PENGERTIAN KHUSYUK DALAM Al-QUR'AN
Khusyuk merupakan hal dasar yang harus diterapkan dalam menjalankan berbagai hal, terutama dalam shalat, begitu juga dalam berbagai aktifitas sehari-hari.
Melihat pentingnya pengetahuan tentang khusyuk, maka tulisan ini akan membahas mengenai khusyuk dalam al-qur'an dan para mufasir, serta berbagai cara untuk dapat mencapai kekhusyukan tersebut.
Kata khusyuk dalam Alquran ditemukan sebanyak 17 kali dalam bentuk kata yang berbeda-beda, mayoritas lafal khusyuk ditujukan kepada manusia namun ada juga sebagian ayat yang ditujukan kepada benda-benda yang lain seperti gunung dan bumi.
Dari berbagai penggertian, kata khusyuk ini secara global, arti khusyuk merujuk kepada merendahkan diri, dalam artian bahwa khusyuk adalah merasa bahwa dirinya tunduk, dan merendahkan diri ketika berada dihadapan Tuhannya.
Khusyuk tempatnya di dalam hati, apabila hati khusyuk maka seluruh anggota tubuh akan khusyuk karena kekhusyukan hatinya.
Kekhusyukan seseorang tidak dapat dinilai dari gerakan ataupun prilakunya, karena tempat khusyuk di hati bukan di gerakan.
Alquran merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassallam melalui perantara Jibril, yang berisi firman Allah untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia.
Kitab suci ini menempatkan posisi sebagai sentral, bukan saja dalam perkembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga merupakan ispirator, pemandu gerakan umat islam sepanjang masa.
Sebagaimana pula Al-quran merupakan firman Allah yang senantiasa tepat dan sesuai dengan segala waktu dan tempat.
Akan tetapi, meski prinsip dasar dan misi Al-quran tetap sama seperti pertama kali diturunkan, namun semangat Al-quran bisa saja berbeda.
Dengan kata lain, ajaran dan semangat Al-quran akan bersifat universal, rasional, dan sesuai kebutuhan, namun respon manusia dimana tantangan zaman yang dihadapi bervariasi, sehingga secara otomatis menimbulkan corak dan warna pemahaman yang berbeda pula.
Walaupun didalam Al-quran telah dijelaskan mengenai berbagai macam urusan manusia baik untuk dunia maupun di akhirat kelak, baik tentang muamalah, ibadah, tata-caranya, cara bersucinya hingga nilai khusyuknya.
Namun corak dan warna perbedaan pemahaman atau penafsiran dari apa yang telah tertera dalam Al-quran tidak dapat dihindarkan, karena pemikiran para mufassir yang berbeda-beda.
Dalam pembahasan kali ini kita akan memaparkan tentang konsep atau pengertian khusyuk yang tertera didalam Al-quran.
Hal ini dikarenakan sebagian orang menganggap bahwa khusyuk hanya berlaku dalam ibadah salat saja tanpa ada aplikasi dalam ibadah atau aktifitas sehari-hari.
Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentang pengertian khusyuk secara bahasa dan istilah, khusyuk dalam dalam pengertian Al-quran.
Bagaimana ciri-ciri orang yang khusyuk, dan bagaiamana cara agar kita dapat khusyuk dalam melaksanakan shalat.
PENGERTIAN KHUSYUK SECARA BAHASA
Sebelum membahas tentang pengertian khusyuk di dalam Al-qur'an marilah kita ketahui dahulu pengertian khusyuk secara bahasa.
Didalam Al-qur'an kalimat khusyuk disebutkan kurang lebih sebanyak 17 kali dalam bentuk kata yang berbeda-beda.
Meskipun mayoritas ditujukan kepada manusia namun ada juga sebagian ayat yang ditujukan kepada benda-benda yang lain seperti gunung dan bumi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, khusyuk adalah penuh penyerahan dan kebulatan hati, sungguh-sungguh, dan penuh kerendahan hati. Khasya’a - khusyu’an berartikan tunduk, merasa hina dan tenang.
Menurut Ibnu Faris, huruf kha, syin dan ‘ain, merupakan satu rangkaian huruf yang membentuk kata berindikasi menunduk. Kata khasya’a berarti menunduk dan mengangguk-anggukkan kepala, yakhsya’u-khusyu’an.
Definisinya identik dengan kata al-khudhu’ dalam artian tunduk. Hanya saja, kata al-khudhu’ digunakan untuk tubuh, sedangkan al-khusyu’ digunakan untuk suara dan pandangan.
Ibnu Duraid berpendapat, al-khasyi adalah orang yang menunduk dan rukuk. Ibnu Mandzur mengatakan khasya’a-yahksya’u-khusyu’an wakhtasya’a watakhasysya’a, artinya mengarahkan dan menundukkan pandangan ke tanah, serta menurunkan volume suara.
Imam Ibnul Qayyim berpendapat bahwa al-khusyu’ secara bahasa berarti tunduk, merendah dan tenang. Ada juga yang mengatakan bahwa Khusyuk adalah tunduk dan merendahkan diri.
As-Sa’di berpendapat al-khauf yang berarti gentar, al-khasyah yang berarti khawatir, al-khudhu’ berarti tunduk, al-ikhbat berarti takut, dan al-wajal berarti khidmat memiliki makna yang identik dengan Khusyuk.
Dari pengertian-pengertian secara bahasa diatas terdapat berbagai macam pengertian dari berbagai kalimat yang berbeda.
Namun dari berbagai macam pengertian arti kata khusyuk secara global mengarah kepada ketundukan, kerendahan, dan ketenangan.
PENGERTIAN KHUSYUK SECARA ISTILAH
Menurut Imam Ibnu Qayyim, khusyuk adalah tegaknya hati di hadapan Allah dengan segala ketundukan dan kerendahan.
Ada pula yang berpendapat bahwa khusyuk berarti tunduk dengan kebenaran. Inilah salah satu konsekuensi khusyuk.
Apabila seorang hamba ditentang atau ditolak, maka ia akan menerimanya dengan sepenuh hati dan tunduk.
Dan Imam Ibnul Qayyim juga berkata, bahwa para ulama bersepakat bahwa tempat khusyuk adalah dalam hati, dan hasilnya timbul pada anggota tubuh dan itu merupakan manifestasinya.
Sedangkan Imam Ibnu Rajab berpendapat bahwa khusyuk adalah hati yang lembut, tentram, tenang, tunduk, terenyuh, dan tersentuhnya hati.
Hati yang khusyuk selalu diikuti oleh khusyuknya seluruh anggota tubuh. Sebab, seluruh anggota tubuh selalu mengikuti hati.
Dan hati yang khusyuk selalu diikuti oleh khusyuknya pendengaran, penglihatan, kepala, wajah, dan seluruh anggota tubuh lainnya beserta segala sesuatu yang timbul darinya, bahkan ucapannya.
Adapula yang mengatakan bahwa khusyuk adalah konsentrasi di saat hati terselimuti oleh ketaatan kepada Allah dan merasa tenang lahir batin. Ini adalah khusyuk ekslusif.
Adapun khusyuk secara umum dan merupakan ciri khas kaum mukmin yang timbul dari kesempurnaan seorang hamba dalam mengenal Allah dan merasa diawasi olehNya.
Khusyuk adalah ketika hati menjadi tenang dan tentram dengan mengerjakan ibadah shalat serta tanpa disibukkan dengan sesuatu apapun selain shalat.
Khusyuk adalah buah keimanan hasil keyakinan makhluk, atas sifat keagungan Allah Subhanahu wata'ala, barang siapa yang dapat merasakannya, niscaya ia akan khusyuk, baik dalam shalat atau di luar shalat.
Ada pula yang menyatakan bahwa khusyuk itu adalah tali hubungan antara sang hamba dengan tuhannya. Walaupun begitu, khusyuk tidaklah semudah mengatakannya, karena khusyuk itu tercipta memerlukan berbagai syarat, dan semua itu tergantung dengan diri seseorang.
KHUSYUK DALAM PANDANGAN ALQURAN
Kata khusyu’ sudah tidak asing bagi kaum Muslim, namun pada praktiknya dalam kehidupan sehari-hari masih dirasa perlu ada tambahan penjelasan.
Bagaimana sebenarnya khusyu’ menurut Alquran itu? Dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan beberapa ayat tentang khusyuk dengan menyertakan beberapa penafsiran dari mufassir-mufassir tentang arti kata Khusyuk.
Ayat pertama yang akan dipaparkan dalam pembahasan ini adalah surah al-Baqoroh ayat 45-46, yakni:
واستعينوا بالصرب والصالة وإهنا لكبرية إال على اخلاشعني، الذين يظنون أهنم مالقوا رهبم وأهنم إليه راجعون
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
Menurut M. Quraish Shihab sabar dan salat merupakan alat yang ampuh untuk menempuh kehidupan yang lebih baik, akan tetapi sabar dan solat itu suatu hal yang berat untuk dilakukan jika tidak dengan khusyuk, yakni orang yang tunduk dan hatinya tentram dengan dzikir kepada Allah.
Sedangkan arti dari kata khusyuk sendiri diterangkan dalam ayat berikutnya “(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya.”
Menurut Quraish Shihab anak kalimat yazhunnun, ada yang memahaminya seperti makna kehahasaan dari kata itu, yakni menduga keras, walaupun belum sampai tingkat yakin.
Dalam bahasa Arab kata dhann juga bermakna yaqin, selanjutnya kata mulaqu rabbihim ada yang mengartikan sebagai hari kemudian dan ada juga yang memahaminya sebagai perolehan ridha-Nya.
Namun pada umumnya pemahaman kata zhaan yakni yakin atau mempercayai sesuatu dengan sempurna, bukan hanya sekedar dugaan.
Kemudian pemahaman arti mulaqu rabbihim yakni dugaan dengan keras bahwa mereka berpendapat akan bertemu dengan tuhan dalam pandangan hati mereka.
Dapat disimpulkan bahwakhusyuk menurut Quraish Shihab dalam ayat ini adalah orang-orang yang hatinya merasa menemui Allah, dengan demikian terlahirlah konsep ihsan, sehingga bagaimana seorang hamba akan berfikiran lain dan menjalani laranganNya sedangkan penciptanya berada dihadapannya.
Menurut penafsiran Syaikh Mu’min Al-Haddad khusyuk dalam ayat tersebut berarti;
1. Merasa sedang berhadapan dengan Allah dan mengingat kematian.
Hal ini dengan membayangkan bagaimana perasaan berseriseri apabila berada dihadapan allah, dan perasaan khawatir ketika membayangkan perjalanan menuju surga atau neraka, dengan menyaksikan pandangan hari kiamat dan alam akhirat dari shirat (jembatan di atas neraka)
2. Memfokuskan pikiran serta merenungi ayat dan dzikir
Kekhusyukan ini berinti di hati, barangsiapa berhasil memfokuskan pikiran untuk menyadari apa yang dibaca, baik Alquran, dzikir, maupun doa dalam shalat, berarti ia telah memasuki tingkat kekhusyukan.
Namun kemampuan ini diperoleh dengan latihan dan latihan membutuhkan kesabaran. Karena dalam ayat tersebut menyatakan bahwa sabar dan salat sejalan. Orang salat harus sabar dan orang sabar yang bisa khusyuksalat.
Dari kedua ayat tersebut, dapat disimpulkan khusyuk bukanlah konsentrasi, tetapi keyakinan sedang menghadap Allah.
Kita hanya perlu memiliki sangkaan/keyakinan ketika kita melaksanakan ibadah salat sehingga bisa bersikap untuk menghadapkan diri kita sepenuhnya kepada Allah dengan sadar dan rela mengembalikan seluruh jiwa raga kita kepada Allah.
فاستجبنا له ووهبنا له حيىي وأصلحنا له زوجه، إهنم كانوا يسارعون يف اخلريات ويدعوننا رغبا ورهبا وكانوا لنا خاشعني
Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami. (QS. Al Anbiyaa: 90).
Dijelaskan bahwa Yahya dan isterinya gemar mengerjakan amal-amal yang mendekatkan diri kepada Allah dan amal-amal ketaatan.
Ats-Tsauri mengatakan bahwa berdoa dengan harap dan cemas dimaksudkan bahwa berharap atas pahala yang ada di sisi Allah dan cemas atau takut terhadap siksaan Allah.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna khasyiin adalah orang orang yang membenarkan apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wata'ala.
Mujahid mengatakan mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman. Abul Aliyah mengatakan mereka adalah orang-orang yang takut.
Abu Sinan mengatakan bahwa khusyuk adalah rasa takut yang melekat dalam hati dan tidak pernah lenyap darinya selamanya.
Dari Mujahid disebutkan pula bahwa khasyiin adalah orang-orang yang merendah diri. Masing-masing dari pendapat-pendapat tersebut beraneka ragam satu sama lainnya.
Dijelaskan pula dalam khutbah Abu Bakar bahwa sesungguhnya ia berwasiat agar kita bertakwa kepada Allah dan memujiNya dengan pujian yang layak bagiNya,dan berharap dengan cemas seraya merendahkan diri dalam memohon kepadaNya.
Karena Allah telah memuji Yahya dan ahli bait yang telah menyegerakan dalam berbuat baik dan berdoa dengan harap dan cemas.
Dengan ini disimpulkan bahwa jika kita ingin di puji oleh Allah dengan predikat khusyukmaka kita harus bersegera dalam melakukan kebaikan dan selalu berdoa kepada allah dengan mengharapkan pahala dariNya dan mencemaskan atau menakutkan akan siksaan Allah.
أمل يأن للذين آمنوا أن ختشع قلوهبم لذكر اهلل وما نزل من احلق، وال يكونوا كالذين أوتوا الكتاب من قبل فطال عليهم األمد فقست قلوهبم وكثري منهم فاسقون
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.(QS. AlHadid: 16).
Ayat ini menerang kan bahwa Allah menurunkan celaan atas kalbu atau hati yang lambat dalam merespon kekhusyukan dengan sempurna, padahal kalbu sendiri dilimpahi sebagian dari karuniaNya.
Maka, Allah mengutus seorang rasul kepada kalbu untuk menyerunya supaya beriman kepada rabbnya, mengeluarkan kalbu dari kegelapan menuju cahaya.
Dan Allah berfirman belum tibakah waktunya untuk orang-orang mukmin agar khusyuk hati mereka dalam mengingat Allah, yaitu lunak ketika mengingat, menasehati, dan mendengarkan Al-qur'an, lalu berusaha memahaminya, tunduk kepadanya, mendengarkannya, dan menaatinya.
Celaan ini mengandung kasih sayang, dorongan, gelora perasaan akan keagungan Allah, khusyuk dalam mengingatNya, dan bertautnya kebenaran yang diturunkan dengan ketakutan, kecemasan, ketaatan, dan kepasrahan terhadap keagungan Al-Haq disertai nuansa celaan dan anggapan terlambat melalui pertanyaan “ belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat allah dan kebenaran yang telah turun kepada mereka?”.
Namun disamping mendorong dan memandang terlambat, Allah juga memperingati akibat dari keterlambatan dan berhela-hela dalam merespon serta menjelaskan karat yang dapat menutupi kalbu dengan panjangnya masa, jika tidak dibersihkan.
Juga menjelaskan akibat kerasnya hati, padahal sebelumnya lunak, lantaran hati lupa mengingat Allah dan tidak khusyuk kepada yang maha benar.
Ayat selanjutnya tentang khusyu’ yakni Qs. al-Isra’: 109
وخيرون لألذقان يبكون ويزيدهم خشوعا
Yang artinya: Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.
Penafsiran ayat ini menurut tafsir Ibnu Katsir yakni mereka menyungkurkan muka sambil menangis sebagai ungkapan rasa rendah diri mereka kepada Allah Subhanahu wata'ala, iman serta percaya mereka kepada kitab dan rasulNya.
Dengan rasa itu mereka bertambah iman dan berserah diri kepadaNya. Dari penafsiran ini disimpulkan bahwa khusyuk yang dimaksud Ibnu Katsir adalah berserah diri kepada Allah atas kerendahan diri, iman serta kepercayaan mereka terhadap Allah dan RasulNya.
Ayat selanjutnya tentang khusyuk yakni Qs. al-Mu’minun: 1-2
قد أفلح املؤمنون الذين هم يف صالهتم خاشعون
Yang artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.
Menurut penafsiran al-Qurthubi keberuntungan orang-orang yang beriman dikarenakan telah ditetapkannya pahala dan kebaikan bagi mereka.
Dan menurut al Mu’tamir meriwayatkan dari Khalid, dari Muhammad bin Sirri berkata bahwa asal diturunkan ayat “orang-orang yang Khusyuk” karena Nabi Shalallahu 'alaihi wassallam selalu melihat ke langit atau ke atas saat menunaikan shalat,
Setelah turunnya ayat itu maka beliau pun kemudian melihat ke tempat sujud, dan kemudian para sahabat pun shalat dengan mengahadap ke depan di dalam shalatnya dan melihat ke hadapan mereka.
Khusyuk disini maksudnya adalah serius dalam melaksanakan shalat, tidak ada kesombongan dan niat bermain-main didalamnya.
Maknanya adalah tunduk dan merendahkan diri ketika berada di hadapan Tuhannya. Khusyuk itu ada di dalam hati,apabila hati khusyuk maka seluruh anggota tubuh akan khusyuk karena kekhusyukan hatinya. Sebab hati adalah raja bagi anggota tubuh.
Ada seorang ulama yang jika melaksanakan shalat, maka dia akan merasa takut kepada Allah untuk mengarahkan pandangannya kepada sesuatu dan membisikkan sesuatu dari urusan dunia di dalam hati. Atha’ berkata bahwa khusyuk adalah tidak memainkan sesuatu dari tubuhnya di dalam salat.
Dari penafsiran ini dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang khusyuk dalam shalatnya akan menjadi orang yang beruntung. Yakni dengan cara salat yang tidak menengadahkan kepala ke langit ataupun menggerak-gerakkan anggota tubuhnya ketika shalat.
Dengan penafsiran ayat-ayat khusyuk diatas dapat disimpulkan bahwa khusyukmemiliki berbagai makna, yakni;
1. Orang-orang yangkhusyuk adalah orang-orang yang menyakini akan bertemu dengan rabb (Tuhan) mereka.
2. Orang yang khusyuk adalah yang senantiasa bersegera melakukan amal saleh dan berdoa agar amalnya diterima oleh Allah Subhanahu wata'ala dengan pengharapan pahala dariNya dan pencemasan akan siksaanNya.
3. Orang yang khusyuk adalah orang yang khusyuk hatinya dalam mengingat Allah, yaitu lunak ketika mengingat, menasehati, dan mendengarkan Al-qur'an, lalu berusaha memahaminya, tunduk kepadanya, mendengarkannya, dan menaatinya,
Dan sebaliknya orang yang hatinya mengeras bisa disebabkan lantaran hati lupa mengingat Allah dan tidak khusyuk kepada yang Maha Benar.
4. Orang yang khusyuk adalah orang yang berserah diri kepada Allah atas kerendahan diri, iman serta kepercayaan mereka terhadap Allah dan RasulNya.
5. Orang yang khusyuk adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan shalat, tidak ada kesombongan dan niat bermain-main didalamnya. Dengan arti lain tunduk dan merendahkan diri ketika berada di hadapan Tuhan
SIFAT ORANG-ORANG YANG KHUSYUK
Menurut Hasan al-Bashri penggambaran sifat orang-orang yang khusyukadalah sebagai berikut:
1. Apabila panggilan Allah sampai kepada mereka maka mereka akan mempercayainya, kepercayaan dan keyakinan itu tertanam dalam hati.
2. Hati, pandangan dan tubuh mereka senantiasa tunduk kepada Allah.
3. Mereka tidak akan merasa tenang kecuali dengan kembali kepada Alquran.
4. Jika mereka dibodoh-bodohi, maka mereka akan tetap bersikap lemah lembut.
5. Mereka selalu mengahabiskan siang hari dengan beribadah kepada Allah, dan kemudian berdzikir pada malam harinya.
6. Mereka berdiri dalam shalat untuk allah dan bersujud untuk allah. Dan air mata bercucuran apabila berpisah dengan Allah.
7. Telah padamnya hawa nafsu oleh rasa takut dan penghormatan.
Dengan demikian seluruh anggota tubuhnya bertahmid, hatinya tenang dan tentram kepada Allah ta'ala.
CARA-CARA MEWUJUDKAN KHUSYUK DALAM SALAT
Adapun dalam memperoleh khusyuk itu ada beberapa hal yang perlu ditanamkan dalam diri seorang muslim dalam melakukan ibadah terutama shalat adalah sebagai berikut:
1. Merasakan kehinaan dan kefakiran dalam diri kita.
Dalam hal ini seseorang bisa merasakan kekhusyukan apabila ia merasa dirinya hina dihadapan sang pencipta yaitu Allah Subhanahu wata'ala, dan merasakan bahwa ia adalah hamba yang selalu alfa dan tak luput dari kesalahan. Dengan itu ia akan selalu melakukan kebaikan dan bersegera melaksanakan perintah-perintahNya.
2. Sujudnya hati dalam Shalat.
Hal ini dapat disebut sebagai Khusyuk batin. Karena harus ada nya penyesuaian hati dengan kehusyukan badan. Seperti halnya jika badan telah sujud, maka hati juga harus sujud mengikutinya.
Dari sini maka jadilah seorang hamba yang hina di hadapan keagungan Rabb nya, tunduk kepada kemuliaanNya, dan kembali kepadaNya dalam keadaan tenang, merendah, tunduk dan merasa hancur.
3. Merasakan kedekatan.
Perasaan kedekatan ini dapat dirasakan ketika seorang hamba memperpanjang sujud dalam salatnya. Karena seorang Muslim tidak bisa mendekat kepadaNya pada satu waktu dari waktu-waktu yang ada sedekat waktu sujud.
Dari sujud ini bisa jadi menjadi perantara ketenangan dan ketentraman hati dan jiwa seorang muslim, dan dari sebab kedekatan ini, Allah akan langsung mengijabahkan do’a orang-orang yang berdoa selama sujudnya.
4. Menjauhkan diri dari was-was.
Was-was adalah dialog dengan diri sendiri dan bisikan setan yang dua-duanya tidak bermanfaat dan tidak memiliki kebaikan. Dan was-was merupakan penghalang utama kekhusyukan dalam beribadah terutama salat. Jika seorang hamba berhasil terhindar dari penyakit ini, berarti ia telah terhindar dari banyak aspek lainnya.
5. Mengarahkan pandangan pada tempat sujud dan jari telunjuk.
Mengarahkan pandangan pada tempat sujud dan jari telunjuk sewaktu tasyahud merupakan salah satu faktor penunjang kekhusyukan dalam salat karena nabi Shalallahu 'alaihi wassallam melakukannya. Maka sunah hukumnya orang yang sedang salat mengarahkan pandangan pada kedua hal tersebut.
6. Membaca dengan Tartil dan merenungkan maknanya.
Seseorang tidak akan dapat merenungi makna satu bacaan, kecuali jika ia memahami makna yang dibacanya.
Apabila seseorang dapat memahami, merenungkan, dan memikirkan makna ayat yang ia baca niscaya ia akan mencucurkan air matanya, dan ayat itu akan memberi pengaruh yang besar pada dirinya.
Berdasarkan keterangan ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan khusyuk maka didapati pengertian bermacam-macam yang hakikatnya tetap mengacu kepada merendahkan diri.
Bervariasinya pengertian khusyuk dalam Alquran ini menunjukkan bahwa sifat khusyuk tidak hanya berlaku dalam satu konteks ibadah saja seperti shalat akan tetapi bisa meluas kepada berbagai aspek baik yang berhubungan dengan ibadah maupun yang berhubungan dengan non ibadah.
Namun khusyu’ dalam ibadah yang sulit diukur dengan ilmu fiqih sebab khusyuk adalah komunikasi seorang hamba dengan Allah yang tidak selalu melibatkan gerakan lisan atau anggota tubuh lainnya karena yang lebih menentukan kekhusyukan adalah penghayatan terhdap apa yang diungkapkan dalam hati.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa khusyuk itu masalah gaib atau sesuatu yang tidak terukur. Justru, khusyuk adalah tingkatan yang mesti kita capai dan kita upayakan, baik dalam shalat, membaca Alquran, berdoa, atau dalam hal yang lainnya.
0 Response to "PENGERTIAN KHUSYUK DALAM Al-QUR'AN"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak