Perbuatan Anggota Badan Dipengaruhi Oleh Keadaan Qalbu Seseorang
Makrifat dan Cahaya Ilahi yang ditetapkan Allah di dalam hati seseorang pasti akan muncul pada penampilan lahirnya, pada wajah dan anggota tubuh lainnya.
Ini adalah tanda untuk mengenali keadaan seorang murīd menuju Allah, karena tampilan lahir adalah cermin dari keadaan batin.
Bagi orang-orang yang ingin berteman dan berkumpul dengan seorang murīd, penampilan lahirnya ini bisa menjadi pertanda.
Sebagaimana pesan hikmah Ibn Atha’illah yang paling singkat, tetapi maknanya dalam, cakupannya luas, dan isinya padat. Beliau berkata:
مَا اسْتَوْدَعَ فِيْ غَيْبِ الْسَرَائِرْ ظَهَرَ فِيْ شَهَادَةِ الْظَوَاهِرِ
“Apa yang tersimpan di kedalaman batin akan tampak pada penampilan lahir”(Ibnu ‘Athā’illāh al-Iskandarī)
Dasar pesan hikmah di atas adalah:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ingatlah di dalam jasad terdapat segumpal darah, jika baik maka akan baik seluruh tubuhnya dan jika rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya dan ingatlah hal itu adalah hati”(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Pada hadits tersebut kita memahami bahwa perbuatan anggota badan dipengaruhi oleh keadaan qalbu seseorang.
Apabila qalbunya dipenuhi dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, maka anggota badannya juga akan dipergunakan untuk menaati segala ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Sebaliknya, apabila qalbunya dipenuhi oleh cinta kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu, anggota badannya pun akan tunduk mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsunya.
Yang dimaksud hati di sini adalah perasaan yang ada diri manusia. Hati adalah sesuatu yang tersimpan jauh di dalam sana.
Seringkali kita mendengar ungkapan orang yang menyatakan: “Apa yang ada di dalam hatimu, tidak akan ada yang tahu.”
Tetapi, Ibn Atha’illah menyatakan sebaliknya. Apa yang ada kedalaman batinnya akan tampak pada penampilan lahirnya. Ungkapan ini yang benar.
Maksud dari pesan hikmah tersebut adalah sebuah motivasi untuk menggiring kita bertindak serta berperan dalam menentukan jalan ikhtiarnya di setiap amal adalah perasaan yang ada dalam hati.
Maka segala yang dilakukan oleh anggota tubuh, gerak dan diam manusia tiada lain adalah bagian dari hasil kerja yang diperintahkan oleh hati.
Jika kondisi batin seseorang tersebut bersih dari hal-hal keburukan dan dipenuhi rasa takut kepada Allah maka tidak akan sulit baginya menggerakkan tubuhnya kepada hal-hal kebaikan.
Namun apabila kondisi batinya kotor maka berpengaruh juga pada anggota lahiriyahnya dan akan didapati setiap amal dan aktivitas kegiatanya pun tidak baik.
Banyak kita temukan daripada golongan kedua tersebut yang selalu berusaha menutupi keburukan dzahirnya dengan sebuah “kemunafikan”, yakni berusaha menutupi segala sifat kejelekanya dari pandangan orang lain.
Sehingga orang lain dapat berasumsi dan menilai bahwa dia adalah orang yang mempunyai sifat-sifat kebaikan saja.
Hingga muncullah sebuah pertanyaan “apakah contoh orang di atas adalah orang yang aibnya sedang ditutupi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan apakah hal tersebut bertentangan dengan hikmah di atas?.
Maksud “batin” di sini adalah keadaan hati yang tersimpan, dan di dalamnya adalah ada niat, maksud, perasaan serta kesenangan. Dan semua ini yang akan berimbas pada kondisi lahiriyahnya.
Seorang pelaku maksiat tersembunyi tadi diliputi oleh sifat lembut dan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sehingga apa yang ia lakukan tidak tampak di mata manusia adalah hal lain.
Bisa saja Allah menyebarkan kebaikan seseorang meski amalnya tidak seberapa, dan bisa saja Allah menutupi kejelekan seseorang sebanyak apapun dan dengan pengulangan tiada henti atas kejelekan yang dilakukanya.
Itu semua bagian dari kelembutan Allah. Untuk kejelekan dan kemaksiatan yang dilakukan bukan karena unsur sengaja, menentang serta sombong.
Tapi kemaksiatan yang merupakan akibat lemahnya diri melawan hawa nafsu, seringkali Allah menutupi dari pandangan orang lain.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala lebih suka menjadikanya rahasia antara Ia dan hamba-Nya. Dan Allah menanamkan di hati pelakunya optimisme mendapatkan pengampunan dan terbukanya jalan taubat sebelum ia mati.
Namun untuk prihal kemaksiatan yang dilakukan dengan sengaja, disertai perasaan menentang terhadap peraturan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan bahkan congkak serta bangga melakukannya atau memang kemaksiatan yang merupakan imbas dari buruknya kondisi hati. Maka sudah barang tentu akan tercium aromanya oleh orang lain.
Karena kemaksiatan itu adalah asap yang mengepul dari bara api jeleknya kondisi hati. Maka semakin besar kepul asapnya. Hal tersebut juga berlaku untuk kebaikan dan ketaatan seseorang.
Seseorang yang melakukan kebaikan namun tidak terkait dengan ranting keikhlasan maka sejatinya kebaikan dan perbuatanya itu tidak ada artinya.
Ketaatanya itu tidak akan melahirkan Nur (cahaya), karena ibadah dan ketaatanya itu muncul dari hati yang terputus dari tujuan inti, yakni mengabadikan diri kepada Allah serta upaya gigih untuk meraih keridaanya.
Tidakkah Anda melihat seseorang yang murung terlihat di wajahnya, berarti batinnya sedang galau, sedang sedih, sedang kecewa.
Tidakkah Anda seseorang yang ceria dan gembira, itu pertanda bahwa hatinya lagi senang. Orang yang di dalam hatinya ada kesombongan, pasti akan terlihat pada penampilan luarnya.
Seseorang yang Anda lihat mukanya selalu ceria, dan penampilannya selalu menyenangkan, itu pertanda bahwa batin orang itu selalu gembira dan senang, bagaikan dia tidak memiliki masalah apa pun. Bagi dia, ada masalah, dianggapnya tidak ada masalah.
Orang yang sesungguhnya berbuat sesuai dengan keikhlasan di dalam hati, akan selalu menyenangkan. Sementara orang yang mengerjakan sesuatu dengan tidak ikhlas, akan terlihat di wajahnya.
Catatlah: “Wajahmu adalah cermin bagi batinmu, dan wajahmu adalah gate bagi hatimu.” Rasulullah, yang menjadi panutan kita berkata:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Sebagaimana hadits diatas yaitu sesungguhnya Allah tidak akan wajahmu dan penampilan lahirnya, tetapi Allah akan memperhatikan batinmu dan hatimu.
Jadilah manusia yang wajahnya selalu ceria dan penampilannya menyenangkan, karena hatimu yang selalu senang dan menyenangkan.
Kemaksiatan yang tidak dibarengi rasa congkak akan lebur didalam luasnya samudera ampunan Allah, begitu juga ketaatan yang terlepas dari ikatan ikhlas karena Allah dan upaya mencari ridanya juga lebur bersama bersama kuatnya pengawasan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas setiap hal samar didalam batin hamba-hambanya.
Perbuatan anggota badan dipengaruhi oleh keadaan qalbu seseorang. Apabila qalbunya dipenuhi dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, maka anggota badannya juga akan dipergunakan untuk menaati segala ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Sebaliknya, apabila qalbunya dipenuhi oleh cinta kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu, anggota badannya pun akan tunduk mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsunya.
Semoga Allah menjadikan hati kita hati yang bersih dan menjadikannya hati-hati yang ikhlas. Hanya Allah yang memberi taufik.
0 Response to "Perbuatan Anggota Badan Dipengaruhi Oleh Keadaan Qalbu Seseorang"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak