Mengenal Iman
Pengertian Iman
Kata Iman berasal dari bahasa arab yaitu “Ψ§Ω Ω ” yang artinya aman, damai, tentram. Dalam pengertian lain adalah keyakinan atau kepercayaan.
Kata iman tersusun dari tiga huruf (hamzah- mim-nun), Kemudian disebutkan dalam kitab Mu’jam Mufahros jumlah keseluruhan ayat di dalam Al-Qur’an tempat dimana kata-kata berakar pada huruf a-m-n ada 387.
Sedangkan kata iman itu sendiri mempunyai arti membenarkan atau mempercayai. (at-tasdiq) yang merupakam lawan dari kata Al-Kufr dan At-Taqdzib.
Sedangkan secara terminologi atau dalam istilah syar’i para ulama tafsir mempunyai pendapat yang beragam tentang pengertian iman, antara lain:
Muhammad Nawawi Al-Jawi berkata, Iman adalah mereka yang percaya dengan segenap hati mereka. Tidak sepeti orang-orang yang berkata namun tidak sesuai dengan hati mereka.
Menurut al-Baidhawi berkata bahwa Iman secara bahasa merupakan ungkapan tentang membenarkan sesuatu.
Kata iman diambil dari kata al-amn, seperti bahwasannya orang yang membenarkan sesuatu, maka dia (akan) mengamankan hal yang diyakini kebenarannya itu dari pendustaan dan ketidak cocokan atau perbedaan.
Menurut M. Quraish Shihab iman yang benar akan melahirkan aktifitas yang benar sekaligus kekuatan menghadapi tantangan.
Bukannya kelemahan yang melahirkan angan-angan dan mengantar kepada keinginan terjadinya sesuatu yang tidak sejalan dengan ketentuan hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya, atau yang bertentangan dengan akal sehat dan hakikat ilmiah.
Menurut Ibnu katsir iman adalah membenarkan ucapan dengan perbuatan, kemudian melakukan sholat dan menunaikan zakat dan apa yang dibawa oleh Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, juga apa yang dibawa oleh rosul sebelumnya, serta keyakinan akan adanya kehidupan akherat.
Dapat ditarik kesimpulan pengertian iman adalah keyakinan dengan segala pembenaran kepada ketentuan Allah swt dan Rosul-Nya yang diterapkan dalam amal kepada sebagian dari nama-nama dan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta'ala.
Hakikat Iman (Esensi iman)
Esensi Iman Kepada Allah Subhanahu Wa Ta,ala adalah tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik dalam zat, Asma, Was-Shiffat maupun af’al (perbuatan)-Nya.
Dalam memaknai kehidupan, seseorang yang beriman atau yakin bahwa Allah Subhanahu Wa Ta,ala sebagai Tuhan, maka perbuatan yang dilakukannya akan sesuai dengan wahyu Allah yaitu sesuai dengan aturan kitab Al-Quran.
Seseorang yang percaya dengan ke-esaan Allah Subhanahu Wa Ta,ala akan berusaha terus memaknai hidupnya atas perintah yang disampaikan oleh Allah.
Dari beberapa pemaparan makna iman diatas dapat disimpulkan bahwa seorang yang beriman kepada allah pasti memiliki ketenangan jiwa, selalu merasa tentram baik lahir dan batinnya. Dalam kehidupannya selalu berbuat baik dan berkata jujur.
Bertambah dan Berkurangnya Iman
Kondisi iman masing-masing muslim berbeda-beda dan tidak konsisten. selalu berubah- ubah terkadang naik dan terkadang turun.
Dalam pembahasan ini diterangkan beberapa ayat Al- Qur'an yang menjelaskan tentang bertambahnya iman.
1. Ayat al-Qur’an menerangkan bertambahnya Iman Anfal ayat 2
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
Tafsir al-Anfal ayat 2
Dalam ayat diatas Allah menggambarkan bahwa hati orang-orang yang beriman merasa takut dan bergetar ketika disebut nama Allah.
2. Ayat al-qur'an yang menerangkan tentang menurunnya iman an-nisa ayat 137
Iman orang mukmin dapat bertambah namun juga dapat berkurang. hal-hal yang dapat mengurangi iman tentunya merupakan hal buruk yang sering dilakukan oleh orang-orang yang buruk perangainya. Seperti melakukan kemaksiatan-kemaksiatan.
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, Maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.
Tafsir an-nisa ayat 137
Allah subhanahu wa ta'ala menggambarkan tentang golongan ini, yang beriman kemudian kafir. kemudian beriman, kemudian kafir lagi.
Maksud ayat ini adalah kekafiran mereka semakin bertambah dan terus-menerus melakukan kekafiran, sebagaimana yang tampak dari perilaku mereka.
Maka kemudian barometer iman seorang mukmin dapat dilihat dari ketaatannya kepada Allah dan menjauhi segala larangan-larangan Allah.
Sebagai orang yang beriman tentunya mempunyai ciri sebagai pembeda terhadap orang yang tidak beriman, menurut Ahsin Sakho Muhammad ciri orang beriman telah di dijelaskan dalam al-Quran surat al-Ashr: 1-3
Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Kemudian melakukan semua perintah Allah menjauhi dan segala laranganNya yang telah disyari’atkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
1. Profil orang yang beriman
Profil atau karakteristik orang yang beriman menurut Akhsin Sakho Muhammad dapat diketahui dalam surat al-Anfal 2-5:
Orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah. Dalam profil orang yang beriman disebutkan bila dibacakan ayat Allah bertambahlah Imannya.
Maksudnya itu termasuk ke dalam ciri orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah (Al-Qur’an) yang diterangkan dalam surat as-Sajdah ayat 15-17:
2. Sifat Manusia Beriman.
Adapun sifat-sifat seorang mu’min dilihat dari hubungan dengan sesama manusia (hablum minan nas) dapat diketahui dalam al-Qur’an terdapat dalam Surat Al-An’am ayat 151- 153:18
Artinya: Tidak musyrik Birrul walidain (patuh terhadap orang tua). Tidak membunuh anak- anaknya karena kemiskinan dirinya.
Tidak melakukan zina dan perilaku keji lainnya, baik terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Tidak membunuh orang yang tak bersalah.
Tidak memakan harta anak yatim kecuali jika mendesak dan sesuai kepantasan. Jujur dalam menimbang dan menakar suatu barang.
Jika manusia menerapkan semua sifat mu’min ini, maka akan memiliki hasil yaitu akhlak yang baik yang bertujuan agar mereka senantiasa bertaqwa dan selalu berbahagia dalam kehidupannya.
Maka orang mukmin yang berbahagia di dunia dan akherat adalah mereka yang menghiasi dirinya dengan 6 sifat (hablum min allah), diterangkan dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-7:
Artinya: Khusyu ketika sholat. Hatinya fokus hanya kepada Allah. Anggota badannya tenang.
Menghindarkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Membersihkan jiwa dari kekotoran seperti syirik, riya, hasad dll, juga yang menunaikan zakat. Menjaga kemaluannya dari perbuatan zina dengan cara menghindarkan diri dari mukaddimah dari perzinahan.
Maka dapat dikategorikan 10 sifat seorang beriman kepada sesamanya (hablum mina an-nas) yaitu:
1. Tidak musyrik
2. Birrul walidain (patuh terhadap orang tua).
3. Tidak membunuh anak-anaknya karena kemiskinan dirinya.
4. Tidak melakukan zina dan perilaku keji lainnya, baik terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.
5. Tidak membunuh orang yang tak bersalah.
6. Tidak memakan harta anak yatim kecuali jika mendesak dan sesuai kepantasan.
7. Jujur dalam menimbang dan menakar suatu barang.
8. Berlaku adil walau terhadap keluarga sendiri.
9. Menepati perjanjiannya dengan Allah. Yaitu akan selalu beribadah kepada-Nya sampai mati.
10. Selalu berada pada rel agama islam yang lurus dan tidak mengikuti jalan-jalan kehidupan yang batil, Allah berpesan agar manusia berpikir, merenung, dan mengambil pelajaran.
Sifat seorang yang beriman kepada tuhannya (hablum min allah) dapat diketahui dengan 6 sifat ini yaitu:
1. Khusyu ketika sholat. Hatinya fokus hanya kepada Allah. Anggota badannya tenang.
2. Menghindarkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
3. Membersihkan jiwa dari kekotoran seperti syirik, riya, dan hasad juga yang menunaikan zakat.
4. Menjaga kemaluannya dari perbuatan zina dengan cara menghindarkan diri dari mukaddimah dari perzinahan.
5. Menjaga amanah dan janji baik terkait dengan Allah atau manusia, yaitu semua kewajiban syar’i dan hal-hal yang harus di tunaikan.
6. Selalu memelihara shalat yaitu melakukannya tepat waktu, memperhatikan rukun dan sunnah-sunnhanya.
Maka mereka itulah yang berhak atas surga tertinggi yaitu surga firdaus. Mereka kekal selama-lamanya.
Ibarat sebuah akar pohon yang kuat, iman mempunyai cabang-cabangnya. Seperti dijelaskan dalam hadits nabi. Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: iman memiliki lebih dari enam puluh dan tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan “la ilaha illAllah” (tauhid) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang iman.” (HR. Bukhari muslim).
1. 6 Rukun Iman
2. Beriman kepada ba’ats (hidup yang kedua sesudah mati)
3. Hasyr (berkumpul semua makhluk sesudah bangun dari kubur)
4. Tempat orang mukmin di surga dan tempat orang kafir di neraka
5. Mahabbah (cinta) kepada Allah
6. Khauf (takut) kepada Allah
7. Roja (mempunyai harapan akan belas kasihan dari Allah)
8. Tawakkal (menyerah kepada Allah)
9. Mahabbah (cinta) kepada junjungan nabi besar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
10. Ta’dzim (memuliakan) kepada junjungan nabi besar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
11. Yakin pada kebenaran islam lebih baik masuk kedalam api dari pada menjadi kafir
12. Menuntut ilmu pengetahuan
13. Mengajarkan ilmunya
14. Ta’dzim (memuliakan al-qur’an)
15. Bersuci
16. Melaksanakan rukun islam
- Mendirikan shalat lima waktu
- Membayar zakat
- Puasa bulan ramadhan
- Iktikaf (berhenti di dalam masjid sementara waktu)
- Haji (ziarah ke baitullah)
18. Murobathoh (waspada menjaga musuh)
19. Menepati janji
20. Mengingat-ingat betapa banyaknya kemurahan dan kenikmatan Tuhanyang melimpah-
limpah, dan bersyukur
- Bersaudara kepada semua orang Islam, memberi salam jika bertemu dan berslaman
- Menjawab salam
- Menengok orang sakit
- Menyalatkan mayat orang Islam
- Mendoakan orang bersin,bilamana ia memuji (tahmid) tuhan30
- Menjauhkan diri dari berkawan atau bersahabat dengan orang kafir atau orang-orang yang senang berbuat kerusakan dan supaya bersikap keras kepada mereka
- Memuliakan tetangga
- Memuliakan tamu
- Menutup rahasia orang lain
- Sabar dalam cobaan dan mengekang keinginan
Dalam merumuskan iman terjadi banyak perbedaan pendapat di antara masing-masing aliran-aliran kalam.
Hanya saja kalau pengertian sunnah dalam pandangan sunni terbatas dalam ucapan, perbuatan dan pembenaran nabi atas apa yang diucapkan atau dilakukan sahabat-sahabat beliau, maka dalam pandangan syi’ah sunnah mencakup juga ucapan dan tradisi para imam yang 12 itu.
Kedua kelompok ini mengakui ijma (consensus/kesepakatan ulama). Sebagai salah satu sumber hukum walaupun terdapat perbeda’an dalam rinciannya dan pengertiannya.
1. Konsep Iman Menurut Aliran ahlussunnah Wal Jama’ah (Sunni).
Bagi kaum Asy' ariah, dengan keyakinan mereka bahwa akal manusia tidak bisa sampai kepada kewajiban mengetahui Tuhan, iman tidak bisa merupakan ma'rifah atau 'amal.
Manusia dapat mengetahui kewajiban itu melalui wahyu. Wahyulah yang mengatakan dan menerangkan kepada manusia
Bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan, dan manusia harus menerima kebenaran berita ini. Oleh karena itu, iman bagi kaum Asy' ari,ialah al-tasdiq bi Allah, yaitu menerima sebagai benar kabar tentang adanya Tuhan.
Al-Baghdadi menyebut batasan yang lebih panjang. Iman ialah tasdiq tentang adanya Tuhan, rasul-rasul yang berita yang mereka bawa; tasdiq tidak sempurna jika tidak disertai oleh pengetahuan.
Bagaimanapun iman hanyalah tasdiq dan pengetahuan tidak timbul kecuali setelah datangnya kabar yang dibawa wahyu bersangkutan. Kaum Muturdiyah golongan Bukra mempunyai paham yang sama dalam hal ini dengan kaum Asy' ari.
Sejalan dengan pendapat mereka bahwa akal tidak sampai pada kewajiban mengetahui adanya Tuhan, iman tidak bisa mengambil bentuk ma' rifat atau 'amal, tetapi haruslah merupakan tasdiq.
Batasan yang diberikan Al-Bazdawi tentang iman adalah menerima dalam hati dengan lidah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah bahwa tidak ada yang serupa dengan dia.
Bagi golongan Samarkand, iman mestilah lebih dari tasdiq, karena bagi mereka akal dapat sampai kepada kewajiban mengetahui Tuhan.
Al-Maturidi menulis sendiri bahwa Islam adalah mengetahui Tuhan tidak bertanya bagaimana bentuknya, iman adalah mengetahui Tuhan dalam ketuhanannya
Ma' rifah adalah mengetahui Tuhan dengan segala sifatnya dan tauhid adalah mengenal Tuhan dan keesaannya. Ada juga diberikan definisi lain, yaitu pengakuan dengan lidah dan penerimaan dalam hati.
Aliran paham ini merumuskan rukun iman itu ada enam. Karena bagi akidah Sunni, seorang muslim diwajibkan mempercayai enam rukun iman, yaitu sebagai berikut:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para Malikat.
3. Iman kepada Kitab-Kitab.
4. Iman kepada para Rasul.
5. Iman kepada hari Kiamat.
6. Iman kepada Qada’ dan Qadar.
Dalil untuk keenam-enam rukun ini adalah bersumberkan Al-Qur’an dan Hadits: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (al-baqarah ayat 285)
2. Konsep Iman Menurut Aliran Syi’ah Zaidiyah
Syi’ah lima imam disebut juga dengan syiah Zaidiyah. Dinamakan syiah Zaidiyah lantaran mereka merupakan pengikut Zaid bin Ali bin Husain bin Abi Tholib. Kemudian disebut Syiah Lima, lantaran menetapkan Lima Iman bagi mereka. Kelima Iman tersebut yaitu:
1. Husain bin Ali (626-680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid.
2. Zaid bin Ali (658-740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid.
Sejak kecil ia belajar kepada ayahnya, Ali Zainal Abidin, kemudian kepada saudaranya Muhammad al-Baqir. Ia juga belajar masalah-masalah agama, baik ushul dan furu' hingga matang
Serta pernah belajar tentang masalah ushul kepada Washil bin Atha lantaran pernah berguru kepadanya dan banyak diskusi tentang persoalan persoalan teologi, sehingga pemikiran Zaid dan para pengikutnya cenderung kepada pendapat dan pemikiran Mu'tazilah.
Dalam sekte Syi’ah terdapat pokok agama dan masalah dalam penerapan agama. Syi’ah memiliki lima pokok agama (rukun iman) yaitu:
1. An-Nubuwah (iman kepada kenabian).
2. Al-Imamah (ima m yang memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian)
Adapun pembagian antara rukun iman Syi’ah begitu berbeda dengan rukun iman Sunni. Namun, Pada hakikatnya mereka percaya kepada para malaikat, kitab-kitab serta qadha dan qadar.
Yang membedakan aliran Syi’ah dengan yang lain adalah keyakinan tentang kenabian sebagai berikut:
1. Al-Qur’an ialah mukjzat kekal nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam.
Demikian terlihat perbedaan antara Ahlusunnah Syiah Imamiyah menyangkut kepercayaan tentang rasul Iman kecuali rukun imamah dalam pandangan Syiah adalah perbedaan sistematik.
Walaupun tentu terdapat juga perbedaan dalam beberapa perincian masalah-masalah yang sama
itu. Namun, perbedaan tersebut tidak mengakibatkan cideranya Keimanan atau keluarnya si penganut dari koridor Islam.
Para imam golongan syi’ah imamiyah seluruhnya berjumlah dua belas orang, oleh sebab itu mereka juga dinamai al-istna asy’ariyah (syi’ah dua belas).
ketika. Imam kedua belas inilah yang mereka percayai sebagai imam mahdi.
3. Pengertian Imamah atau imam menurut Aliran Syi’ah
Adapun sifat dan kedudukan seorang imam bagi syi’ah dikemukakan oleh ayatollah ruhullah Khomeini sebagai berikut: “sesungguhnya imam memiliki kedudukan yang tinggi dan terpuji serta kekhalifahan terhadap alam yang tunduk kepada kekuasa’annya.
Tidak juga oleh nabi yang diutus sesuai dengan riwayat-riwayat dan hadits-hadits yang ada pada kami. Menurut syekh Muhammad husein seorang ulama besar dan mujtahid syi’ah menjelaskan bahwa Yang dimaksud syi’ah imamiyah tentang imamah adalah suatu jabatan ilahi.
Allah yang memilih berdasarkan pengetahuan-Nya yang azali menyangkut hamba-hambaNya, sebagaimana dia memilih nabi.
Ulama syi’ah imamiyah yang lain yakni syekh Muhammad ridha al-mudzaffar mengemukakan bahwa kami percaya bahwa imamah, seperti kenabian, tidak dapat wujud kecuali dengan nash(pernyataan tegas) dari allah subhanahu wa ta'ala.
Melalui lisan rasul-Nya atau lisan imam yang diangkat dengan nash apabila dia akan menyampaikan dengan nash imam yang bertugas sesudahnya.
Hukum ketika itu sama dengan kenabian tanpa adanya perbedaan. karena itu masyarakat tidak memiliki wewenang menyangkut siapa yang ditetapkan allah sebagai petunjuk dan pembimbing bagi seluruh umat manusia, sebagaimana mereka (manusia) tidak mempunyai hak untuk menetapkan, mencalonkan, atau memilihnya.
Takut disini berarti perasaan cemas terhadap siksaan Allah. hal itu dikarenakan kuatnya iman yang ada di dalam hati mereka dan besarnya perhatian terhadap tuhan, hingga merekapun merasa seakan-akan berada di hadapannya.
Semakin buruk perangai seseorang maka semakin berkurang iman orang tersebut, apalagi sampai orang muslim melakukan kekafiran lalu masuk lagi kedalam Islam lalu keluar lagi dan begitu seterusnya maka orang tersebut tidak akan diberikan petunjuk oleh Allah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala surat an-Nisa ayat 137
Kemudian semakin bertambah kekafirannya. Maka Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan mengampuni dosa-dosa mereka, dan tidak akan menunjukan jalan kepada mereka,
Demikian ini karena mereka benar-benar jauh dari keikhlasan terhadap Allah dan jauh dari keimanan yang benar, karena kebimbangan kadang menjadikan mereka beriman, dan kadang mengeluarkan mereka dari keimanan.
Pada akhirnya mereka kembali kepada keadaan semula, yaitu kekafiran yang terus menerus dan pembangkangan yang berkesinambungan.
Ini sangat menunjukan bahwa mereka mempermainkan agama. tidak mempunyai niat yang benar, dan tidak pula mempunyai tujuan yang benar.
Jika tidak, maka orang kafir yang beriman dan memurnikan keimanannya serta melepaskan diri dari kekafiran.
Akan ditunjukan oleh Allah ke jalan yang mendatangkan ampunan, karena islam menutupi yang sebelumnya.
Wujud dari keta'atannya kepada Allah bisa dilihat dari caranya melaksanakan perintah Allah seperti sholat, zakat, puasa, dan lain- lain.
Ciri-ciri orang yang beriman
Seseorang yang dikategorikan masuk kedalam Ciri orang yang berislam dan beriman dapat diketahui dengan mengerjakan amal sholeh dan menta’ati kebenaran dan menetapi kesabaran.
Artinya: Bila disebut nama Allah bergertar hatinya. Bila dibacakan ayat Allah bertambah imannya. Menyerahkan segala persoalannya hanya pada Allah (bertawakal). Orang- orang yang mengerjakan sholat.
Artinya: Jika diingatkan akan ayat-ayat Allah, hati mereka langsung terenyuh, tak tahan membayangkan kekuasaan Allah di langit dan di bumi.
Mereka seketika tersungkur bersujud kepadaNya, lalu dalam bersujud itu mereka tidak henti-hentinya mengucapkan kalimat tasbih dan tahmid (memahasucikan Allah dengan memujiNya). Mereka tidak pernah menyombongkan diri dari keistimewaan yang ada pada diri mereka.
Mereka bangkit dari tidurnya dari keheningan malam untuk berdoa kepada Allah dengan diliputi rasa cemas jika Allah tidak berkenan, tapi juga sangat berharap akan karunianya. Menginfakkan sebagian hartanya yang merupakan anugrah Allah kepada mereka yang berhak.
Berlaku adil walau terhadap keluarga sendiri. Menepati perjanjiannya dengan Allah. Yaitu akan selalu beribadah kepada-Nya sampai mati.
Selalu berada pada rel agama islam yang lurus dan tidak mengikuti jalan-jalan kehidupan yang batil, Allah berpesan agar manusia berpikir, merenung, dan mengambil pelajaran.
Menjaga amanah dan janji baik terkait dengan Allah atau manusia, yaitu semua kewajiban syar’i dan hal-hal yang harus di tunaikan.
Selalu memelihara shalat yaitu melakukannya tepat waktu, memperhatikan rukun dan sunnah-sunnhanya.
Ternyata kunci untuk menggapai surga firdaus adalah hati yang penuh keimanan yang berimbas kepada perilaku mulia, baik berupa ibadah ritual atau sosial dan integritas dan kehormatan pribadi secara istiqomah sampai akhir hayat.
Cabang-cabang Iman
21. Menjaga mulut dari yang tak ada faedah
22. Menjaga farji (kemaluan) angan sampai mendatangi larangan agama
23. Menyampaikanamanat (titipan)
24. Menjaga jangan sampai melukai atau membunuh orang lain
25. Menjaga tangannya dari pada mengambil yang bukan haknya
26. Taubat dari segala dosa
27. Berbuat baik terhadap budak belian
28. Menepati hak-hak budak belian
29. Menepati hak-hak istri
30. Kewajiban seorang muslim terhadap saudara muslim lainnya.
31. Zuhud (tidak menggantungkan diri kepada keduniawian) qoshrul-amal (menjauhi panjang angan-angan)
32. Bermurah hati
33. Belas kasih kepada anak-anak dan memuliakan orang tua
34. Merukunkan orang yang berselisih
35. Cinta kasih kepada saudaranya, cinta kasih kepada dirinya sendiri, termasuk cinta kasih bila menyingkirkan barang berbahaya yang ada di jalan Dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Hal-hal yang menyebabkan gugurnya iman ada dua, yaitu ragu dan benci terhadap apa yang dibawa Rasulullah. Dengan demikian ada hubungan antara dosa yang menyebabkan kufur dengan hal-hal yang menggugurkan iman.
Sehingga bisa dimungkinkan hal-hal yang menggugurkan iman tidak hanya dua, tetapi semua dosa besar yang menjadikan kufur termasuk bagian dari hal-hal yang menggugurkan iman.
Beberapa hal yang dapat membatalkan iman yaitu sesuatu yang dapat menghilangkan keyakianan kepada Allah subhanahu wa ta'ala atau yang dapat mengantarkan seseorang kepada kemurtadan, dirinci menjadi tiga bagian.
Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran Kalam
Ada yang menyatakan bahwa iman itu pembenaran dengan hati dan diucapkan dengan lisan secara bersamaan.
Dan ada yang memasukkan amal perbuatan ke dalam konsep iman, dan juga yang menjadi perdebatan apakah iman itu bisa bertambah dan berkurang, ataukah orang yang melakukan dosa besar itu masih mukmin ataukah ia sudah keluar dari muslim.
Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat konsep iman dari dua aliran kalam. Pada perkembangannya kedua aliran ini mengalami beberapa pergeseran.
Seperti sunni mengalami pergesaran madzhab kemudian Syi’ah mengalami perpecahan dan melahirkan berbagai varian Syi’ah yang di antaranya adalah aliran Syi’ah Zaidiyah dan al-Asy’ariyah (Ahli Sunnah wal Jama’ah).
Perbeda’an Ahlusunnah dan Syi’ah dalam bidang furu’ (rincian ajaran agama) terlebih dahulu perlu digaris bawahi bahwa kedua kelompok (sunnah dan syi’ah ) menjadikan al-quran dan hadits sebagai rujukan utama dalam menetapkan hukum.
Kaum syi’ah memahami ijma’ dalam arti consensus para pakar agama tentang pandangan imam mengenai satu masalah, sedangkan ijma menurut ulama sunni consensus para pakar agama tentang masalah apapun. Sedangkan qiyas (analogi).
Tidak dijadikan sebagai sumber hukum oleh syi’ah, namun mereka menetapkan akal dalam kedudukan yang cukup tinggi sehungga apapun yang dibenarkan akal sehat makahal tersebut dapat dibenarkan agama.
Tetapi definisi ini kelihatannya bukanlah definisi Al-Maturidi, karena dalam Syarh al-Fikh al-Akbar, ditegaskan bahwa definisi Al-Maturidi yang sebenarnya ialah definisi yang pertama.
1. Ali bin Abi Thalib (600-661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin.
2. Hasan bin Ali (625-669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba.
4. Ali bin Husain (658-713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin.
Zaid bin Ali lahir tahun 80 Hijriyah dan meninggal tahun 122 Hijriyah, dikenal dengan kelembutannya, kuat hafalan, cerdas, berani, amanah, serta ikhlas dalam menegakan kebenaran.
1. At-Tauhid (iman kepada Allah).
2. Al-Adl (iman kepada keadilan Allah).
4. Al-Ma’ad (iman kepada hari kiamat).
Namun tidak dinyatakan secara tertulis dalam rukun iman mereka seperti rukun iman Sunni yang jelas dapat dilihat dalil yang diajukan oleh Syi’ah dalam perbincangan keimanan tentang malaikat, kitab, serta qadha dan qodar adalah dalil-dalil Al-Qur’an yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 285.
1. Jumlah nabi dan rosul ada 124.000.
2. Nabi dan rosul terakhir adalah MuhammadShallallahu 'Alaihi Wa sallam.
3. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam suci dari segala aib dan tiada cacat apapun. Dialah nabi yang paling utama dari seluruh nabi yang ada.
4. Ahlul baitnya, yaitu Ali bin Abi Tholib, Fatimah, Hasan, Husain dan sebilan imam dari keturunan Husain adalah manusia-manusia suci.
Sebelas orang diantaranya telah wafat, sedangkan imam ke dua belas, yakni Muhammad ibnu hasan al- askari, telah lahir 260 Hijriyah, kemudian menghilang dan akan kembali muncul pada suatu
Semua butir-butir alam raya, sesungguhnya merupakan bagian dari pemahaman aksioma mazhab kami adalah bahwa imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak dicapai oleh malaikat yang didekatkan allah (allah ke sisiNya).
Dia memerintahkan kepada nabi untuk menunjukannya kepada umat dan memerintahkan mereka mengikutinya.
Golongan syi’ah imamiyah ini percaya bahwa allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan nabi Muhammad untuk menunjuk dengan tegas ali dan menjadikannya tonggak pemandu bagi manusia sesudah beliau.
0 Response to "Mengenal Iman"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak