Jalan Hidup Tenang
Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiaplangkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya.
Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad ๏ทบ bersabda,
ุงْูุธُุฑُูุง ุฅَِูู ู َْู ุฃَุณََْูู ู ُِْููู ْ ََููุง ุชَْูุธُุฑُูุง ุฅَِูู ู َْู َُูู ََُْููููู ْ ََُููู ุฃَุฌْุฏَุฑُ ุฃَْู َูุง ุชَุฒْุฏَุฑُูุง ِูุนْู َุฉَ ุงَِّููู ุนََُْูููู ْ
“Pandanglah orang yang berada di bawah kalian, jangan memandang yang ada di atas kalian. Hal itu lebih layak membuat kalian tidak mengingkari nikmat Allah yang ada pada kalian.” HR. Al-Bukhari (6490) dan Muslim (2963) dan ini lafazh beliau.
Sering kali kita sudah merasa nyaman dengan kondisi kita tapi tahu-tahu rasa nyaman itu hilang dan berganti sesak disebabkan kita membandingkan yang kita punya dengan milik orang lain yang lebih di atas.
Dan jalan untuk hidup tenang bukan dengan memiliki materi seperti yang dimiliki oleh orang lain, karena jika cara ini ditempuh maka tidak ada habis-habisnya, sebab manusia tak mengenal kata puas.
Tapi cara hidup tenang yang benar ialah dengan menjalankan isi kandungan hadits ini. Asy-Syaikh Abdullah al-Bassam rahimahullah mengatakan,
ุงูุทู ุฃูููุฉ ุงูููุจูุฉ ูุง ุชุญุตู ุฅูุงَّ ุจุญุณู ุงููุธุฑ، ูุงูููุงุนุฉ ุจู ุง ูุณู ุงููู ููุนุจุฏ، ูุฅุฐุง ููุน ููุณู، ูุฃููู ุดุนูุฑู ุจูุนู ุงููู ุชุนุงูู ุนููู، ุญุตูุช ูู ุฑุงุญุฉ ููุณูุฉ، ูุทู ุฃูููุฉ ููุจูุฉ
“Ketenangan hati tidak akan tercapai kecuali dengan memiliki cara pandang yang baik dan merasa cukup dengan rizki yang Allah bagikan untuk hamba. Jika seseorang membuat dirinya merasa cukup dan mengingatkan perasaannya dengan nikmat nikmat Allah yang ada padanya maka saat itu dia akan merasakan ketentraman jiwa dan ketenangan hati.” (Taudhih al-Ahkam, VII/288)
NASIHAT PARA ULAMA DARI HADITS INI
Berkata Imam Nawawi,
ูุงู ุงุจู ุฌุฑูุฑ ูุบูุฑู: ูุฐุง ุญุฏูุซ ุฌุงู ุน ูุฃููุงุน ู ู ุงูุฎูุฑ؛ ูุฃู ุงูุฅูุณุงู ุฅุฐุง ุฑุฃู ู ู ูุถู ุนููู ูู ุงูุฏููุง ุทูุจุช ููุณู ู ุซู ุฐูู، ูุงุณุชุตุบุฑ ู ุง ุนูุฏู ู ู ูุนู ุฉ ุงููู ุชุนุงูู ูุญุฑุต ุนูู ุงูุงุฒุฏูุงุฏ ูููุญู ุจุฐูู ุฃู ููุงุฑุจู، ูุฐุง ูู ุงูู ูุฌูุฏ ูู ุบุงูุจ ุงููุงุณ
“Ibnu Jarir dan selain beliau mengatakan, hadits ini mengumpulkan banyak jenis kebaikan. Karena jika orang melihat pihak lain yang melebihi dia dalam hal dunia maka hatinya juga jadi menginginkan hal yang sama serta akan menganggap kecil nikmat Allah ta’ala yang ada padanya, dan diapun berambisi untuk menyamainya atau mendekatinya. Keadaan ini terjadi pada kebanyakan manusia.” (Al-Minhaj, XVIII/97)
Al-Aini rahimahullah mengatakan,
ูููู “ููููุธุฑ ุฅูู ู ู ูู ู ูู” ููุณูู ุนููู ููุตุงูู ูููุฑุญ ุจู ุง ุฃูุนู ุงููู ุนููู، ููุดูุฑ ุนููู ูุฃู ุง ูู ุงูุฏูู ูู ุง ูุชุนูู ุจุงูุฃุฎุฑุฉ ููููุธุฑ ุฅูู ู ู ูู ูููู ูุชุฒูุฏ ุฑุบุจุชู ูู ุงูุชุณุงุจ ุงููุถุงุฆู
“Sabda beliau, ‘Hendaklah seseorang melihat orang yang berada di bawahnya’ tujuannya agar ringan baginya jika ada hal yang kurang, gembira dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya, dan mensyukurinya. Adapun dalam masalah agama dan yang terkait akhirat hendaklah dia melihat pada yang di atasnya, agar bertambah semangatnya dalam melakukan berbagai kebaikan.” (Umdah al-Qori, XXIII/79)
Rasa ‘ingin sesuatu yang belum dimiliki’ ini yang sering membuat hati sesak. Baru merasa lega saat sudah punya. Maka pemicu rasa ingin itu harusnya ditutup. Al-Allamah al-Munawi mengatakan,
ََْูููุจَุบِู ْููุนَุจุฏ ุฃَู َูุง ููุธุฑ ุฅَِูู ุชุฌู ู ุฃูู ุงูุฏَُّْููุง َูุฅَُِّูู ُูุญَุฑู ุฏَุงุนَِูุฉ ุงูุฑَّุบْุจَุฉ َِูููุง
“Hendaknya seorang hamba tidak melihat kepada berbagai keindahan yang dipakai ahli dunia. Sebab hal itu dapat memunculkan rasa ingin memilikinya.” (At-Taisir Syarah Jami’ ash-Shaghir, I/381) Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz,
ูุงูุฅูุณุงู ุฅุฐุง ูุธุฑ ุฅูู ู َู ูููู ูู ุงูู ุงู ูุงูุฌู ุงู ููุญู ุฐูู ูุฏ ูุชุญุณَّุฑ، ููุฏ ูุชุฃูู ، ููู ููุธุฑ ุฅูู ู َู ุฏููู ู ู ุงูููุฑุงุก ุงูุขุฎุฑูู ุงูุฐูู ูู ุฏููู ูู ุงูู ุงู ูุงูุฎูู ููุญู ุฐูู؛ ุญุชู ูุนุฑู ูุฏุฑ ูุนู ุฉ ุงููู ุนููู
“Jika seseorang melihat pada yang lebih dari dia dalam hal harta, keelokan wajah, dan lain-lain maka dia bisa merasa sedih dan tersiksa. Maka hendaklah dia melihat pada orang lain yang di bawahnya, dari kalangan orang orang fakir lain yang di bawah dia dalam masalah harta, fisik, maupun yang lainnya sehingga dia dapat menyadari kadar nikmat Allah.” (Transkrip Syarah Riyadhus Shalihin, dari situs beliau) Kadang, pekerjaan kita yang mungkin serba susah lantas membuat kita mengeluhkan keadaan, kurang tepat demikian, padahal di sana ada yang bahkan tidak punya pekerjaan meski sudah mencari dan berusaha. Asy-Syaikh Ibnu Baaz berkata,
ูุงูุธุฑ ุฅูู ู َู ุฏููู ุญุชู ุชุนุฑู ูุฏุฑ ูุนู ุฉ ุงููู ุนููู، ูุฃูุช ุนูุฏู ุฃุณุจุงุจ: ุฃูุช ูุฌَّุงุฑ، ูุญุฏุงุฏ، ูุฎุฑุงุฒ، ูุงูุขุฎุฑ ู ุง ุนูุฏู ุณุจุจ.
“Perhatikanlah orang yang kondisinya di bawahmu maka kamu akan menyadari bagaimana kadar nikmat Allah yang ada padamu. Kamu memiliki pekerjaan, (entah) kamu tukang kayu, atau pandai besi, atau penjahit tapi orang lain ada yang sama sekali tidak punya pekerjaan.” (Idem)
DAMPAK BURUK MELIHAT PADA ORANG YANG LEBIH DARI KITA
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz,
ูุฃูู ุฅุฐุง ูุธุฑ ุฅูู ู َู ูููู ูู ุงูุฏููุง ุชุนุจ، ูุฑุจู ุง ุงุณุชุญَّู ู ุง ุญุฑَّู ุงููู، ูุฃุฎุฐ ุจุงูุดุจูุงุช، ูุงุฌุชุฑุฃ ุนูู ุงูู ุญุงุฑู
“Jika dia melihat pada orang yang di atas dalam hal dunia maka dia akan capek. Bahkan terkadang, [demi mendapatkan yang dia mau] dia akan menghalalkan yang Allah haramkan, mengambil yang syubhat [tidak jelas halalnya], dan berani melakukan perbuatan perbuatan haram.” (Syarah A’lam al-Muwaqqi’in, no. 4 dari situs beliau)
Artinya, agamanya bisa saja dia jual demi mewujudkan yang dia inginkan. Dan obsesi itu berawal dari melihat milik orang.
INGATLAH, DI LUAR SANA BANYAK ORANG YANG KONDISINYA JAUH DI BAWAH KITA
Hanya saja, kita tidak mengenal mereka. Atau mungkin, mereka di sekitar kita dan dekat dengan kita, namun kita tak pernah memikirkan tentang mereka. Imam ash-Shan’ani rahimahullah mengatakan,
ูู ุง ู ู ู ุจุชูู ูู ุงูุฏููุง ุจุฎูุฑ ุฃู ุดุฑ ุฅูุง ููุฌุฏُ ู َْู ูู ุฃุนุธู ู ูู ุจููุฉً
“Tidak ada seorang pun yang diuji di dunia apakah dengan kebaikan atau keburukan kecuali pasti dia dapat temukan orang yang musibahnya lebih berat daripada dia.” (Subul as-Salam, VIII/138)
Hal yang mirip, disampaikan oleh Asy-Syaikh Abdullah al-Bassam. Kami nukilkan, semoga dapat jadi renungan. Beliau mengatakan,
ูุฅَّู ุงูุนุจุฏ ู ูู ุง ุงูุชูุฑ، ูุณูุฌุฏ ู ู ูู ุฃููุฑ ู ูู، ูู ูู ุง ู ุฑุถ ูุณูุฑู ู ู ูู ุฃุดุฏ ู ูู ู ุฑุถًุง، ูุฅْู ูุงู ุฐุง ุนุงูุฉ، ูุณูุฌุฏ ู ู ูู ุฃุนุธู ู ูู ุนุงูุฉ، ูุฃุดุฏ ุจูุงุกً، ูุฅุฐุง ุฃู ุนู ุงููุธุฑ، ูุณูุฌุฏ ุฃَّู ุงููู ุชุนุงูู ูุถَّูู ุนูู ูุซูุฑٍ ู ู َّู ุฎูู ุชูุถููุง.
“Sesungguhnya sefakir apapun seseorang maka dia akan dapati orang yang lebih fakir lagi daripada dia. Bagaimana pun sakit yang diderita seseorang maka dia akan melihat orang yang lebih parah sakitnya daripada dia. Jika dia memiliki cacat fisik, maka dia akan menemukan orang yang lebih besar cacatnya daripada dia dan lebih berat cobaannya. Bila seseorang merenungi hal ini, maka dia akan dapati bahwa Allah telah memberikan banyak kelebihan pada dirinya di atas banyak makhluk Allah yang lain.” (Taudhih al-Ahkam, VII/288) Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah mengatakan,
ูู ุง ู ู ูููุฑ ุฅูุง ูููุงู ู ู ูู ุฃููุฑ ู ูู، ูู ุง ู ู ู ุฑูุถ ุฅูุง ูููุงู ู ู ูู ุฃุดุฏ ู ุฑุถًุง ู ูู، ูู ุง ู ู ุฐู ุฌุงู ุฅูุง ูููุงู ู ู ูู ุฃูู ุฌุงูุง ู ูู، ูููุฐุง ุงูู ุณุงุฆู ุงูุฃุฎุฑู
“Tidak ada satu orang fakir pun melainkan di sana ada yang lebih fakir darinya. Tidak satu orang sakit pun kecuali di sana ada yang lebih parah sakitnya. Tak seorang pun yang punya kedudukan kecuali di sana ada yang kedudukannya lebih rendah darinya. Dan demikian juga masalah masalah lain.” (Syarah Kitab al-Jami’, hlm. 32)
MENGAMALKAN HADITS INI AKAN MEMBUAT KITA LEBIH MUDAH SABAR DAN MENERIMA KETETAPAN ALLAH
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata,
ุฃู ุงูุฅูุณุงู ูุง ูุฑุบุจ ูู ูุฐู ุงูุฏููุง، ููุง ูุฌุฒุน ุจู ุง ุฃุตุงุจู، ุจู ูุตุจุฑ ููุญุชุณุจ ุณูุงุก ูุงู ูููุฑุงً ุฃู ู ุฑูุถุงً ุฃู ุบูุฑ ุฐูู، ูุงูุฏููุง ุฏุงุฑ ุงุจุชูุงุก، ููุง ูุฌุฒุน ู ู ุงูู ุตุงุฆุจ ูู ู ุงูุงุจุชูุงุก، ูุงูุฐู ูุณูู ุนููู ุฐูู ู ุง ุฃุฑุดุฏ ุฅููู ุงููุจู ๏ทบ ูู ูุฐุง ุงูุญุฏูุซ
“Hendaklah manusia tidak condong pada dunia dan mengeluh ketika kena musibah. Bahkan seharusnya dia sabar dan mengharapkan pahala, apakah itu ujian hidup susah, penyakit, dan lain-lain. Sebab dunia memang tempatnya cobaan. Jangan dia mengeluh karena musibah dan cobaan. Dan hal yang dapat memudahkannya ialah yang dibimbingkan oleh Nabi Muhammad ๏ทบ dalam hadits ini.” (Tashil al-Ilmam, VI/158)
YANG TERBAIK UNTUK KITA IALAH PADA YANG ALLAH TETAPKAN BUKAN PADA YANG KITA INGINKAN
Meski tentunya, bisa saja yang kita inginkan itu juga yang Allah tetapkan. Tapi ingat, saat yang Allah tetapkan untuk kita berbeda dengan yang kita inginkan itu bukan karena Allah semata ingin menggagalkannya. Tapi karena Allah tahu bahwa yang terbaik untuk kita bukan pada sesuatu yang kita inginkan itu, tapi pada hal yang Dia tetapkan. Asy-Syaikh Muhammad Ali Adam al-Ityubi berkata,
ูุฅู ุงููู ุนุฒ ูุฌู ูู ูุณّู ุงูุฃุฑุฒุงู، ูุงูู ุนูุดุฉ ุญุณุจ ู ูุชุถู ุญูู ุชู، ููุง ููุจุบู ููุนุจุฏ ุงููุธุฑ ุฅูู ุบูุฑู؛ ูุฃูู ูุคุฏูู ุฅูู ุงุฒุฏุฑุงุก ู ุง ุฑุฒูู ุงููู ุชุนุงูู ุนูู ู ูุชุถู ุญูู ุชู، ูุญูู ู، ูุงู ุงููู ุชุนุงูู: َูุนَุณَٰู ุฃَู ุชَْูุฑَُููุง ุดَْูุฆًุง ََُููู ุฎَْูุฑٌ َُّููู ْ ۖ َูุนَุณَٰู ุฃَู ุชُุญِุจُّูุง ุดَْูุฆًุง ََُููู ุดَุฑٌّ َُّููู ْ ۗ َูุงَُّููู َูุนَْูู ُ َูุฃَูุชُู ْ َูุง ุชَุนَْูู َُูู [ุงูุจูุฑุฉ : 216] ููุงู ุชุนุงูู: َูุนَุณَٰู ุฃَู ุชَْูุฑَُููุง ุดَْูุฆًุง ََููุฌْุนََู ุงَُّููู ِِููู ุฎَْูุฑًุง َูุซِูุฑًุง [ุงููุณุงุก : 19]
“Sesungguhnya Allah ialah yang membagikan rizki dan penghidupan sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya. Tidak layak seorang hamba melihat pada orang lain. Sebab akan membuatnya menganggap remeh rizki yang sudah Allah berikan kepadanya berdasarkan hikmah dan hukum-Nya. Allah ta’ala berfirman,
َูุนَุณَٰู ุฃَู ุชَْูุฑَُููุง ุดَْูุฆًุง ََُููู ุฎَْูุฑٌ َُّููู ْ ۖ َูุนَุณَٰู ุฃَู ุชُุญِุจُّูุง ุดَْูุฆًุง ََُููู ุดَุฑٌّ َُّููู ْ ۗ َูุงَُّููู َูุนَْูู ُ َูุฃَูุชُู ْ َูุง ุชَุนَْูู َُูู
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu. Allah yang mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS. Al-Baqarah: 216 Dan Allah ta’ala berfirman,
َูุนَุณَٰู ุฃَู ุชَْูุฑَُููุง ุดَْูุฆًุง ََููุฌْุนََู ุงَُّููู ِِููู ุฎَْูุฑًุง َูุซِูุฑًุง
“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” QS. An-Nisa’: 19 (Al-Bahr al-Muhith ats-Tsajjaaj, XLV/78)
Maka berhentilah membandingkan keadaan diri kita dengan orang lain. Karena Allah yang lebih paham apa yang paling pas buat kita.
JADILAH PRIBADI YANG PANDAI BERSYUKUR
Al-Allamah Abdurrahman as-Si’di rahimahullah berkata,
ููุฐุง ูุฏู ุนูู ุงูุญุซ ุนูู ุดูุฑ ุงููู ุจุงูุงุนุชุฑุงู ุจูุนู ู، ูุงูุชุญุฏุซ ุจูุง، ูุงูุงุณุชุนุงูุฉ ุจูุง ุนูู ุทุงุนุฉ ุงูู ูุนู ، ููุนู ุฌู ูุน ุงูุฃุณุจุงุจ ุงูู ุนููุฉ ุนูู ุงูุดูุฑ. ูุฅู ุงูุดูุฑ ููู ูู ุฑุฃุณ ุงูุนุจุงุฏุฉ، ูุฃุตู ุงูุฎูุฑ، ูุฃْูุฌَุจُู ุนูู ุงูุนุจุงุฏ
“Hadits ini berisikan anjuran untuk bersyukur pada Allah, menyadari nikmat nikmat-Nya, menceritakannya, dan menggunakannya untuk taat pada Pemberi nikmat. Sekaligus melakukan segala sebab yang dapat membantu untuk bersyukur. Karena bersyukur pada Allah merupakan inti ibadah, pondasi kebaikan, dan amalan paling wajib atas para hamba.” (Bahjah Qulub al-Abrar, hlm. 54)
HIKAYAT SALAF TENTANG MELIHAT ORANG YANG LEBIH DI BAWAH
Aun bin Abdillah rahimahullah bercerita,
ุตุญุจุช ุงูุฃุบููุงุก ููู ููู ุฃุญุฏ ุฃุทูู ุบู ุงً ู ูู، ูุฅู ุฑุฃูุช ุฑุฌูุงً ุฃุญุณู ุซูุงุจุงً ู ูู ูุฃุทูุจ ุฑูุญุงً ู ูู ุบู ูู ุฐูู، ูุตุญุจุช ุงูููุฑุงุก ูุงุณุชุฑุญุช
“Aku bergaul dengan orang orang kaya dan saat itu tidak ada manusia yang lebih panjang kesedihannya melebihi diriku. Saat aku melihat salah satu mereka memakai pakaian yang lebih baik dariku dan dia lebih wangi daripada aku maka itu membuatku sedih. Kemudian aku bergaul dengan orang orang miskin hingga aku pun merasakan ketenangan.” (Tahdzib al-Hilyah, II/95 melalui Hayatus Salaf, hlm. 570) Ibnu ‘Allan menyatakan,
ูุงู ุจุนุถ ุงูุณูู: ุตุงุญุจุช ุงูุฃุบููุงุก ูููุช ูุง ุฃุฒุงู ูู ุญุฒู ุฃุฑู ุฏุงุฑ ูุงุณุนุฉ ูุฏุงุจุฉ ูุงุฑูุฉ ููุง ุนูุฏู ุดูุก ู ู ุฐูู، ูุตุญุจุช ุงูููุฑุงุก ูุงุณุชุฑุญุช
“Sebagian orang terdahulu mengisahkan, ‘Saat saya bergaul dengan orang orang kaya saya selalu sedih. Saya melihat rumah yang luas juga kendaraan mewah yang saya tidak miliki. Ketika saya berteman dengan orang orang fakir hati saya pun bisa istirahat.” (Dalil al-Falihin, II/403)
0 Response to "Jalan Hidup Tenang"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak