Sayang, Patuh dan Hormat Kepada Orang Tua dan Guru

ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู…ِ
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah hingga hari akhir.

Kedua orang tua adalah orang yang paling berjasa kepada anak-anaknya. Berkat kasih sayang mereka, seorang anak dapat menikmati hidup dengan bahagia. 

Bahkan, kesuksesan seorang anak tidak terlepas dari pendidikan dan doa yang diberikan oleh keduanya. Mereka rela menunda rasa kantuknya, rasa lapar, rasa dinginnya malam demi sang buah hati agar dapat terlelap tidur. 

Mereka bekerja membanting tulang dan peras keringat agar pendidikan anak-anaknya dapat tercukupi dengan baik. Tidak hanya itu, mereka pun berusaha bagaimana dapat membahagiakan anak-anaknya. Bagi mereka, memiliki anak yang sehat, cerdas, dan patuh adalah harta yang tiada terkira nilainya.

Oleh karena itu, seorang anak wajib menyayangi, menghormati dan patuh kepada kedua orang tuanya. Banyak ayat al-Qur’ฤn maupun hadis Rasulullah yang menyatakan kewajiban untuk taat dan patuh kepada keduanya. 

Kepatuhan seorang anak kepada kedua orang tua merupakan amal ibadah yang sangat mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga durhaka kepada keduanya merupakan bagian dari dosa yang besar di sisi AllahSubhanahu wa Ta'ala. 

Berbahagialah kamu yang masih memiliki kedua orang tua karena pintu rezeki dan kesuksesan terbuka sangat luas dari berbakti kepada keduanya. 

Manfaatkanlah sisa umur mereka untuk selalu memberikan kasih sayang, penghormatan, dan ridho keduanya.

Selain orang tua, guru adalah pihak lain yang memiliki jasa cukup besar terhadap kesuksesan seseorang. Ia adalah wakil kedua orang tua di luar rumah. 

Dengan kasih sayang yang tulus, seorang guru dapat mencetak dan menghasilkan manusiamanusia yang bermoral, terdidik, cerdas, dan beradab. Melalui gurulah pendidikan yang tidak didapat di rumah dari orang tua diajarkan di sekolah. 

Keberadaan orang tua bagi seorang anak ibarat sebuah pohon dan buahnya. Tidak akan ada buah tanpa pohon, dan kuranglah bermanfaat sebuah pohon tanpa buah yang baik. 

Oleh karena itu, hubungan antara orang tua dan anak mestilah menjadi hubungan yang harmonis dan saling melengkapi. Bagi orang tua, menyayangi dan mengasihi anak tidak terbatas ruang dan waktu. 

Mereka tidak pernah lelah dan lalai dalam memberikan kasih sayang dan perhatiannya kepada anak-anaknya. Mereka mengerjakan apa yang menjadi kebutuhan anak-anaknya mulai bangun tidur hingga tidur kembali.

Di lain pihak, tidak sedikit anak yang tidak memperhatikan dan tidak peduli kepada orang tuanya. Ketika usia masih kecil hingga remaja, mereka kadang enggan menuruti nasihat dan perintah orang tuanya. 

Demikian pula, ketika mereka sudah dewasa dan sukses dalam karir, tak jarang orang tuanya terabaikan tanpa kasih sayang seperti kasih sayang yang didapatnya dari orang tua ketika kecil hingga besar.

Bahkan, tidak sedikit seorang anak memperlakukan orang tuanya jauh dari sikap hormat, kasih, dan sayang.

Perilaku anak yang tidak baik terhadap orang tuanya, atau murid terhadap gurunya merupakan perbuatan yang sangat tercela. 

Mereka mungkin menjadi korban dari tayangan yang tidak baik yang mereka tonton atau mungkin pemahaman agama yang dangkal sehingga mereka luput dari perilaku yang terpuji. 

Apa pun alasannya, mulai saat ini dan mulai dari diri kita sendiri, mari kita hormati, sayangi, dan patuhi perintah kedua orang tua dan guru selama perintah tersebut tidak melawan syari’at Islam.

Makna Orang Tua bagi Anak

Orang tua memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Setiap anak memiliki kewajiban untuk berbuat baik terhadap kedua orang tuanya. 

Kasih sayang yang tulus yang diberikan orang tua tidak akan mampu dibayar dengan uang oleh seorang anak. 

Oleh karena itu, kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan orang tua harus dibalas dengan kebaikan, kasih sayang, dan pengorbanan yang serupa, meski tidak sebanding. 

Islam mengenal dua macam orang tua yang harus dihormati, yakni orang tua biologis yang telah melahirkan kita dan orang tua rohani yang telah mengantarkan kita mengenal Allah Subhanahu wa ta'ala.

Kewajiban Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, mengasihi, menyayangi, menghormati, mendoakan, taat, dan patuh terhadap apa yang mereka perintahkan, termasuk melakukan hal-hal yang mereka sukai adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap anak kepada orang tuanya. 

Perilaku tersebut di dalam istilah agama Islam dinamakan birrul walidain. Birrul walidain adalah hak kedua orang tua yang harus dilaksanakan oleh setiap anak, sepanjang keduanya tidak memerintahkan atau menganjurkan kemaksiatan atau kemusyrikan. 

Bahkan, seorang anak tetap harus berbakti meskipun orang tuanya kafir atau musyrik. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala melalui firman-Nya dalam surah Luqmฤn/31:15 :

ูˆَุฅِู†ْ ุฌَุงู‡َุฏَุงูƒَ ุนَู„َู‰ٰ ุฃَู†ْ ุชُุดْุฑِูƒَ ุจِูŠ ู…َุง ู„َูŠْุณَ ู„َูƒَ ุจِู‡ِ ุนِู„ْู…ٌ ูَู„َุง ุชُุทِุนْู‡ُู…َุง ۖ ูˆَุตَุงุญِุจْู‡ُู…َุง ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู…َุนْุฑُูˆูًุง ۖ ูˆَุงุชَّุจِุนْ ุณَุจِูŠู„َ ู…َู†ْ ุฃَู†َุงุจَ ุฅِู„َูŠَّ ۚ ุซُู…َّ ุฅِู„َูŠَّ ู…َุฑْุฌِุนُูƒُู…ْ ูَุฃُู†َุจِّุฆُูƒُู…ْ ุจِู…َุง ูƒُู†ْุชُู…ْ ุชَุนْู…َู„ُูˆู†َ

Artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. Luqman : 15)

Islam mengatur hubungan antara anak terhadap kedua orang tuanya dan tata cara pergaulannya. Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang saling berkaitan. 

Seorang anak tidak diperkenankan mengucapkan kata-kata yang kurang berkenan terhadap kedua orang tua, apalagi hingga membuat mereka sakit hati. Allah Subhanahu wa ta'ala. berfirman:

 ูˆَู‚َุถٰู‰ ุฑَุจُّูƒَ ุงَู„َّุง ุชَุนْุจُุฏُูˆْุٓง ุงِู„َّุงٓ ุงِูŠَّุงู‡ُ ูˆَุจِุงู„ْูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ ุงِุญْุณٰู†ًุงۗ ุงِู…َّุง ูŠَุจْู„ُุบَู†َّ ุนِู†ْุฏَูƒَ ุงู„ْูƒِุจَุฑَ ุงَุญَุฏُู‡ُู…َุงٓ ุงَูˆْ ูƒِู„ٰู‡ُู…َุง ูَู„َุง ุชَู‚ُู„ْ ู„َّู‡ُู…َุงٓ ุงُูٍّ ูˆَّู„َุง ุชَู†ْู‡َุฑْู‡ُู…َุง ูˆَู‚ُู„ْ ู„َّู‡ُู…َุง ู‚َูˆْู„ًุง ูƒَุฑِูŠْู…ًุง 

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S. alIsrฤ : 23)

Ayat ke-23 surah al-Isrฤ di atas, menjelaskan bahwa setiap anak mesti memberikan perhatian kepada orang tuanya. 

Sopan santun, baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan nilai-nilai yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya. 

Bahkan, ucapan “ah”, “ih”, “hus” yang bernada penolakan atau pembangkangan terhadap perintahnya adalah dilarang, apalagi sampai memukul atau perbuatan kasar lainnya yang menyakiti mereka.

Dalam ayat yang lain Allah Subanahu wa ta'ala berfirman:

ูˆَูˆَุตَّูŠูۡ†َุง ุงู„ุۡงِู†ุۡณَุงู†َ ุจِูˆَุงู„ِุฏَูŠูۡ‡ِ ุญُุณูۡ†ًุง‌ ؕ ูˆَุงِู†ۡ ุฌَุงู‡َุฏٰูƒَ ู„ِุชُุดุۡฑِูƒَ ุจِู‰ۡ ู…َุง ู„َู€ูŠุۡณَ ู„َู€ูƒَ ุจِู‡ٖ ุนِู„ูۡ…ٌ ูَู„َุง ุชُุทِุนูۡ‡ُู…َุง ؕ ุงِู„َู‰َّ ู…َุฑุۡฌِุนُูƒُู…ۡ ูَุงُู†َุจِّุฆُูƒُู…ۡ ุจِู…َุง ูƒُู†ุۡชُู…ۡ ุชَุนูۡ…َู„ُูˆูۡ†َ

Artinya: “Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. Al-'Ankabut : 8)

Jadi, jelaslah bahwa perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan perintah langsung dari Allah Subanahu wa ta'ala yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman. 

Kepatuhan kepada kedua orang tua merupakan bukti kepatuhan kepada Allah, dan kedurhakaan kepada keduanya merupakan kedurhakaan kepada AllahSubanahu wa ta'ala.

Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua Islam menempatkan kedudukan orang tua pada tempat terhormat dalam al-Qur’ฤn. 

Kedua orang tua menempati posisi penting dalam berbakti seorang manusia setelah beribadah kepada AllahSubanahu wa ta'ala. 

Perlakuan kepada keduanya merupakan pintu keberkahan maupun kesulitan bagi seorang anak. Jika seorang anak berbakti dan memperlakukan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang Allah perintahkan, Allah akan memberikan keberkahan hidup kepada anak tersebut. 

Tetapi sebaliknya, jika seorang anak durhaka kepada ibu bapaknya, Allah tak segan-segan menyulitkan jalan hidupnya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan dalam sabdanya:

ุฑِุถَุง ุขู„ู„ู‡ِ ูِู‰ ุฑِุถَุง ุงْู„ูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ ูˆَุณُุฎْุทُ ุงู„ู„ู‡ِ ูِู‰ ุณُุฎْุทِ ุงْู„ูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ(ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจูŠู‡ู‚ู‰)

Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua”. (H.R. Baihaqi)

Banyak riwayat yang mengemukakan tentang keutamaan berbakti kepada orang tua. Keutamaan-keutamaan tersebut akan diperoleh seorang anak baik di dunia maupun di akhirat kelak. 

Adapun Keutamaan-keutamaan Berbakti kepada Orang tua di antaranya adalah seperti berikut:

1. Penghapus dosa besar

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam dan berkata, “Saya telah melakukan suatu dosa besar. Apakah mungkin dosa itu diampuni?” Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam bertanya, “Apakah kedua ibu bapakmu masih hidup?” Lelaki itu dengan sedih menjawab, “Keduanya telah meninggal dunia.” Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam. bertanya lagi, “Apakah kaupunya khallah (saudara ibu)?” “Ya punya.” Jawab lelaki itu. Maka Rasulullah kembali bersabda, “Baktikanlah dirimu kepadanya.” (H.R. Tirmizi, Ibnu Hibban, dan Hakim)

2. Dipanjangkan usia dan dilimpahkan rezeki

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam bersabda, “Siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dilimpahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada ibu bapaknya, dan memelihara silaturahim.” (H.R. Ahmad)

3. Akan mendapatkan bakti yang sama dari anak keturunan

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam bersabda, “Janganlah kalian mengganggu wanita milik orang lain, niscaya wanita milikmu tak anak diganggu orang, dan berbaktilah kepada ibu bapak kalian, agar anak-anakmu kelak berbakti kepadamu. Barangsiapa yang diminta maaf oleh saudaranya, hendaklah dimaafkannya, baik ia salah atau benar. Jika tidak ada yang mengamalkannya, maka ia tidak akan mendatangi al-haud (sebuah danau) di surga.” (H.R. al-Hakim)

4. Dimasukkan ke dalam surga

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam bersabda, “Pintu tengah terbuka untuk orang-orang yang birrul walidain. Barangsiapa yang berbakti kepada ibu bapaknya, akan terbukalah pintu itu, dan siapa yang durhaka kepada keduanya, tertutuplah pintu itu baginya.” (Dikeluarkan oleh Ibnu ลšahih dalam “AtTargib” dan oleh ad-Dailami dalam Musnadil Firdaus)

Hormat dan Patuh kepada Guru

Makna Seorang Guru

Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan sekaligus pendidikan akhlak terhadap murid-muridnya. Ia mengajari cara membaca, berhitung, berpikir, dan sebagainya. 

Guru juga mengajarkan nilai-nilai moral dan nilainilai akhlak yang tinggi kepada murid-muridnya. Ia tidak hanya memberikan pengetahuan saat di sekolah, tetapi juga memberikan bimbingan saat dibutuhkan di luar sekolah.

Setiap guru pasti akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang mungkin tidak didapatkan seorang anak dari orang tuannya di rumah. 

Tanpa pendidikan dan bimbingannya, bisa jadi kita tidak akan mengetahui segala yang nyata maupun yang tersembunyi di alam raya ini. 

Tanpa bimbingannya pula, bisa jadi kita tidak dapat membedakan mana yang benar maupun yang salah, mana yang dibolehkan dan mana yang dilarang. 

Jasa seorang guru dalam mendidik dan mencerdaskan murid-muridnya tidaklah dapat diukur dengan materi. Berkat jasa gurulah, kita menjadi terpelajar.

Dalam ajaran Islam, guru atau ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dibandingkan dengan orang lainnya. 

Ia merupakan pewaris para nabi dalam menyampaikan kebaikan kepada orang lain. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

ุงِู†َّู…َุง ูŠَุฎْุดَู‰ ุงู„ู„ّٰู‡َ ู…ِู†ْ ุนِุจَุงุฏِู‡ِ ุงู„ْุนُู„َู…ٰุۤคُุงۗ ุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ุนَุฒِูŠْุฒٌ ุบَูُูˆْุฑٌ

Artinya: “...Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S. Fฤtir/35:28)

Adab Seorang Murid kepada Guru

Sebagaimana seorang anak memperlakukan orang tuanya, bagitu pulalah sikap yang harus ditunjukkan oleh murid kepada gurunya. 

Karena jasanya yang sangat besar kepada murid-muridnya, sudah selayaknya seorang murid menerapkan perilaku atau adab yang baik kepada gurunya. 

Adapun adab seorang murid kepada guru di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Hendaklah merendahkan diri di hadapan guru, tidak keluar dari tempat belajar sebelum mendapat izin dari guru.

2. Hendaklah memandang guru dengan penuh rasa ta’zim atau hormat dengan meyakini bahwa gurunya memiliki kelebihan.

3. Hendaklah duduk di hadapan guru dengan sopan, tenang, dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru.

4. Hendaklah tidak berjalan, duduk, atau memulai perkataan sebelum meminta izin kepada guru.

5. Patuh terhadap perkataan dan perintahnya.

Perilaku yang mencerminkan sikap sayang, hormat, dan patuh kepada orang tua di antaranya adalah:

Jika orang tua masih hidup seperti berikut:

1. Mengucapkan salam saat akan meninggalkan atau menemuinya.

2. Mendengarkan segala perkataannya dengan penuh rasa hormat dan rendah hati.

3. Tidak memotong pembicaraannya karena itu akan menyakiti hati keduanya.

4. Berpamitan atau meminta izin ketika akan pergi ke luar rumah, baik untuk bersekolah atau keperluan laiinya.

5. Mencium tangan kedua orang tua jika akan pergi dan kembali dari bepergian.

6. Membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan lain yang akan meringankan beban orang tua.

7. Berbakti dengan melaksanakan nasihat dan perintah yang baik dari keduanya.

8. Merawat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran apalagi jika keduannya sudah tua dan pikun.

9. Merendahkan diri, kasih sayang, berkata halus dan sopan, serta mendoakan keduanya.

10. Menyambung silaturahim meskipun hanya melalui telepon ketika jarak sangat jauh.

11. Memberikan sebagian rezeki yang kita miliki meskipun mereka tidak membutuhkan.

12. Selalu meminta doa restu orang tua dalam menghadapi suatu permasalahan.

Jika orang tua telah meninggal dunia.

1. Melaksanakan wasiat dan menyelesaikan hak Adam yang ditinggalkannya (utang atau perjanjian dengan orang lain yang masih hidup).

2. Menyambung tali silaturahim kepada kerabat dan teman-teman dekatnya atau memuliakan teman-teman kedua orang tua.

3. Melanjutkan cita-cita luhur yang dirintisnya atau menepati janji kedua ibu bapak.

4. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. dari segala dosa orang tua kita.

Perilaku yang mencerminkan sikap hormat dan patuh kepada guru di antaranya adalah seperti berikut.

1. Mengucapkan salam dan mencium tangannya jika bertemu.

2. Mendengarkan pelajaran yang sedang diberikannya dengan penuh hormat.

3. Jujur dan terbuka dalam berbicara kepadanya.

4. Mengamalkan ilmunya dan membaginya kepada orang lain.

5. Tidak melawan, menipu, dan membuka rahasia guru.

6. Murid harus mengikuti sifat guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang.

7. Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati guru.

8. Bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut mendoakan keselamatan guru.

9. Menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari.

10.Sopan ketika berhadapan dengan guru, misalnya; duduk dengan tawadhu’, tenang, diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, menyimak perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan.

11.Tidak dibenarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.

Demikian kiranya mengenai Sayang, Patuh dan Hormat Kepada Orang Tua dan Guru. Semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjunganya.

0 Response to "Sayang, Patuh dan Hormat Kepada Orang Tua dan Guru"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak