Tahun Baru dalam Islam

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah.

Seperti yang kita ketahui, ada beberapa pergantian tahun baru yang terjadi dipenanggalan masyarakat kita, yaitu: tahun baru islam, masehi, imlek, dan lain sebagainya. Namun sebagai muslim sebaiknya kita lebih banyak mengenal tentang tahun baru Islam.

Sejarah Tahun Baru Islam: (Sejarah Penanggalan Hijriyah)

Bermulanya penanggalan Hijriyah dirintis pada masa kekhalifahan Sayyidina Umar Bin Khattab ra. Saat itu muncul wacana diperlukannya penanggalan yang baku dan seragam untuk berbagai urusan kenegaraaan dan kemasyarakatan. Kemudian muncullah berbagai usulan dari para sahabat.

Musyawarah dihadiri oleh para tokoh terkemuka dari kalangan sahabat. Dalam musyawarah muncul beberapa usulan untuk menentukan kapan dimulainya tahun baru Islam. 

Di antara usulan tersebut terdapat pendapat yang mengatakan penanggalan Islam dihitung dari peristiwa penyerangan Abrahah terhadap Ka’bah yang dikenal dengan Amul Fiil (tahun gajah).

Ada yang menyarankan kalau penanggalan Islam dihitung dari turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, dimana waktu itu beliau secara resmi dilantik oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai Nabi dan Rasul untuk seluruh umat.

Selain itu ada yang berpendapat bahwa penanggalan Islam dihitung dari hijrahnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam dari Mekkah ke Madinah, dengan alasan karena peristiwa itu merupakan pintu masuk kehidupan baru bagi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam dan umatnya dari masa kemusyrikan menuju masa tauhid (Islam).

Sejarah Tahun Baru Islam: (Muharram Ditetapkan Menjadi Bulan Pertama Hijriyah)

Ketika sedang bermusyawarah menentukan bulan apa yang menjadi bulan pertama pada Kalender Hijriyah. 

Ada yang menawarkan bulan Rabiul Awal sebagai bulan pertama tahun Hijriyah. Karena bulan itu ialah bulan hijrahnya pujaan hati kita yaitu sayyidina Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam.

Akan tetapi Sayyidina Umar justru memilih bulan Muharram untuk jadi bulan pertama pada susunan tahun Hijriyah. 

Selain karena rekomendasi Sayyidina Utsman, beliau memilih Muharram dengan alasan bahwa hijrah walaupun terjadi di bulan Rabiul Awal, akan tetapi muqadimah (permulaan) hijrah terjadi sejak di bulan Muharram.

Makna yang Terkandung dalam Tahun Baru Islam

1. Momentum Pergantian Tahun

Apabila dilihat dari sejarah mengenai kalender Islam pertama kali. Maka tahun baru Islam memiliki arti momentum pergantian tahun Islam dari tahun satu menuju tahun berikutnya.

Tidak seperti tahun Masehi dimana permulaan hari atau pergantian hari terjadi di jam 00:01, namun tahun baru Islam dimulai saat matahari terbenam atau munculnya bulan. 

Inilah yang menyebabkan Tahun Masehi dari Isa Al Masih dalam Islam dinamakan Tahun Syamsyiah (matahari), sementara untuk tahun Hijriah atau tahun Islam dinamakan tahun Qimariah (bulan). 

Apabila tahun baru Masehi berjumlah 30 atau 31 hari kecuali Februari 28 atau 29, maka tahun baru Islam memiliki 29 atau 30 hari. Ini yang menyebabkan terjadi selisih sekitar 10 sampai 12 hari setiap tahunnya.

2. Hijrahnya Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam

Tahun baru Islam juga memiliki arti hijrahnya Nabi MuhammadShallallahu 'Alaihi Wassallam dari Mekah menuju ke Madinah. 

Dan menjadi peristiwa penting lahirnya Islam sebagai agama yang berjaya. Dari hijrah tersebut, Islam mulai mengalami perkembangan yang pesat dan semakin luas sampai ke Mekah dan beberapa daerah di sekitarnya. 

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam melakukan hijrah bukan tanpa alasan, namun karena memperoleh wahyu dan juga sebuah bentuk respon untuk menanggapi masyarakat Arab yang tidak terlalu berkenan dengan ajaran Islam.

Dengan hijrahnya Nabi Muhammad tersebut, Islam juga mulai mengalami peningkatan dalam menunjukkan diri dan menjadi negara Islam (Daulah Islamiyah) terbentuk. 

Daulah Islamiyah di zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam sangat menjunjung tinggi toleransi yang termaktib dalam Piagam Madinah.

Firman allah:

وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS. Al-Hasyr: 9)

3. Semangat Perjuangan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam

Berkaitan dengan hijrahnya Nabi Muhammad tersebut, maka ini sekaligus memiliki arti semangat perjuangan tanpa mengenal kata putus asa serta rasa optimis yang tinggi. Yakni semangat hijrah dari hal buruk menuju hal yang penuh dengan kebaikan. 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam serta para sahabatnya melawan rasa sedih dan juga takut saat hijrah dimana mereka harus meninggalkan tanah kelahiran, saudara dan juga harta benda yang mereka miliki.

Sebagai bentuk kecintaan kita kepada baginda nabi, ahlul bait dan para sahabatnya. Teruslah kita menjaga semangat perjuangan Nabi kita, menjaga iman kita, menjaga ukhuwah agar tidak tercerai berai oleh fitnah, dan menolong sesama.

Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menolong sesama, salah satunya dengan membayar zakat dan bersedekah. Sebagaimana diketahui diwajibkan bagi kita untuk membayar zakat jika harta kita telah mencapai nishab dan haulnya. 

Dengan berzakat dan sedekah, Insyaa Allah kita bisa menolong sesama, menjaga ukhuwah diantara sesama muslim agar tidak tercerai-berai oleh fitnah. 

Dan Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala terus menjaga hati kita agar tetap bersih. Sehingga kita bisa terhindar dari maksiat, zina, syirik, dan perbuatan buruk lainnya yang tidak diridhai Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Wallahu a’lam bish-shawab. Terima kasih atas kunjungannya.

0 Response to "Tahun Baru dalam Islam"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak