Literasi finansial di Indonesia

Literasi finansial di Indonesia masih menghadapi tantangan besar, meskipun telah menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Berikut adalah gambaran terkini berdasarkan data dan tren terbaru:

Tingkat Literasi Finansial di Indonesia

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 65,43%, naik signifikan dari 49,68% pada 2022 dan 38,03% pada 2019. Meski demikian, angka ini masih di bawah rata-rata dunia (60 menurut OECD 2023). Indeks inklusi keuangan lebih tinggi, yaitu 85,10% pada 2022, menunjukkan bahwa akses ke layanan keuangan cukup luas, tetapi pemahaman dan keterampilan mengelola keuangan masih rendah.

OJK mengelompokkan tingkat literasi keuangan menjadi empat kategori:

Well Literate (Melek Finansial): Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang produk/jasa keuangan, termasuk manfaat, risiko, dan fitur.

Sufficient Literate: Memahami produk keuangan tetapi belum mahir menggunakannya.

Less Literate: Hanya tahu dasar tentang lembaga dan produk keuangan tanpa pemahaman mendalam.

Not Literate: Tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan tentang keuangan, umumnya di daerah terpencil.

Tantangan Literasi Finansial

Rendahnya Pemahaman di Kalangan Muda: Data OJK 2023 menunjukkan 57,3% kredit macet pinjaman daring (pinjol) didominasi usia 19-34 tahun, mencerminkan rendahnya literasi finansial generasi muda. Fenomena judi online (4 juta pemain, 168 juta transaksi per Juli 2024) juga menunjukkan kurangnya kesadaran finansial.

Ketimpangan Regional: Literasi keuangan lebih rendah di daerah pedesaan, terutama pada penduduk berpendidikan rendah (SD ke bawah) dan kelompok usia 15-17 serta 51-79 tahun.

Maraknya Penipuan dan Investasi Bodong: Rendahnya literasi membuat masyarakat rentan terhadap penipuan keuangan, seperti pinjol ilegal dan investasi fiktif.

Konsumerisme dan Utang: Banyak masyarakat, terutama generasi muda, terjebak dalam utang konsumtif karena kurang membedakan kebutuhan dan keinginan.

Upaya Peningkatan Literasi Finansial

Kurikulum Merdeka: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan literasi finansial sebagai prioritas dalam Kurikulum Merdeka sejak Oktober 2024. Contohnya, pelajar diajarkan mengelola anggaran, menabung, dan memahami risiko pinjaman melalui mata pelajaran seperti Pendidikan Pancasila dan proyek profil pelajar Pancasila.

Inisiatif OJK: OJK meluncurkan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) 2021-2025 untuk mencapai inklusi keuangan 90% pada 2024. Program seperti OJK PEDULI dan Financial Literacy Series (webinar, podcast, workshop) digalakkan.

Keterlibatan Sektor Swasta: Lembaga seperti Prudential Syariah dan SMBC Indonesia mengadakan workshop dan kampanye literasi, termasuk untuk perempuan dan UMKM.

Edukasi Dini: Literasi finansial mulai diterapkan di sekolah dasar untuk membentuk kebiasaan menabung dan pengelolaan keuangan sejak dini.

Manfaat Literasi Finansial

Pengelolaan KeuTwelve yang Bijak: Membantu membedakan kebutuhan dan keinginan, membuat anggaran realistis, dan menghindari utang berlebih.

Persiapan Masa Depan: Memahami pentingnya dana darurat, tabungan pensiun, dan investasi seperti reksadana atau asuransi.

Perlindungan dari Penipuan: Membantu mengenali investasi bodong dan pinjol ilegal.

Kontribusi Ekonomi: Literasi finansial mendukung stabilitas ekonomi individu dan nasional, terutama melalui pengembangan UMKM.

Langkah Praktis Menuju Literasi Finansial

Buat Anggaran: Catat pendapatan dan pengeluaran untuk mengontrol keuangan.

Tabung dan Investasi: Sisihkan minimal 20% pendapatan untuk tabungan atau investasi jangka panjang.

Hindari Utang Konsumtif: Gunakan pinjaman hanya untuk kebutuhan produktif, seperti modal usaha.

Edukasi Diri: Ikuti seminar, baca buku, atau konsultasi dengan ahli keuangan.

Manfaatkan Teknologi: Gunakan aplikasi pengelola keuangan untuk memantau anggaran dan investasi.

Menuju Indonesia Emas 2045

Peningkatan literasi finansial dianggap kunci untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045, di mana masyarakat diharapkan lebih sejahtera dan mandiri secara ekonomi. Dengan literasi yang lebih baik, generasi muda dapat menghindari jebakan utang, berinvestasi secara cerdas, dan berkontribusi pada perekonomian nasional.

0 Response to "Literasi finansial di Indonesia"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak