Mengenal Energi Al-Quran

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah hingga hari akhir.

Kehidupan ini dipenuhi dengan dinamika dan liku. Ada waktunya kita merasakan bahagia dan ada kalanya kita bersedih.

Memang seperti itulah kehidupan. Takdir yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak dapat diduga sehingga kamu harus bersiap dengan apa pun yang datang dan terjadi.

Sebagai umat Muslim yang ingin dimuliakan oleh Allah, kamu harus selalu berpegang teguh kepada pedoman hidup yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu Al-Qur'an dan hadis.

Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam melalui perantara malaikat Jibril kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Dalam sebuah hadits disebutkan:

عَن عُمَرَ بنِ الخَطٌاَبِ رَضَي اللٌهُ عَنهُ قَالَ: قَالَ رَسُولٌ اللٌهُ عَلَيهِ وَسَلٌمَ اِنَ اللٌهَ يَرفَعُ بِهذَ آلكتَاِبِ اَقَوامًا وَيَضَعُ بِه اخَرِينَ (رواه مسلم)

Dari Umar RA berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat beberapa kaum disebabkan Al-Quran dan juga merendahkan derajat kaum yang lainnya karena Al-Qur’an.” (HR Muslim).

Tidak semua muslim memandang Al-Quran  dengan pandangan yang sama, menatap Al-Quran dengan pandangan yang sama, bahkan menilai Al-Quran dengan pandangan yang sama. 

Ada seorang muslim yang memandang Al-Quran sebagai Kitab Suci Allah yang hanya ditempatkan di rak buku paling atas. 

Mushaf Al-Quran jarang disentuh, apalagi  mengkaji yang di dalamnya, padahal terdapat berbagai kedahsyatan yang sangat agung.

Ada pula seorang muslim yang hobi membaca Al-Quran. Ya, hanya sekedar membaca. Hampir tiap malam usai melaksanakan shalat maghrib  menyisakan waktu untuk membaca Al-Quran, hampir tidak ada malam yang dilalui tanpa membaca Al-Quran. 

Tapi hanya sebatas membaca, buta terhadap makna dan isi kandungan di dalamnya. Hidupnya tidak diterangi secara mutlak oleh cahaya Al-Quran. Al-Quran hanya sampai di tenggorokan saja.

Ada juga yang sibuk mendekati Al-Quran dengan melalui kefasihan dalam membacanya. Sibuk dengan huruf-huruf dan lebih memperhatikan pada bacaan tajwidnya. 

Ketika mengajari kepada anak-anaknya dan orang sekitar yang masih taraf pembelajaran, maka dia lebih mendekatkan kepada Al-Quran dengan cara atau sistem yang demikian. 

Dia ajarkan mana bacaan yang pendek, mana yang panjang, mana yang harus dibaca dengung dan lain sebagainya. 

Tetapi yang ia peroleh lebih kepada kefasihan saja. Makna dan hakikat dari Al-Quran itu sendiri tidak pernah didekati.

Yang lebih sangat disayangkan  lagi ada yang menghafal Al-Quran dan dikaruniai kemampuan hafal Al-Quran. Ini dilakukan setelah sekian tahun. 

Setiap hari pekerjaannya hanya difokuskan untuk membaca dan manghafal Al-Quran. Dia tidak pernah bekerja mencari nafkah, dia tidak pernah keluar rumah untuk bermasyarakat, dan sibuk di dalam ruangan untuk terus membaca dan menghafal Al-Quran. 

Lalu setelah hafal , orang ini disibukkan dengan terus mengulang-ulang agar hafalannya tidak berkurang, hilang dan musnah seketika. Waktunya benar-benar dihabiskan hanya untuk menjaga hafalannya. 

Dia tidak peduli dengan keadaan sekitar, apakah pemuda-pemudi di sekitarnya dihantam syahwat dan tenggelam dalam kemaksiatan atau tidak. 

Yang dia pedulikan adalah dirinya sendiri. Dia hanya peduli bagaimana tidak kehilangan ingatan dalam hafalan Al-Qur’annya.

Orang-orang yang demikian itu terhadap Al-Quran adalah orang-orang yang sangat aneh. Yang paling aneh dari keanehan-keanehan ini adalah sekelompok orang yang mulai mempertanyakan keabsahan Al-Quran sebagai dasar kehidupan seorang muslim. 

Orang-orang ini murni  produk pikiran liberal. Alih-alih mereka jadikan Al-Quran sebagai dasar, pedoman, dan pijakan dalam kehidupan. Justru mereka sudah berani melakukan kritik terhadap teks-teks Al-Quran.

Memang, mereka mendekati Al-Quran hanya dari sisi teks-teksnya saja. Mereka dibutakan dari pentingnya mengangkat misteri, makna, dan subtansi atau kandungan ayat-ayatnya. 

Mereka menyediakan otaknya hanya untuk megkritisi teks-teksnya belaka. Mereka pikir bahwa cara seperti itu adalah cara untuk menghidupkan Al-Quran, membumikan Al-Qur’an, menurunkan bahasa langit ke bahasa bumi, ke bahasa manusia.

Entahlah anda yang membaca tulisan ini termasuk yang bagaimana dalam memandang Al-Quran. Yang penting sesungguhnya bukan pada bagaimana menempatkan dan memandang Al-Quran. 

Tetapi yang penting adalah bagaimana energi Al-Quran mengaliri hidup dengan sedemikian rupa, sehingga menjadi teranglah jalan-jalan kebenaran yang akan ditempuh dalam mendekati dan berada dekat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Alquran berisi banyak cerita tentang perjalanan manusia. Alquran seperti bicara dengan porsi yang tidak kurang dan tidak lebih, memberi nasihat dan petunjuk.

Peristiwa yang terjadi harus membuat kita mencintai Alquran. Ini momentum bagi generasi muda memaknai Alquran. Tidak ada bahan tertulis yang lebih valid dari Alquran sekarang hingga nanti.

Ajaklah Alquran itu berbicara. Semangat besar energi yang menunggu kita dalam Alquran. Karena dalam Alquran terdapat manfaat dan berkahnya

Tapi, kalau energi yang besar hanya berputar saja tak ada taujih atau tidak diarahkan, tidak berfaedah juga. Maka energi Alquran harus diarahkan

Melipatgandakan energi pun ada wasilahnya. Pendidikan bisa jadi wasilah untuk membangun umat. Semakin banyak anak muda Islam yang memiliki pemahaman kitab suci dengan baik nantinya, akan makin kuat dasar pembangunan umat.

Jangan pernah diri kita merasa cukup, merasa sudah memahami, dan menggali makna Alquran. Maka kita perlu mengelola waktu. Ini yang kita harapkan bisa berbalik kepada diri kita dengan pertanyaan bagaimana kita berinteraksi dengan al-quran?

Dengan hafal Alquran, memahami sejarah Al-quran, dan dengan kemampuan Bahasa Arab juga luar biasa tidak membuatnya mampu sampai pada hidayah Alquran.

Hidayah Al-quran dapat diperoleh dengan selalu membaca, memahami, dan mengamalkan kandungan Alquran dalam kehidupan sehari-hari.

Perlu kiranya kita semua untuk belajar Alquran. Tidak mengapa bila itu pun sedikit demi sedikit. Jangan lepas dari Alquran, dan juga terus meningkatkan keikhlasan ibadah kepada Allah. 

Sehingga menjadi teranglah jalan-jalan kebenaran yang akan ditempuh dalam mendekati dan berada dekat Allah.

فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dihendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman,” (QS. Al An’am 6:125).

0 Response to " Mengenal Energi Al-Quran "

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak