Kisah Dua Malaikat Pencuci Hati Nabi

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah hingga hari akhir.

Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang manusia yang sangat mulia. Didadanya tidak ada lagi pikiran yang kotor, perasaan sombong, iri, dengki, dan perasaan serta sifat tercela lainnya. 

Pada suatu hari yang sangat terik, seperti biasa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam yang baru berumur tiga atau empat tahun ikut menggembala kambing bersama anak kandung Halimah. 

Mereka menggiring kambing ke sebuah padang rumput dan menggembalakannya seperti biasa. Masa-masa menggembalakan kambing adalah masa-masa yang sangat menyenangkan. 

Mereka dapat bermain sepuasnya sambil tetap memperhatikan kambing-kambing itu mencari makanan sendiri. 

Mereka dapat bersenda gurau atau berpura-pura menunggangi kuda padahal mereka sedang menunggangi kambing. 

Hubungan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam dengan anak-anak Halimah, saudara sesusuannya sangat baik dan akrab.

Suatu hari Halimah mendapati anaknya kembali seorang diri tanpa Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam bersamanya. Wajahnya tampak kaget ketakutan. 

Dengan terbata-bata dan napas yang tersengal-sengal, dia mengatakan bahwa Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam dibawa oleh dua orang laki-laki yang berpakaian serba putih. 

Setelah diikuti, ternyata dua orang lelaki itu membawa Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam ke suatu tempat, kemudian menelentangkannya di atas rumput dan membelah dadanya. 

“Dua orang laki-laki itu telah membunuh Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam!” kata anak Halimah sambil menangis terisak-isak.

Halimah dan suaminya tersentak kaget. Mereka tidak mempercayai ucapan anaknya tadi. Apa benar Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam sudah dibunuh? Jika ia, siapa yang membunuhnya dan untuk apa membunuhnya? 

Bagaimana mereka harus mengatakan kepada ibunda Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam, yaitu Aminah dan keluarganya jika benar Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam sudah dibunuh orang? 

Pikiran itu berkecamuk di kepala mereka. Tanpa menunggu waktu lama, mereka segera berlari menuju tempat yang disebutkan anaknya. 

Mereka harus segera mengetahui keadaan Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam Halimah dan suaminya sampai di tempat yang ditunjukkan. 

Mereka menarik napas lega ketika mendapati Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk di atas tanah dengan wajah sangat pucat ketakutan. 

“Wahai Muhammad, apakah kamu baikbaik saja? Apa yang telah terjadi terhadapmu?” tanya Halimah sambil memeluk Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam erat-erat. 

Dia sangat bersyukur anak asuhnya baik-baik saja. “Dua orang laki-laki berpakaian putih mendatangiku. Mereka menyuruhku telentang dan kemudian mereka membelah dadaku. 

Mereka mencari sesuatu di dadaku dan akhirnya membuangnya ketika mereka sudah menemukannya. Setelah itu mereka segera pergi dengan cepat tanpa aku menyadari kepergiannya,” jawab Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam.

Begitulah, ketika Allah Subhanahu wa Ta 'ala. melalui malaikat yang diperintah-Nya membersihkan dan menyucikan hati Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam ketika ia masih sangat kecil. 

Malaikat Jibril mengambil jantung Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam dan membuang segumpal darah dari jantung tersebut yang merupakan bagian setan dari diri Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. 

Setelah itu, jantung Nabi Muhammad dicuci dengan air zamzam yang dibawa oleh Malaikat Mikail dan dikembalikan lagi ke tempatnya semula. (Dikutip dari: 99 Kisah Menakjubkan dalam al-Qur’ān).

Kejadian ini terekam dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

عَنْ أَنَسٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاهُ جِبْرِيلُ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ ، فَأَخَذَهُ ، فَصَرَعَهُ ، فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ ، فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً ، فَقَالَ : هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ ، ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ، ثُمَّ لأَمَهُ وَأَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ ، وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ يَعْنِي ظِئْرَهُ ، فَقَالُوا : إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ ، فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقِعُ اللَّوْنِ قَالَ أَنَسٌ : فَكُنْتُ أَرَى أَثَرَ الْمَخِيطِ فِي صَدْرِهِ.

Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam didatangi malaikat Jibril saat beliau sedang bermain bersama anak- anak. Kemudian Jibril mengambilnya, membaringkannya, membelah hatinya, lalu mengeluarkan segumpal darah darinya seraya berkata “Ini bagian setan darimu, kemudian mencucinya dengan air zam- zam dalam bejana yang terbuat dari emas. Setelah itu menjahitnya dan mengembalikan ke tempat semula. Anak-anak berlarian mendatangi ibu susuannya, mereka berkata “Muhammad telah dibunuh”. Lalu mendatang Muhammad dalam keadaan berwajah pucat (karena ketakutan). Anas berkata aku melihat bekas jahitan tersebut di dada beliau.

Para ulama’ sepakat tentang kebenaran Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam  dibelah dadanya sewaktu kecil. Mereka hanya berselisih dalam alur kisah yang terjadi. 

Dalam kitab sejarah karya Ibnu Hisyam dikisahkan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam  sedang menggembala kambing bersama saudara susuannya, lalu ada dua mahluk berpakaian putih yang mendatangi beliau dan membelah dadanya, mengeluarkan dua gumpalan hitam dari hatinya, lalu mencucinya dengan air salju dan air dingin. 

Kisah ini juga terekam dalam hadis riwayat Ahmad dan al-Darimy:

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam disucikan hatinya oleh para malaikat sebanyak tiga kali. Yang pertama ketika beliau masih kecil, yang kedua sebelum menerima wahyu dan yang terakhir ketika hendak naik ke langit pada peristiwa Isra’ Mi’raj. Pendapat ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar al-‘Atsqalani dan imam al-Baihaqi.

Terdapat banyak riwayat yang menjelaskan tentang kisah nabi dibelah dadanya sebelum menerima wahyu. Di antara yang meriwayatkan adalah Abu Daud at-Thayalisi, al-Baihaqi, Abu Nu’aim dan Harits.

Imam al-Baihaqi meriwayatkan hadis yang disampaikan oleh Ibnu Syihab, bahwa suatu hari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam  bermimpi sesuatu yang dahsyat. 

Mimpi tersebut diceritakan pada Khadijah. Lalu nabi keluar dari rumahnya dan ketika kembali beliau memberi tahu Khadijah bahwa dadanya dibelah dan hatinya dibasuh berkali- kali.

Khadijah mengatakan bahwa itu adalah suatu kebaikan. Tak lama kemudian Jibril menampakkan wujudnya pada nabi, ketika itu beliau berada di Mekah, Jibril duduk bersama nabi di atas permadani yang terbuat dari permata, lalu memerintahkan nabi untuk membaca “Iqra’ bismi rabbikalladzii khalaq”.

Dalam riwayat lain yang disampaikan oleh Aisyah, disebutkan bahwa nabi dibelah dadanya sebelum menerima wahyu di gua Hira’.

Adapun riwayat yang menjelaskan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam  dibelah dadanya sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj sebagaimana yang terdapat dalam hadis sohih al-Bukhari

كَانَ أَبُو ذَرٍّ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فُرِجَ عَنْ سَقْفِ بَيْتِي وَأَنَا بِمَكَّةَ فَنَزَلَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَجَ صَدْرِي ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ جَاءَ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً وَإِيمَانًا فَأَفْرَغَهُ فِي صَدْرِي ثُمَّ أَطْبَقَهُ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَعَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا…الخ

Abu Dzar menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam  bersabda “saat aku di Mekah atap rumahku terbuka, tiba- tiba datang malaikat Jibril, lalu dia membelah dadaku, kemudian mencucinya dengan air zam- zam. Dibawanya pula bejana terbuat dari emas berisi hikmah dan iman, lalu dituangnya ke dalam dadaku dan menutupnya kembali. Lalu dia memegang tanganku dan membawaku menuju langit dunia….. (sampai akhir hadis Isra’ Mi’raj)

Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bejana emas adalah bejana yang paling baik di antara bejana- bejana yang ada di surga. 

Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan bejana emas hanya husus untuk malaikat atau bisa jadi waktu itu masih diperbolehkan menggunakan bejana emas, sebab larangan menggunakan wadah dari emas terjadi ketika Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam  hijrah ke Madinah. 

Adapun yang dimaksud dengan iman dan hikmah adalah sesuatu yang bisa menyampaikan pada kesempurnaan iman dan hikmah.

Terdapat beberapa riwayat yang berbeda tentang pembelahan dada nabi, ada yang mengatakan malaikat membelahnya dari ujung leher sampai dada dan ada pula yang mengatakan dari perut sampai dada. Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa yang membelah dada nabi adalah malaikat Jibril dan mika’il.

Beberapa ulama’ ada yang menolak pendapat yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dibelah dadanya pada peristiwa sebelum isra’ mi’raj. 

Diantaranya as-Suhaily, Ibnu Dihyah, Ibn al-Munir dan beberapa ulama lain berpendapat bahwa nabi dibelah dadanya sebanyak dua kali. 

Kemudian Ibnu Hajar al-‘Atsqalani menjelaskan secara panjang lebar tentang tujuan disucikannya hati Rasulullah sebanyak tiga kali.

Yang pertama adalah ketika beliau masih kecil, hal ini bertujuan untuk menjaga dari gangguan syeitan dan mempersiapkan pribadi yang sempurna. 

Yang kedua ketika hendak menerima wahyu hal ini bertujuan untuk menambahkan kemuliaan nabi dan menerima wahyu dalam keadaan hati yang bersih dan keadaan yang sempurna. 

Dan yang terakhir ketika hendak melakukan perjalanan isra’ mi’raj hal ini bertujuan untuk keselamatan.

Terlepas dari semua itu, menurut Ibnu Hajar, pembasuhan hati sebanyak tiga kali merupakan pengukuhan untuk tercapainya kebersihan hati seseorang yang akan diutus menjadi nabi.

Pendapat lain ada yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam  pernah dibelah dadanya pada usia sepuluh tahun. 

Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, Ibnu ‘Asakir dan Abu Nu’aim dalam kitabnya:

Abu Hurairah bertanya kepada nabi tentang kejadian pertama dalam hal kenabian. Nabi menjawab “Suatu hari ketika usiaku sepuluh tahun, aku berjalan di Sahra’, tiba- tiba ada dua laki- laki di atas kepalaku, yang satu bertanya pada temannya “apakah dia orangnya ?” temannya menjawab “iya”. Kemudian keduanya mengambilku, meletakkanku pada punggungnya dan membelah perutku. Lalu salah satunya mengambil Air dalam bejana emas dan membasuh perutku. Kemudian salah satunya berkata lagi “belahlah dadanya!” aku melihat dadaku terbelah dan tidak merasakan sakit. Ia berkata lagi “belah hatinya dan keluarkan sifat dengki dan dendam” lalu temannya mengeluarkan segumpal darah dan membuangnya. Kemudian memasukkan rahmat dan belas kasih pada hatiku.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh salah seorang yang bernama Mu’adz bin Ubay, menurut al-Daruquthni Mu’adz adalah seorang perawi yang majhul. 

Sedangkan menurut Abu Nu’aim penyebutan usia “sepuluh tahun” yang diriwayatkan Mu’adz dari ayahnya, berbeda dengan periwayatan yang lain.

Demikian kisah Kisah Dua Malaikat Pencuci Hati Nabi. Semoga bermanfaat. Terima Kasih atas kunjungannya

0 Response to "Kisah Dua Malaikat Pencuci Hati Nabi"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak