Hakekat Manusia Menurut Islam

Bismillahirrahmanirrahim 
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah hingga hari akhir.

Istilah Penyebutan Manusia Dalam Al-Qur‟an 

Berbagai istilah yang terdapat dalam al-Qur‟an untuk penyebutan “manusia”, sesuai dengan sudut pandang dan titik fokusnya, yaitu:

1. Dari aspek historis penciptaan, manusia disebut dengan Bani Adam:

 ูŠٰุจَู†ِูŠْٓ ุงٰุฏَู…َ ุฎُุฐُูˆْุง ุฒِูŠْู†َุชَูƒُู…ْ ุนِู†ْุฏَ ูƒُู„ِّ ู…َุณْุฌِุฏٍ ูˆَّูƒُู„ُูˆْุง ูˆَุงุดْุฑَุจُูˆْุง ูˆَู„َุง ุชُุณْุฑِูُูˆْุงۚ ุงِู†َّู‡ٗ ู„َุง ูŠُุญِุจُّ ุงู„ْู…ُุณْุฑِูِูŠْู†َ 

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuk)i mesjid, makan, minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al-A‟raaf;7:31).

Ketika Allah memanggil manusia dengan “Bani Adam” artinya memfokuskan pada asal usul penciptaan manusia. Manusia seluruhnya terpanggil karena manusia merupaka keturunan Adam. Ayat ini juga yang menegaskan bahwa manusia di muka bumi ini berasal dari Nabi Adam.

2. Dari aspek biologis kemanusiaannya disebut dengan basyar,yang mencerminkan sifat-sifat fisik, kimia biologisnya:

ูˆَู‚َุงู„َ ุงู„ْู…َู„َุงُ ู…ِู†ْ ู‚َูˆْู…ِู‡ِ ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ูƒَูَุฑُูˆْุง ูˆَูƒَุฐَّุจُูˆْุง ุจِู„ِู‚َุงุۤกِ ุงู„ْุงٰุฎِุฑَุฉِ ูˆَุงَุชْุฑَูْู†ٰู‡ُู…ْ ูِู‰ ุงู„ْุญَูŠٰูˆุฉِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุงۙ ู…َุง ู‡ٰุฐَุงٓ ุงِู„َّุง ุจَุดَุฑٌ ู…ِّุซْู„ُูƒُู…ْۙ ูŠَุฃْูƒُู„ُ ู…ِู…َّุง ุชَุฃْูƒُู„ُูˆْู†َ ู…ِู†ْู‡ُ ูˆَูŠَุดْุฑَุจُ ู…ِู…َّุง ุชَุดْุฑَุจُูˆْู†َ

“ Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang Telah kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) Ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. (al-Mukminun,23:33)

Ayat di atas menjelaskan bahwa “orang ini” yaitu nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam adalah manusia seperti umumnya manusia lain.

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam disamakan dengan manusia lain dengan menggunakan kata “basyar” yang fokusnya pada aspek fisik manusia. 

Aspek fisik manusia antara lain membutuhakan makanan dan minuman. Untuk itu secara kebutuhan dan komposisi fisik, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam tidak berbeda dengan manusia lainnya.

3. Dari aspek kecerdasannya (rohaniyah) disebut dengan insan, yakni makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan:

ุฎَู„َู‚َ ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†َۙ ، ุนَู„َّู…َู‡ُ ุงู„ْุจَูŠَุงู†َ

“ Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Al-Rahman, 55:3-4)

Ketika Allah Subhanahu Wa Ta'ala menggunakan term “insan” untuk menyebut manusia, berarti penekanannnya pada spek kecerdasan akal dan rohaniyah manusia. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala lebih sering menggunakan kata insan dibanding kata basyar. Mengapa ? Karena hakekat manusia itu sebenarnya adalah rohaniyahnya. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak melihat manusia dari segi fisik dan bentuk rupanya. Tetapi Allah Subhanahu Wa Ta'ala melihat manusia dari segi hati dan perbuatannya.

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling tinggi taqwanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

4. Dari aspek sosiologisnya, disebut annas yang menunjukkan sifatnya berkelompok sesama jenisnya.

ูŠٰุٓงَูŠُّู‡َุง ุงู„ู†َّุงุณُ ุงุนْุจُุฏُูˆْุง ุฑَุจَّูƒُู…ُ ุงู„َّุฐِูŠْ ุฎَู„َู‚َูƒُู…ْ ูˆَุงู„َّุฐِูŠْู†َ ู…ِู†ْ ู‚َุจْู„ِูƒُู…ْ ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชَุชَّู‚ُูˆْู†َۙ

“Wahai sekalian manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan dari orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (al-Baqarah,2:21).

Kata “annas” merupakan bentuk jama‟ dari kata “insan”. Ketika Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebut manusia dengan kata annas tetap lebih mengacu pada aspek rohaniyah, tetapi seacra kelompok (makhluksosial). 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala memanggil manusia dengan sebutan “ annas” sebanyak 179 kali yang berarti keberadaan manusia sebagai makhluk sosial menempati poesi yang besar. 

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Sekaya apapun manusia dan sekuat apapun ia, tetap membutuhkan orang lain. Justru semakin kaya sesorang semakin banyak membutuhkan orang lain.

5. Dari aspek bentuk (wujud) nya manusia disebut Al-Ins

Al Ins memiliki arti tidak liar atau tidak biadab. Istilah Al Ins berkebalikan dengan istilah al jins atau jin yang bersifat metafisik dan liar. 

Jin hidup bebas di alam yang tidak dapat dirasakan dengan panca indra. Berbeda dengan manusia yang disebut menggunakan istilah al ins. 

Manusia adalah makhluk yang tidak liar, artinya jelas dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 

Kata Al Ins disebutkan sebanyak 18 kali dalam Alquran, masing-masing dalam 17 ayat dan 9 surat, Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan jin, maka manusia adalah makhluk yang kasat mata. 

Sedangkan jin adalah makhluk halus yang tidak tampak,ditegaskan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Qur‟an surah Al-An‟aam ayat 112:

ูˆَูƒَุฐٰู„ِูƒَ ุฌَุนَู„ْู†َุง ู„ِูƒُู„ِّ ู†َุจِูŠٍّ ุนَุฏُูˆًّุง ุดَูŠٰุทِูŠْู†َ ุงู„ْุงِู†ْุณِ ูˆَุงู„ْุฌِู†ِّ ูŠُูˆْุญِูŠْ ุจَุนْุถُู‡ُู…ْ ุงِู„ٰู‰ ุจَุนْุถٍ ุฒُุฎْุฑُูَ ุงู„ْู‚َูˆْู„ِ ุบُุฑُูˆْุฑًุง ูۗˆَู„َูˆْ ุดَุงุۤกَ ุฑَุจُّูƒَ ู…َุง ูَุนَู„ُูˆْู‡ُ ูَุฐَุฑْู‡ُู…ْ ูˆَู…َุง ูŠَูْุชَุฑُูˆْู†َ

Artinya :Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

6. Dari aspek posisinya disebut ‘abdun (hamba) yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepadaNya.

ุงِู†َّ ูِูŠْ ุฐٰู„ِูƒَ ู„َุงٰูŠَุฉً ู„ِّูƒُู„ِّ ุนَุจْุฏٍ ู…ُّู†ِูŠْุจٍ ...

“...Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepadaNya). (Saba‟,34:9).

Kata “abdun” juga berulang kali diungkap Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Qur‟an yaitu sebanyak 139 kali. 

Posisi hamba merupakan posisi awal tujuan penciptaan manusia itu sendiri. Manusia harus selalu menyadari posisi kehambaannya di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Asal Usul Penciptaan

Al-Qur‟an tidak merinci secara rinci penciptaan manusia manyangkut waktu dan tempatnya. Namun secara kronologis al-Qur‟an memberikan jawaban yang sangat penting dari manakah kehidupan itu bermula. 

Ayat-ayat menegaskan bahwa asal usul manusia bersifat air, sebagaimana juga dimulai pembentukan alam semesta adalah dari air.

ุงَูˆَู„َู…ْ ูŠَุฑَ ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ูƒَูَุฑُูˆْุٓง ุงَู†َّ ุงู„ุณَّู…ٰูˆٰุชِ ูˆَุงู„ْุงَุฑْุถَ ูƒَุงู†َุชَุง ุฑَุชْู‚ًุง ูَูَุชَู‚ْู†ٰู‡ُู…َุงۗ ูˆَุฌَุนَู„ْู†َุง ู…ِู†َ ุงู„ْู…َุงุۤกِ ูƒُู„َّ ุดَูŠْุกٍ ุญَูŠٍّۗ ุงَูَู„َุง ูŠُุคْู…ِู†ُูˆْู†َ

“Tidakkah orang-orang kafir itu melihat bahwa langit dan bumi disatukan, kemudian mereka Kami pisahkan dan Kami menjadikan setiap yang hidup dari air. Lantas akankah mereka tidak beriman?”(al-Anbiya‟,21:30).

Air adalah komponen terpenting dari seluruh sel-sel hidup. Tanpa air hidup menjadi tidak mungkin. Secara biologis, manusia dibentuk dari komponen-komponen yang ada dari dalam tanah. 

Komponen tersebut beraneka ragam jenis tanah antara lain yang dijelaskan dalam al-Qur‟an:

  1. thurab, yaitu tanah gemuk (al-Kahfi,18:37).
  2. Tiin, yaitu tanah lempung (al-Sajadah,32:27)
  3. Tiinul Laazib, yaitu tanah lempung yang pekat (al-Shaffat,37:11).
  4. Salsalun, yaitu lempung yang seperti tembikar
  5. Salsalun min hamain masnuun , yaitu lempung dari Lumpur yang dicetak.(al-Hijr,15:26).
  6. Sulaalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung
  7. Air, yang dianggap sebagai asal usul seluruh kehidupan (al-Furqan,25;54).

Asal usul kejadian manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu :

1. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur‟an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. 

Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah  Subhanahu Wa Ta'aladi dalam firman-Nya :

ูˆَุงِุฐْ ู‚َุงู„َ ุฑَุจُّูƒَ ู„ِู„ْู…َู„ٰูۤ‰ِูٕƒَุฉِ ุงِู†ِّูŠْ ุฎَุงู„ِู‚ٌۢ ุจَุดَุฑًุง ู…ِّู†ْ ุตَู„ْุตَุงู„ٍ ู…ِّู†ْ ุญَู…َุงٍ ู…َّุณْู†ُูˆْู†ٍۚ ، ูَุงِุฐَุง ุณَูˆَّูŠْุชُู‡ٗ ูˆَู†َูَุฎْุชُ ูِูŠْู‡ِ ู…ِู†ْ ุฑُّูˆْุญِูŠْ ูَู‚َุนُูˆْุง ู„َู‡ٗ ุณٰุฌِุฏِูŠْู†َ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29)

ูˆَู„َู‚َุฏْ ุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†َ ู…ِู†ْ ุตَู„ْุตَุงู„ٍ ู…ِّู†ْ ุญَู…َุงٍ ู…َّุณْู†ُูˆْู†ٍۚ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26)

2. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). 

Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya :

ุณُุจْุญٰู†َ ุงู„َّุฐِูŠْ ุฎَู„َู‚َ ุงู„ْุงَุฒْูˆَุงุฌَ ูƒُู„َّู‡َุง ู…ِู…َّุง ุชُู†ْุۢจِุชُ ุงู„ْุงَุฑْุถُ ูˆَู…ِู†ْ ุงَู†ْูُุณِู‡ِู…ْ ูˆَู…ِู…َّุง ู„َุง ูŠَุนْู„َู…ُูˆْู†َ

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS. Yaasiin; 36 : 36)

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa‟ ayat 1 yaitu :

ูŠٰุٓงَูŠُّู‡َุง ุงู„ู†َّุงุณُ ุงุชَّู‚ُูˆْุง ุฑَุจَّูƒُู…ُ ุงู„َّุฐِูŠْ ุฎَู„َู‚َูƒُู…ْ ู…ِّู†ْ ู†َّูْุณٍ ูˆَّุงุญِุฏَุฉٍ ูˆَّุฎَู„َู‚َ ู…ِู†ْู‡َุง ุฒَูˆْุฌَู‡َุง ูˆَุจَุซَّ ู…ِู†ْู‡ُู…َุง ุฑِุฌَุงู„ًุง ูƒَุซِูŠْุฑًุง ูˆَّู†ِุณَุงุۤกً ۚ ูˆَุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ู„ّٰู‡َ ุงู„َّุฐِูŠْ ุชَุณَุงุۤกَู„ُูˆْู†َ ุจِู‡ٖ ูˆَุงู„ْุงَุฑْุญَุงู…َ ۗ ุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ูƒَุงู†َ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ุฑَู‚ِูŠْุจًุง

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak...” (QS. An Nisaa‟ (4) : 1)

Jumhur ulama menafsirkan “ nafsin wahidah” adalah dari bagian tubuh adam yaitu tulang rusuk Nabi Adam Alaihi Sallam. Pendapat mereka diperkuat oleh salah satu Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim : 

ุนَู†ْ ุฃَุจِู‰ ู‡ُุฑَูŠْุฑَุฉَ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚َุงู„َ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุงุณْุชَูˆْุตُูˆุง ุจِุงู„ู†ِّุณَุงุกِ ูَุฅِู†َّ ุงู„ْู…َุฑْุฃَุฉَ ุฎُู„ِู‚َุชْ ู…ِู†ْ ุถِู„َุนٍ ูˆَุฅِู†َّ ุฃَุนْูˆَุฌَ ุดَู‰ْุกٍ ูِู‰ ุงู„ุถِّู„َุนِ ุฃَุนْู„ุงَู‡ُ ูَุฅِู†ْ ุฐَู‡َุจْุชَ ุชُู‚ِูŠู…ُู‡ُ ูƒَุณَุฑْุชَู‡ُ ูˆَุฅِู†ْ ุชَุฑَูƒْุชَู‡ُ ู„َู…ْ ูŠَุฒَู„ْ ุฃَุนْูˆَุฌَ ูَุงุณْุชَูˆْุตُูˆุง ุจِุงู„ู†ِّุณَุงุกِ

“Dari Abu Hurairah ra, berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Saling bernasihatlah kalian semua (untuk kebaikan) perempuan. Karena sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesungguhnya bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah atasnya. Jika kamu luruskan, akan patah. Dan jika kamu biarkan, maka ia akan tetap bengkok. Maka (sekali lagi), saling bernasihatlah di antara kalian (untuk kebaikan) perempuan”. (HR. Bukhari-Muslim)

Sebahagian para penafsir kontemporer menafsirkan kata “nafsin wahidah” dengan jenis yang sama dengan penciptaan Adam.

Jika Adam diciptakan dari tanah, berarti Siti Hawa juga diciptakan dari tanah. Hadis Bukhori Muslim di atas menurut mereka sanadnya tergolong lemah. 

Muhammad Rasyid Ridha dalam bukunya “al-Manar” menegaskan bahwa mufassir yang mengatakan bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk adam dipengaruhi oleh penjelasan dalam perjanjian lama (bibel).1

Terlepas dari mana Hawa diciptakan, yang jelas tujuan Siti Hawa diciptakan adalah sebagai pasangan dan patner Adam. 

Bukan berarti Adam manusia pertama lalu lebih mulia dari Hawa. ( the second) . Keduanya mempunyai kedudukan yang sama mulia di mata Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala mmenyebut laki-laki dan perempuan dalam Al-Qur‟an dalam jumlah yang berimbang. Laki-laki sebayak 57 kali dan perempuan sebanyak 83 kali dan perempuan sebanyak 84 kali.

3. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa. Semua keturunan Adama kejadiannya melalui proses reproduksi kecuali Nabi Isa Alaihi Sallam. 

Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur‟an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur‟an proses kejadian manusia secara reproduksi dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :

ุซُู…َّ ุฌَุนَู„ْู†ٰู‡ُ ู†ُุทْูَุฉً ูِูŠْ ู‚َุฑَุงุฑٍ ู…َّูƒِูŠْู†ٍ ۖ ، ุซُู…َّ ุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ู†ُّุทْูَุฉَ ุนَู„َู‚َุฉً ูَุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْุนَู„َู‚َุฉَ ู…ُุถْุบَุฉً ูَุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْู…ُุถْุบَุฉَ ุนِุธٰู…ًุง ูَูƒَุณَูˆْู†َุง ุงู„ْุนِุธٰู…َ ู„َุญْู…ًุง ุซُู…َّ ุงَู†ْุดَุฃْู†ٰู‡ُ ุฎَู„ْู‚ًุง ุงٰุฎَุฑَۗ ูَุชَุจَุงุฑَูƒَ ุงู„ู„ّٰู‡ُ ุงَุญْุณَู†ُ ุงู„ْุฎٰู„ِู‚ِูŠْู†َۗ

"Kemudian Kami jadikan saripati itu nutfah (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian Kami bentuk nutfah menjadi alaqah (segumpal darah) dan Kami bentuk alaqah menjadi mudghah (segumpal daging), dan Kami bentuk mudghah menjadi tulang belulang, kemudian Kami bungkus tulang belulang itu dengan lahm (daging yang utuh)", (al- Mukminun, 23:13,14).

Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur‟an dengan “saripati berasal dari tanah” sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. 

Kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim.

Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas). Nutfah sering diartikan dengan sesuatu yang sangat kecil dihasilkan dari setetes air mani. 

Dari sejumlah sperma yang ditumpahkan memang hanya satu sel saja yang pada akhirnya membuahi ovum (sel telur). 

Sesuatu yang bergantung (al-'alaq) terus berkembang sampai kira-kira 20 hari dan secara bertahap mengambil bentuk manusia. Jaringan tulang mulai nampak dalam embrio, dan secara berurutan diliputi oleh otot-otot.

Selanjutnya, fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24 atau ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. 

Mulailah tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu mudhgah (mulbry stage)).

Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio (janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu- unguan).

Di dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa embrio terbagi dua; pertama, sempurna (mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah: 

Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya. 

Sebagian organ (seperti kepala) tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain. 

Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. 

Contoh, kepala. Ia terbentuk sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum terbentuk, seperti kedua lengan dan kaki. 

Setelah itu, secara perlahan mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini adalah I‟jรขz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di dalam Al-Qur‟an.

Menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak digunakan kecuali di dalam Al-Qur‟an. Coba kita perhatikan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikut ini yang terdapat dalam surah Ath-Thariq: 5-8:

ูَู„ْูŠَู†ْุธُุฑِ ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†ُ ู…ِู…َّ ุฎُู„ِู‚َ ، ุฎُู„ِู‚َ ู…ِู†ْ ู…َّุงุۤกٍ ุฏَุงูِู‚ٍۙ ، ูŠَّุฎْุฑُุฌُ ู…ِู†ْۢ ุจَูŠْู†ِ ุงู„ุตُّู„ْุจِ ูˆَุงู„ุชَّุฑَุงูۤ‰ِุٕจِۗ ، ุงِู†َّู‡ٗ ุนَู„ٰู‰ ุฑَุฌْุนِู‡ٖ ู„َู‚َุงุฏِุฑٌۗ

"Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati)."(QS. Ath-Thariq: 5-8)

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyuruh manusia untuk berpikir dan meneliti, bagaimana ia diciptakan? Dan dari apa dia diciptakan? 

Jawabannya: Dari air! Sebagaimana kita jelaskan sebelumnya. Namun dalam kalimat berikutnya, Allah menyebutkan sifat dari air itu dengan kata „daafiq‟. Artinya air yang bergerak dan hidup. 

Dan hal inilah yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Berdasarkan sains, spermatozoon bergerak dengan menggunakan ekornya dalam salurah air mani sehingga bertemu dengan sel telur dan terjadi pembuahan di antara keduanya.

Eksistensi dan Martabat Manusia

Allah menciptakan manusia terdiri dari aspek jasmaniah dan aspek rohaniyah. Pada sisi rohaniyah, manusia dianugerahi akal yang menjadi pembeda manusia dengan makhluk lainnya. 

Di samping akal, manusia juga dilengkapi dengan nafsu yang harus senantiasa mendapat pengontrolan akal. Di samping nafs dalam jiwa manusia terdapat ruh.

Nafs dimiliki oleh setiap makhluk hidup termasuk hewan dan binatang yang menjadi penggerak dan penentu bekerjanya sistem biologis.

Sedangkan ruh merupakan getaran ilahiyah (ketuhanan) yang dengannya manusia dapat mencerna nilai-nilai kebenaran, kasih saying, kejujuran, keadilan dan sebagainya.

Manusia diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala memiliki beberapa keistimewaan antara lain:

1. Aspek kreasi

Manusia adalah Makhluk yang paling unik, diciptakan dalam bentuk dan tatanan yang paling baik dan sempurna. Hal ini bisa dibandingkan dengan makhluk lainnya dalam aspek penciptaan.

ู„َู‚َุฏْ ุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†َ ูِูŠْٓ ุงَุญْุณَู†ِ ุชَู‚ْูˆِูŠْู…ٍۖ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (al-Tin,95:4).

Karena itu pula keunikan manusia dapat dilihat dari bentuk dan struktur tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwa, mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya.

2. Aspek ilmu

Hanya manusia yang mampu menyerap ilmu pengetahuan, karena sudah dianugerahi akal pikiran. Dengan akal manusia mampu melaksanakan pendidikan dan pengajaran serta menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.

3. Aspek kehendak

Manusia memiliki kehendak yang menyebabkannya bisa mengadakan pilihan-pilihan dalam hidup. Manusia bebas memilih jalan hidupnya dengan panduan akal. Namun apa pun yang di pilihnya tetap punya konsekwensi dan tanggung jawab.

4. Pengarahan akhlak

Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada orang yang pada mulanya baik, karena pengaruh lingkungan menjadi seorang penjahat. Atau sebaliknya. Oleh karena itu pendidikan mutylak diperlukan untuk pembinaan akhlak generasi mendatang.

Di samping keistimewaan, manusia mailiki beberapa kelemahan antara lain: 

  1. Sifat melampaui batas (Yunus,10:12), 
  2. Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, aniaya dan mengingkari karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala) (Q.S. Ibrahim,14:34),
  3. Tergesa-gesa (Q.s al-Isra‟,17:11), 
  4. Suka membantah (Q.S al-Kahfi,18:54), 
  5. Berkeluh kesah dan kikir (Q.S al-Ma‟arij,70:19-21), 
  6. Ingkar dan tidak berterima kasih (Q.S al-„Adhiyah,100:6)

ูˆَุงٰุชٰู‰ูƒُู…ْ ู…ِّู†ْ ูƒُู„ِّ ู…َุง ุณَุงَู„ْุชُู…ُูˆْู‡ُۗ ูˆَุงِู†ْ ุชَุนُุฏُّูˆْุง ู†ِุนْู…َุชَ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ู„َุง ุชُุญْุตُูˆْู‡َุงۗ ุงِู†َّ ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†َ ู„َุธَู„ُูˆْู…ٌ ูƒَูَّุงุฑٌ ࣖ

Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).(Q.S. Ibrahim: 34)

ูˆَูŠَุฏْุนُ ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†ُ ุจِุงู„ุดَّุฑِّ ุฏُุนَุงุۤกَู‡ٗ ุจِุงู„ْุฎَูŠْุฑِۗ ูˆَูƒَุงู†َ ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†ُ ุนَุฌُูˆْู„ًุง

Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa- gesa.(Q.S al-Isra‟: 11)

ุงِู†َّ ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†َ ู„ِุฑَุจِّู‡ٖ ู„َูƒَู†ُูˆْุฏٌ ۚ

Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,(Q.S. al-Adhiyat: 6)

Dengan demikian jelaslah bahwa diciptakan dengan di samping kesempurnaan penciptaan manusia, ada juga sifat-sifat dasar kelemahan manusia itu sendiri. 

Jika manusia itu dengan akalnya mampu membuat pilihan-pilihan yang baik, mempotensikan semua kesempurnaannya dan meminimalkan semua kekurangannya 

Dengan kata lain akal mampu mengarahkan nafsu, maka manusia akan menjadi makhluk yang paling sempurna, malampaui malaikat. 

Sebaliknya jika akal manusia dikelabui oleh nafsunya sehingga ia tidak mampu membuat pilihan-pilihan yang baik, maka kedudukan manusia akan menjadi lebih hina dari binatang, seperti dijelaskan dalan Q.S al-A‟raf,7 :179).

ูˆَู„َู‚َุฏْ ุฐَุฑَุฃْู†َุง ู„ِุฌَู‡َู†َّู…َ ูƒَุซِูŠْุฑًุง ู…ِّู†َ ุงู„ْุฌِู†ِّ ูˆَุงู„ْุงِู†ْุณِۖ ู„َู‡ُู…ْ ู‚ُู„ُูˆْุจٌ ู„َّุง ูŠَูْู‚َู‡ُูˆْู†َ ุจِู‡َุงۖ ูˆَู„َู‡ُู…ْ ุงَุนْูŠُู†ٌ ู„َّุง ูŠُุจْุตِุฑُูˆْู†َ ุจِู‡َุงۖ ูˆَู„َู‡ُู…ْ ุงٰุฐَุงู†ٌ ู„َّุง ูŠَุณْู…َุนُูˆْู†َ ุจِู‡َุงۗ ุงُูˆู„ٰูۤ‰ِูٕƒَ ูƒَุงู„ْุงَู†ْุนَุงู…ِ ุจَู„ْ ู‡ُู…ْ ุงَุถَู„ُّ ۗ ุงُูˆู„ٰูۤ‰ِูٕƒَ ู‡ُู…ُ ุงู„ْุบٰูِู„ُูˆْู†َ

”Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”

Tugas Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah

Tugas manusia sebagai hamba sesuai dengan misi penciptaannya yaitu untuk penyembahan kepada Sang Penciptanya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala, 

ูˆَู…َุง ุฎَู„َู‚ْุชُ ุงู„ْุฌِู†َّ ูˆَุงู„ْุงِู†ْุณَ ุงِู„َّุง ู„ِูŠَุนْุจُุฏُูˆْู†ِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S al-Zariat,51:56).

Pengertian penghambaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak boleh diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. 

Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini. Tugas ini sekaligus menjalankan fungsi manusia sebagai khalifah dalam kepemimpinannya di muka bumi. 

Seorang hamba yang baik, ia mampu menjalin hubungan baik secara vertikal (manusia dengan Tuhan) dan secara horizontal (manusia dengan manusia dan alam semesta). 

Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia menjadikan dirinya “perpanjangan” kekuasaan Allah di muka bumi ini dalam mengelola alam semesta.

ูˆَุงِุฐْ ู‚َุงู„َ ุฑَุจُّูƒَ ู„ِู„ْู…َู„ٰูۤ‰ِูٕƒَุฉِ ุงِู†ِّูŠْ ุฌَุงุนِู„ٌ ูِู‰ ุงู„ْุงَุฑْุถِ ุฎَู„ِูŠْูَุฉً ۗ ู‚َุงู„ُูˆْุٓง ุงَุชَุฌْุนَู„ُ ูِูŠْู‡َุง ู…َู†ْ ูŠُّูْุณِุฏُ ูِูŠْู‡َุง ูˆَูŠَุณْูِูƒُ ุงู„ุฏِّู…َุงุۤกَۚ ูˆَู†َุญْู†ُ ู†ُุณَุจِّุญُ ุจِุญَู…ْุฏِูƒَ ูˆَู†ُู‚َุฏِّุณُ ู„َูƒَ ۗ ู‚َุงู„َ ุงِู†ِّูŠْٓ ุงَุนْู„َู…ُ ู…َุง ู„َุง ุชَุนْู„َู…ُูˆْู†َ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S al-Baqarah: 30)

Tugas kekhalifan manusia adalah sebuah tanggung jawab yang berat. Tugas ini hanya diberikan kepada manusia. Gunung, Laut dan makhluk Allah lainnya tidak mampu mengemban tugas ini.

ุงِู†َّุง ุนَุฑَุถْู†َุง ุงู„ْุงَู…َุงู†َุฉَ ุนَู„َู‰ ุงู„ุณَّู…ٰูˆٰุชِ ูˆَุงู„ْุงَุฑْุถِ ูˆَุงู„ْุฌِุจَุงู„ِ ูَุงَุจَูŠْู†َ ุงَู†ْ ูŠَّุญْู…ِู„ْู†َู‡َุง ูˆَุงَุดْูَู‚ْู†َ ู…ِู†ْู‡َุง ูˆَุญَู…َู„َู‡َุง ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†ُۗ ุงِู†َّู‡ٗ ูƒَุงู†َ ุธَู„ُูˆْู…ًุง ุฌَู‡ُูˆْู„ًุงۙ

"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat ini kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatirkan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Q.S. al-Ahzab: 72).

Bantahan Para Ilmuwan Terhadap Teori Evolusi Darwin

Evolusi artinya perubahan berangsur-angsur sesuai dengan perubahan zaman. Dalam bidang geologi, buku The principle of Geology karya Charles Lyell (1830) yang banyak menginspirasi Darwin, mengungkapkan konsep tentang perubahan geologis. 

Dalam bidang fisika atau astronomi juga dikenal konsep evolusi alam semesta yang bermula dari peristiwa big-bang, kemudian menjadi benda-benda angkasa berupa planet, bintang, bulan, dan sebagainya. 

Demikian juga dalam bidang sosial ada konsep evolusi sosial-budaya. Walaupun demikian patut direnungkan bahwa teori evolusi Darwin juga ternyata berimplikasi terhadap ideologi. 

Ernst Haeckel (1863), seorang ahli Zoologi Jerman, yang sangat termotivasi oleh teori evolusi Darwin, meyakini bahwa Darwinisme dapat digunakan menjadi alat ideologis yang akan membentuk masa depan kemanusiaan dengan suatu reformasi sosial. 

Pandangan Haeckel ini memberi kontribusi atas ulah Hitler yang menyalahgunakan konsep “survival of the fittest”nya Darwin untuk tujuan pemurnian ras Aria dan pemusnahan ras manusia lain yang dianggapnya berkualitas rendah. 

Karl Marx menilai The Origin sebagai buku yang berisi landasan sejarah alam bagi pandangan komunisme. Marx bahkan mendedikasikan “Das kapital”nya dengan ungkapan “from a devoted admirer to Charles Darwin”. 

Teori evolusi Darwinisme juga telah digunakan sebagai senjata untuk melawan agama, khususnya Kristen. 

Dalam konteks agama, debat mengenai benar atau tidaknya teori ini memang sangat terkait dengan keyakinan agama bahwa Tuhan adalah pencipta semua makhluk hidup di dunia ini, 

Sementara teori evolusi menyangkal terjadinya fenomena penciptaan tersebut dan menggantikannya dengan suatu konsep evolusi. 

Perdebatan antara Bishop Wilberforce dengan Thomas Huxley (yang menamakan dirinya sebagai “bulldog”nya Darwin) tahun 1860 di Oxford merupakan perdebatan sengit yang pertama mengenai teori ini.

Tahun 1860 terjadi perdebatan antara Louis Agassiz (ilmuwan yang dianggap banyak berjasa dalam membangun ilmu pengetahuan Amerika) yang menentang validitas dari argumentasi Darwin dengan Asa Gray yang mencoba menemukan rekonsiliasi antara Darwinisme dengan ajaran agama Kristen. 

Agassiz meyakini bahwa makhluk hidup (spesies) diciptakan oleh Tuhan dan tidak berubah menjadi spesies lain.

Menurutnya teori Darwin hanya merupakan suatu conjecture atau dugaan belaka, tanpa dukungan fakta, dan adanya tingkatan kemajuan bentuk hidup. 

Dari pengamatan fosil dari suatu strata ke strata berikutnya menunjukkan adanya perencanaan dalam penciptaan makhluk hidup dan bukan merupakan perubahan alami akibat adanya tekanan dari lingkungan. 

Sementara itu Asa Gray berpandangan bahwa teori seleksi alam yang diajukan Darwin merupakan instrumen Tuhan dalam penciptaan. 

Pandangan Gray ini sendiri sebetulnya bertentangan dengan pandangan Darwin yang tidak mempercayai adanya peran Tuhan dalam pembentukan makhluk hidup.

Beberapa argumentasi lain yang telah dikemukakan para ilmuwan sehingga menolak konsep evolusi Darwin diantaranya adalah dipertanyakan apakah variasi dapat terakumulasi sebagaimana yang dikatakan Darwin. 

Jangankan di alam, bahkan pada penyilangan buatan, yang merupakan dasar dari argumen Darwin, ada batasan derajat perubahan yang mungkin terjadi. 

Selanjutnya banyak yang meragukan apakah usia bumi cukup lama untuk memungkinkan seleksi alam terjadi sehingga menghasilkan demikian beranekanya makhluk hidup. 

Selain itu beberapa ahli geologi mempertanyakan karena bukti-bukti fosil tidak mendukung gambaran terjadinya evolusi yang bertahap (gradual). Sebenarnya Darwin sendiri menyadari bahwa teori evolusinya itu sulit untuk dibuktikan. 

Dalam bab Difficulties of the theory Darwin menulis: “ jika suatu spesies memang berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi sedikit, mengapa kita tidak melihat sejumlah besar bentuk transisi dimanapun ? 

Mengapa alam tidak berada dalam keadaan kacau balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies hidup dengan bentuk sebaik-baiknya ? ...

Menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah besar, tetapi mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur di kerak bumi dalam jumlah tidak terhitung ? .... 

Dan pada daerah peralihan, yang memiliki kondisi hidup peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis peralihan dengan kekerabatan yang erat ? Telah lama kesulitan ini sangat membingungkan saya”

Contoh populer evolusi kuda, yang mengemukakan perubahan bertahap dari makhluk seukuran rubah dengan kaki berjari empat yang hidup 50 juta tahun lalu menjadi kuda masa kini yang lebih besar dengan kaki berjari satu, telah lama diketahui keliru. 

Bertentangan dengan perubahan secara bertahap, fosil setiap spesies peralihan tampak sama sekali berbeda, tidak berubah dan kemudian menjadi punah. Bentuk-bentuk transisi tidak diketahui. 

Selanjutnya tahun 1981 The British Museum mengganti penggambaran hubungan kekerabatan antar makhluk hidup (filogeni)-nya menjadi kladogram yang tidak memberikan indikasi tentang pola evolusi sama sekali. 

Direktur Musem tersebut, Colin Patterson berujar: “As it turns out, all one can learn about the history of life is learned from systematics, from the groupings one finds in nature. The rest is storytelling of one sort and another”.

Baginya cerita tentang asal usul makhluk hidup yang satu dari yang lain (evolusi) adalah dongeng belaka. (Vernon Blackmore dan Andrew Page. 1989. Evolution the great debate).

Di dalam masyarakat Amerika sendiri sejak awal abad ke-20 terjadi perlawanan sengit terhadap pengajaran teori evolusi di sekolah- sekolah. 

Tahun 1924 Komisi pendidikan Carolina utara mengumumkan bahwa mereka tidak akan menggunakan buku-buku pelajaran Biologi yang bertentangan dengan Genesis. 

Di Tennessee tahun 1925 legislatif, atas upaya para orang tua murid, melarang diajarkannya teori yang menolak penciptaan makhluk hidup oleh Tuhan sebagaimana yang diajarkan oleh Bible. 

Di Oklahoma juga telah dibuat aturan mengenai teks book (text book bill) yang melarang setiap „konsepsi materialistik dari sejarah, yaitu teori evolusi Darwin‟. 

Tahun 1981 Gubernur Arkansas menandatangani Act 590 yang membolehkan pengajaran creation science‟ sebagai alternatif dari evolusi, namun Act tersebut digugat oleh “The American Civil Liberties Union” yang menganggap bahwa „creation science‟ bukan sains, tetapi agama. Gugatan tersebut dikabulkan dalam persidangan.

Saat ini sudah banyak buku ditulis oleh para ilmuwan untuk menentang teori evolusi tersebut, jauh sebelum Harun Yahya menuliskan buku-bukunya. Beberapa diantaranya: 

Norman Macbeth.(1971. Darwin retried: an appeal to reason), Michael Denton (1985. Evolution: a theory in crisis), Robert Saphiro. (1986. Origins: a sceptics guide to the creation of life on earth), Michael J. Behe. (1996. Darwin‟s black box), W.R. Bird. (1991. The origin of species revisited), Elaine Morgan (1994. The scars of evolution), dan lain-lain.

Diterjemahkannya buku-buku Harun Yahya boleh jadi merupakan langkah awal untuk meramaikan perdebatan tentang teori evolusi ini, dan kita berharap buku-buku dari penulis lain akan juga dapat dinikmati oleh masyarakat kita, sebagai bagian dari proses pencerdasan (dan bukan pembodohan) masyarakat.

Bantahan al-Qur‟an Terhadap Teori Darwin

Di dalam Al Qur‟an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah Subhanahu WaTa'ala dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. 

Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam FirmanNya:

ุงู„َّุฐِูŠْٓ ุงَุญْุณَู†َ ูƒُู„َّ ุดَูŠْุกٍ ุฎَู„َู‚َู‡ٗ ูˆَุจَุฏَุงَ ุฎَู„ْู‚َ ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†ِ ู…ِู†ْ ุทِูŠْู†ٍ

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) :7)

ูˆَู„َู‚َุฏْ ุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْุงِู†ْุณَุงู†َ ู…ِู†ْ ุตَู„ْุตَุงู„ٍ ู…ِّู†ْ ุญَู…َุงٍ ู…َّุณْู†ُูˆْู†ٍۚ

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26).

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalam surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . 

Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari).

Dengan demikian jelaslah bahwa manusia pertama adalah Adam yang langsung diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai makhluk yang sempurna diberi beberapa potensi untuk mengemban tugas kehambaan dan kekhalifahan.

0 Response to "Hakekat Manusia Menurut Islam"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak