

Sedangkan menurut terminology kaum sufi, yang oleh al-Qusyairi dalam Risalahnya dinyatakan bahwa al-nafs dalam pengertian sufi adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan prilaku buruk.

Pengertian al-Qusyairi tentang al-nafs ini sama dengan yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang antara lain menjelaskan bahwa nafs adalah dorongan hati yang kuat untuk berbuat yang kurang baik. 

Oleh sebab itu manusia selalu membutuhkan bimbingan wahyu yang menjadi pedoman dalam hidupnya agar tidak terjerumus dalam penyesatan iblis yang menghasut hawa nafsu.

Jenis-jenis Agama

Ditinjau dari sumbernya, agama dapat dibagi dua, yaitu:

  1.  Agama samawi atau revealed religion (agama wahyu)
  2. Agama ardhi atau culture religion (agama bukan wahyu atau buatan manusia)

Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan dan disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. 

Wahyu-wahyu tersebut dilestarikan melalui Kitab Suci, suhuf (lembaran-lembaran tertulis) atau ajaran lisan. Yang termasuk ke dalam agama wahyu yaitunYahudi, Nasrani dan Islam.

Agama bukan wahyu bersandar semata-mata kepada ajaran dari seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam. 

Contohnya agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada ajaran Kong Hu Chu. 

Agama Hindu, agama Sinto dan lain sebagainya yang berpangkal pada ajaran yang dibawa oleh manusia sebagai pembawa dan penyebar agama tersebut.

Adapun ciri-ciri agama wahyu antara lain:

  1. Secara pasti ditentukan lahirnya, bukan tumbuh dari masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.
  2. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah Subhanhu Wa Ta'ala sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama tetapi menyampaikan agama.
  3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
  4. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirannya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan kepekaaan manusia.
  5. Konsep ketuhanannya adalah monotheisme mutlak (Tauhid).
  6. Kebenarannya adalah universal, yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.

Jika keenam tolok ukur ini dibawa kepada tiga agama samawy, maka agama Islamlah yang memenuhi kriteria sebagai agama samawi untuk saat ini. 

Agama Yahudi dan Nasrani dalam perjalanan sejarahnya mengalami distorsi-distorsi karena kurang terjaganya pengamanan wahyu. Hal ini dapat dilihat dari ajaran Yahudi dan Nasrani, terutama tentang ketuhanannya yang tidak monotheisme murni (tidak tauhid).

Adanya Tuhan Yahweh dalam ajaran Yahudi dan konsep Trinitas dalam ajaran Nasrani menggambarkan ketidakaslian agama tersebut.

Ditambah lagi adanya dosa waris, pembabtisan, legalitas paus mengampuni dosa jemaatnya telah keluar dari ajaran aslinya yang bersumber dari wahyu.

Fungsi Agama

Agama adalah sesuatu yang melekat dalam diri manusia. Tidak ada seorangpun secara mutlak lepas dari agama. Keberadaan agama bagi kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama.

Pertama sebagai informasi dan kedua sebagai konfirmasi. Secara rinci fungsi agama adalah sebagai berikut:

1. Agama Sebagai Petunjuk Kebenaran

Manusia adalah makhluk berakal. Dengan akal itulah lahir ilmu dan filsafat sebagai sarana untuk mencari kebenaran. 

Namun tidak semua kebenaran yang dicari manusia terjawab oleh ilmu dan filsafat dengan memuaskan karena pijakannya adalah akal yang mempunyai kemampuan terbatas dan kebenaran yang relatif dan nisbi. 

Oleh karena itu manusia memerlukan sumber kebenaran lain. Sumber kebenaran lain adalah agama, yaitu informasi dari Tuhan Yang Maha Mutlak, Tuhan yang Maha Benar.

2. Agama Sebagai Informasi Metafisika

Banyak hal-hal yang belum terungkap oleh akal manusia terutama yang menyangkut hal-hal metafisika. Misalnya kehidupan setelah mati barzakh, yaumul hisab, surga, neraka, malaikat, jin dan termasuk informasi tentang Tuhan. 

Akal manusia tidak mampu mengungkap dan mencari informasi tentang hal tersebut dengan benar. Pencarian manusia merupakan perkiraan semata bahkan dapat berupa hayalan.

Agama yng di dalamnya ada wahyu dari Tuhan Yang Maha Mengetahui memberikan informasi yang jelas dan benar tentang sesuatu yang berkaitan dengan metafisika.

3. Agama Sebagai Sumber Moral

Persoalan moral atau akhak merupakan persolan yang mendasar dalam kehidupan manusia. Bahkan misi dari kenabian dan diturunkannya agama adalah untuk memperbaiki akhlak manusia.

Akhlak juga dapat menjadikan standar kemuliaan seseorang dan membedakannya dengan binatang. Sekalipun akal manusia mamp untuk berpikir dan mengetahui yang baik dan buruk, tetapi yang mampu dipikirkan akal itu masih sifatnya terbatas. 

Apalagi hasil pikiran manusia kadang kala dipengaruhi oleh hawa nafsu dan orientasi keduniaannya, maka seringkali yang diputuskan akal tidak sesuai dengan tuntunan akhlak yang sebenarnya.

Untuk itu perlu bimbingan dari agama yang mampu menuntun kehidupan manusia. Tidak hanya untuk kebahagiaan di dunia, tetapi juga menuju kebahagiaan di akhirat. 

Agama yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Benar mampu untuk memberikan informasi tentang kebaikan yang sesungguhnya.

4. Agama Sebagai Sumber Syariah dan Ibadah

Hal yang terpenting dalam agama dalah peribadatan. Peribadatan merupakan aplikasi dan realisasi dari keimanan seseorang. 

Peribadatan yang benar hanya diperoleh melalui agama yang diwahyukan Tuhan kepada manusia. Manusia dengan akalnya tidak mampu menciptakan bentuk penyembahan dan peribadatan yang benar.

5. Agama Sebagai Sumber Ilmu atau Fungsi Konfirmasi

Wahyu yang diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam agama merupakan sumber ilmu yang dengannya manusia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya tentang realitas alam semesta. 

Ketika manusia mampu untuk menemukan suatu teori ilmu, dan mengambangkan pengetahuannya, perlu ada pengkonfirmasian dengan wahyu, agar ilmu dan pengetahuan yang diperoleh memperdekatkan dirinya kepada Tuhan.

Dengan melihat fungsi agama di atas, maka yang dapat memnuhi fungsi tersebut adalah agama yang tergolong agama wahyu. Agama ciptaan manusia tidak mampu mengungkap hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal. 

Satu-satunya agama wahyu sekarang ini hanyalah agama Islam. Artinya, fungsi agama secara utuh hanya ditemukan dalam agama Islam.

Kedudukan Agama Islam

Penamaan “Islam” sebagai sebuah din berbeda dengan agama lainnya. Biasanya agama lain sebelum Islam dambil dari nama pembawanya atau kepada suku atau tempat kelahiran agama tersebut.

  1. Agama Budha di nisbahkan dengan Sidarta Buddha Gautama, 
  2. Zoroasrter dinisbahkan kepada Zarahustra, 
  3. Kong Hu Chu kepada Kong Fu Tse. 
  4. Yahudi dinisbahkan kepada kaum yang menganut ajaran Nabi Musa alaihi sallam yaitu Yuda (Jews). 
  5. Agama Hindu dinisbahkan kepada tempat berkembanganya agama tersebut yaitu India (Hindustan). 
  6. Agama Kristen dinisbahkan kepada pengajarnya yakni “Jesus Crist”. Orang Islam menyebutnya dengan Nasrani dinisbahkan kepada tempat kelahiran Isa alaihi sallam yaitu Nazareth.

Tidak seperti agama-agama di atas, penamaan Islam diambil dari hakekat dan substansi ajaran yang terkandung di dalamnya. Jika agama lain baru ada setelah pembawa ajarannya telah tiada. 

Namun nama “Islam” sudah ada sejak kelahirannya. Istimewanya adalah Allah Subhanahu Wa Ta'ala sendiri yang memberi nama Islam yang berulang kali diungkapkan dalam Al-Qur‟an.

Islam merupakan turunan dari kata aslama yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan, atau sempurna. Islam dapat juga terambil dari kata assilmu yang berarti perdamaian dan keamanan.

Dari pengertian kata di atas dapat disimpulkan bahwa Islam mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada kehendak Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Ketundukan dan kepatuhan kepada Allah itu melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian bagi sesama manusia dan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian Islam secara etimologi dan ungkapan Allah dalam Al-Qur‟an, Islam dapat dipandang dalam dua makna yaitu:

  1. Islam sudah menjadi agama yang dibawa sejak Nabi Adam alaihi sallam sampai Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam, karena pada hekekatnya semua para Rasul mengajarkan kepatuhan dan ketundukan hnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 
  2. Islam adalah risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam yang berisi seperangkat ajaran aqidah, ibadah dan akhlak.

Pengertian Islam secara terminologis diungkapkan Ahmad Abdullah Almasdosi bahwa Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia digelar ke muka bumi.

Dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam al-Qur‟an yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya yang terakhir. 

Yakni Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam, satu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spritual maupun material.

Dengan demikian jelaslah bahwa Islam merupakan agama yang dibawa oleh semua para Rasul dan disempurnakan oleh Nabi terakhir yaitu dalam risalah Nabi MuhammadShallallahu 'Alaihi Wa sallam. 

Hal ini dapat kita lihat dari beberapa ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan bahwa Rasul sebelum Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam juga sebagai muslim.

ู…َุงูƒَุงู†َ ุงِุจْุฑٰู‡ِูŠْู…ُ ูŠَู‡ُูˆْุฏِูŠًّุง ูˆَّู„َุง ู†َุตْุฑَุงู†ِูŠًّุง ูˆَّู„ٰูƒِู†ْ ูƒَุงู†َ ุญَู†ِูŠْูًุง ู…ُّุณْู„ِู…ًุงۗ ูˆَู…َุง ูƒَุงู†َ ู…ِู†َ ุงู„ْู…ُุดْุฑِูƒِูŠْู†َ

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik. (Q.S Ali Imran: 67)

ูˆَู‚َุงู„ُูˆْุง ูƒُูˆْู†ُูˆْุง ู‡ُูˆْุฏًุง ุงَูˆْ ู†َุตٰุฑٰู‰ ุชَู‡ْุชَุฏُูˆْุง ۗ ู‚ُู„ْ ุจَู„ْ ู…ِู„َّุฉَ ุงِุจْุฑٰู‡ูٖ…َ ุญَู†ِูŠْูًุง ูۗˆَู…َุง ูƒَุงู†َ ู…ِู†َ ุงู„ْู…ُุดْุฑِูƒِูŠْู†َ

Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah : "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. dan bukanlah Dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik". (Al-Baqarah: 135)

Islam juga agama yang diwasiatkan kepada Nabi Nuh as, Ibrahim as, Musa alaihi sallam dan Isa alaihi sallam.

 ุดَุฑَุนَ ู„َูƒُู…ْ ู…ِّู†َ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ ู…َุง ูˆَุตّٰู‰ ุจِู‡ٖ ู†ُูˆْุญًุง ูˆَّุงู„َّุฐِูŠْٓ ุงَูˆْุญَูŠْู†َุงٓ ุงِู„َูŠْูƒَ ูˆَู…َุง ูˆَุตَّูŠْู†َุง ุจِู‡ٖٓ ุงِุจْุฑٰู‡ِูŠْู…َ ูˆَู…ُูˆْุณٰู‰ ูˆَุนِูŠْุณٰูٓ‰ ุงَู†ْ ุงَู‚ِูŠْู…ُูˆุง ุงู„ุฏِّูŠْู†َ ูˆَู„َุง ุชَุชَูَุฑَّู‚ُูˆْุง ูِูŠْู‡ِۗ ูƒَุจُุฑَ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู…ُุดْุฑِูƒِูŠْู†َ ู…َุง ุชَุฏْุนُูˆْู‡ُู…ْ ุงِู„َูŠْู‡ِۗ ุงَู„ู„ّٰู‡ُ ูŠَุฌْุชَุจِูŠْٓ ุงِู„َูŠْู‡ِ ู…َู†ْ ูŠَّุดَุงุۤกُ ูˆَูŠَู‡ْุฏِูŠْٓ ุงِู„َูŠْู‡ِ ู…َู†ْ ูŠُّู†ِูŠْุจُۗ

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Q.S Asy-Syura :( 42):13)

ุงِุฐْ ู‚َุงู„َ ู„َู‡ٗ ุฑَุจُّู‡ٗٓ ุงَุณْู„ِู…ْۙ ู‚َุงู„َ ุงَุณْู„َู…ْุชُ ู„ِุฑَุจِّ ุงู„ْุนٰู„َู…ِูŠْู†َ ، ูˆَูˆَุตّٰู‰ ุจِู‡َุงٓ ุงِุจْุฑٰู‡ูٖ…ُ ุจَู†ِูŠْู‡ِ ูˆَูŠَุนْู‚ُูˆْุจُۗ ูŠٰุจَู†ِูŠَّ ุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ุงุตْุทَูٰู‰ ู„َูƒُู…ُ ุงู„ุฏِّูŠْู†َ ูَู„َุง ุชَู…ُูˆْุชُู†َّ ุงِู„َّุง ูˆَุงَู†ْุชُู…ْ ู…ُّุณْู„ِู…ُูˆْู†َ ۗ ، ุงَู…ْ ูƒُู†ْุชُู…ْ ุดُู‡َุฏَุงุۤกَ ุงِุฐْ ุญَุถَุฑَ ูŠَุนْู‚ُูˆْุจَ ุงู„ْู…َูˆْุชُۙ ุงِุฐْ ู‚َุงู„َ ู„ِุจَู†ِูŠْู‡ِ ู…َุง ุชَุนْุจُุฏُูˆْู†َ ู…ِู†ْۢ ุจَุนْุฏِูŠْۗ ู‚َุงู„ُูˆْุง ู†َุนْุจُุฏُ ุงِู„ٰู‡َูƒَ ูˆَุงِู„ٰู‡َ ุงٰุจَุงูۤ‰ِูٕƒَ ุงِุจْุฑٰู‡ูٖ…َ ูˆَุงِุณْู…ٰุนِูŠْู„َ ูˆَุงِุณْุญٰู‚َ ุงِู„ٰู‡ًุง ูˆَّุงุญِุฏًุงۚ ูˆَู†َุญْู†ُ ู„َู‡ٗ ู…ُุณْู„ِู…ُูˆْู†َ

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Q.S al-Baqarah: 131-133)

Dari ayat-aya di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.

Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasul-rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam. Semua rasul mengajarkan ketauhidan sebagai dasar keyakinan umatnya. 

Setelah rasul-rasul yang membawanya wafat, agama Islam yang dianut oleh para pengikutnya itu mengalami perkembangan dan perubahan baik nama maupun isi ajarannya. 

Akhirnya Islam menjadi nama bagi satu-satunya agama, yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Seperti yang tertuang dalm Q.S Ali Imran: 19:

ุงِู†َّ ุงู„ุฏِّูŠْู†َ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ุงู„ْุงِุณْู„َุงู…ُ ۗ ูˆَู…َุง ุงุฎْุชَู„َูَ ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ุงُูˆْุชُูˆุง ุงู„ْูƒِุชٰุจَ ุงِู„َّุง ู…ِู†ْۢ ุจَุนْุฏِ ู…َุง ุฌَุงุۤกَู‡ُู…ُ ุงู„ْุนِู„ْู…ُ ุจَุบْูŠًุงۢ ุจَูŠْู†َู‡ُู…ْ ูۗˆَู…َู†ْ ูŠَّูƒْูُุฑْ ุจِุงٰูŠٰุชِ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ูَุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ุณَุฑِูŠْุนُ ุงู„ْุญِุณَุงุจِ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.(Q. S Ali Imran:19)

Dari ayat di atas jelaslah bahwa dan tidak ada keraguan sedikitpun bahwa hanya Islam lah satu-satunya agama yang masih murni dan diterima di sisi Allah. Islam dengan kitab sucinya Al-Qur‟an tidak akan pernah berubah sampai hari kiamat datang.

Kebenaran Islam juga tertuang dalam Qur‟an Suarah al-Maidah ayat 3:

ุงَู„ْูŠَูˆْู…َ ุงَูƒْู…َู„ْุชُ ู„َูƒُู…ْ ุฏِูŠْู†َูƒُู…ْ ูˆَุงَุชْู…َู…ْุชُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ู†ِุนْู…َุชِูŠْ ูˆَุฑَุถِูŠْุชُ ู„َูƒُู…ُ ุงู„ْุงِุณْู„َุงู…َ ุฏِูŠْู†ًุงۗ ูَู…َู†ِ ุงุถْุทُุฑَّ ูِูŠْ ู…َุฎْู…َุตَุฉٍ ุบَูŠْุฑَ ู…ُุชَุฌَุงู†ِูٍ ู„ِّุงِุซْู…ٍۙ ูَุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ุบَูُูˆْุฑٌ ุฑَّุญِูŠْู…ٌ...

“...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Q. S Al-Maidah: 3)

Pendustaan yang dilakukan umat-umat terdahulu banyak diungkapkan dalam Al-Qur‟an, antara lain:

ูƒَุฐَّุจَุชْ ุนَุงุฏُ ِุۨงู„ْู…ُุฑْุณَู„ِูŠْู†َ 

Kaum 'Aad telah mendustakan Para rasul. (Q.S asy-Syu‟aara: 123)

ูƒَุฐَّุจَุชْ ุซَู…ُูˆْุฏُ ุงู„ْู…ُุฑْุณَู„ِูŠْู†َ 

Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. (Q.S asy-Syu‟aara: 141).

ุงِุฐْ ู‚َุงู„َ ู„َู‡ُู…ْ ุงَุฎُูˆْู‡ُู…ْ ู„ُูˆْุทٌ ุงَู„َุง ุชَุชَّู‚ُูˆْู†َ ۚ

Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: mengapa kamu tidak bertakwa?" (Q.S asy-Syu‟ara: 161)

Begitulah umat-umat terdahulu mendustakan Rasul mereka dan melakukan pemyimpangan terhadap ajaran yang dibawa para Rasulnya.

Oleh sebab itu Islam sebagai agama terakhir yang tertuang dalam risalah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam akan tetap terjamin kebenarannya sampai hari kiamat.

0 Response to "Agama Dan Pedoman Hidup"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak