Ahli Ibadah yang Berlaku Sombong

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya yang setia dan Istiqomah.

Sombong adalah menolak kebenaran, mengagungkan diri sendiri ('ujub), dan merendahkan yang lain.

Seperti yang sudah banyak diceritakan, kesombongan selalu membawa bahaya dan menghilangkan segala kemuliaan. 

Bahkan seorang yang maksiat saja bisa lebih baik dari ahli ibadah apabila sang ahli ibadah dibutakan dengan kesombongannya. 

Sedangkan seorang yang maksiat menyadari begitu rendahnya dia dan mengakui dosanya.

Seorang tokoh sufi dari Mesir, Syeikh Ibnu Atha’illah As-Sakandary mengatakan bahwa:

“Maksiat yang menciptakan (tapi tumbuh) sikap hina dina dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu lebih baik daripada ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang menciptakan sikap merasa lebih mulia dan sombong.”

Sebesar apapun dosa dan kejahatan yang diperbuat seseorang, jika kemudian dia bertobat maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan membukakan pintu ampunan dan menyambut dengan kegembiraan yang Maha dahsyat.

Fudhail bin Iyadh menyampaikan nasehat, 

“Wahai orang yang patut dikasihani, kamu orang jahat, tetapi menganggap dirimu baik. Kamu itu orang jahil tetapi menganggap dirimu berilmu. Kamu bakhil, tetapi menganggap dirimu dermawan. Umurmu pendek, tetapi angan-anganmu panjang.”

Seperti yang dikisahkan, seseorang yang dijuluki Khali’ yaitu seorang pemuda yang suka berbuat kemaksiatan besar.

Pada suatu waktu ia bertemu dengan seorang ‘abid, yakni seorang yang taat beribadah dari kaum Bani Israil.

Lalu si khali’ berkata, “Aku adalah seorang pendosa yang suka berbuat kemaksiatan, sementara orang itu adalah seorang ‘abid, sebaiknya aku duduk disebelahnya, dan Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadaku dan memaafkan dosaku.”

Kemudian si khali’ duduk disebelah si ‘abid.

“Aku adalah seorang yang taat beribadah, sementara pria ini adalah seorang yang amat suka berbuat kemaksiatan, pantaskah aku duduk bersebelahan dengannya ?” gumam si ‘abid. Dan tiba-tiba si ‘abid memaki serta menendang si khali’ hingga jatuh tersungkur.

Lalu Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam mengenai peristiwa ini.

“Perintahkanlah kepada kedua orang ini yaitu ‘abid dan khali’ untuk memperbanyak amal mereka. Sesungguhnya Aku benar-benar telah mengampuni dosa-dosa khali’ dan menghapus semua amal ibadah ‘abid.”

Dengan demikian semua dosa-dosa yang pernah diperbuat oleh si ahli maksiat menjadi terhapuskan karena ia merasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas semua dosa yang telah dilakukannya.

Sementara Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghapuskan semua amal ibadah yang telah dikerjakan oleh si ahli ibadah karena sifatnya yang sombong dan merasa dirinya lebih mulia dibandingkan si ahli maksiat.

Apa yang sebenarnya membuat kedudukan si alim lebih rendah daripada si maksiat adalah sikapnya yang begitu menyombongkan diri dan menganggap mulia dirinya.

Sedangkan seseorang yang suka bermaksiat itu menyadari dan menimbulkan rasa hina pada dirinya sendiri.

Apalagi ahli ibadah juga menghakimi dan menghujat bahwa orang yang bermaksiat itu tidak pantas duduk bersandingan dengannya.

Padahal hanya Allah lah yang pantas untuk memberi penghakiman terhadap orang lain.

Hal ini tentunya dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, Sedikit amal bisa membuat kita memandang rendah orang lain.

Sedikit amal membuat kita menjadi hakim atas tindakan benar-salahnya orang lain.

Sebuah kisah yang hampir sama juga diceritakan di dalam kitab Sittuna Qishshah yaitu “kisah ahli ibadah yang masuk neraka dan ahli maksiat yang masuk surga”.

Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Pada zaman Bani Israil dahulu, hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya.

Yang satu suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah.

Setiap kali orang yang ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan dosanya.

Suatu kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, ‘Berhentilah dari berbuat dosa.’

Dia menjawab, ‘Jangan pedulikan aku, terserah Allah akan memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi apa yang aku lakukan.’

Laki-laki ahli ibadah itu menimpali,

‘Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni oleh-Nya atau kamu tidak mungkin dimasukkan ke dalam surga Allah.’

Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan keduanya di hadapan Allah Robbul’Alamin.

Allah ta’ala berfirman kepada lelaki ahli ibadah, ‘Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tanganKu.’

Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, ‘Masuklah kamu ke dalam surga berkat rahmat-Ku.’

Sementara kepada ahli ibadah dikatakan, ‘Masukkan orang ini ke neraka’.”

(HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Mubarak dalam Az-Zuhd, dan Ibnu Abi Dunya dalam Husn Az-Zhan, dan Al-Baghawi Syrah As-Sunnah)

Kedua cerita di atas sama- sama mengajarkan bahwa seseorang yang mulia dan lebih tinggi derajatnya tidak hanya dilihat dari banyak atau sedikitnya dosa, tapi juga dilihat implikasi atau dampak dari amal itu.

Jika dia yang banyak amal baiknya menjadi takabbur tentunya semua amal itu akan lenyap. Sedangkan jika si pendosa merasa bersalah dan berusaha untuk bertobat maka akan musnahlah seluruh dosanya.

“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat (istighfar intropeksi diri dan berusaha untuk tidak mengulangi lagi) ”.( HR Tirmidzi 2499 )

“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan) dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya. Dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik” (HR. Tirmidzi)

Allah Ta’ala berfirman,

Ψ₯ِΩ†َّ Ψ§Ω„ْΨ­َΨ³َΩ†َΨ§Ψͺِ يُΨ°ْΩ‡ِΨ¨ْΩ†َ Ψ§Ω„Ψ³َّيِّΨ¦َΨ§Ψͺِ

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk” (QS. Huud: 114)

Waspadailah bicara hati kita!

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda:

“Jika kalian tidak pernah melakukan dosa, niscaya sesungguhnya yang paling ditakutkan pada kalian adalah yang jauh lebih dahsyat yaitu ‘ujub (merasa kagum pada diri sendiri).”(HR. Imam Ahmad)

Itulah informasi dari Ahli Ibadah yang  Berlaku Sombong Wallahu a’lam. Semoga dapat menambah pengetahuan kita. Terima kasih atas kunjungannya.

0 Response to " Ahli Ibadah yang Berlaku Sombong"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak