Shutdown Pemerintah AS Dorong Bitcoin Masuk Zona Bullish Sementara

Shutdown Pemerintah AS Dorong Bitcoin Masuk Zona Bullish Sementara

Pada awal Oktober 2025, pemerintah Amerika Serikat (AS) memasuki fase shutdown setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan anggaran, memicu kekhawatiran di pasar keuangan global.

Namun, alih-alih menekan harga, situasi ini justru mendorong Bitcoin (BTC) ke zona bullish sementara, dengan harga melonjak melewati US$119.000 hingga mendekati US$124.000 pada 3 Oktober.

Kenaikan ini mencerminkan persepsi Bitcoin sebagai aset "safe haven" di tengah ketidakpastian politik, ditambah ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Mengapa Shutdown AS Mendorong Harga Bitcoin Naik?

Shutdown ini bukan yang pertama—terakhir terjadi pada 2018-2019 selama 35 hari, di mana Bitcoin sempat turun 6% karena pasar kripto sedang bearish. Kali ini berbeda:
Bitcoin berada dalam siklus bullish pasca-halving 2024, didukung inflow institusional mencapai US$1 miliar ke ETF Bitcoin spot pada akhir September. Beberapa faktor utama:

  • Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga: Shutdown menunda rilis data ekonomi krusial seperti laporan lapangan kerja BLS (Bureau of Labor Statistics) dan klaim pengangguran. Tanpa data ini, The Fed kemungkinan memangkas suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Oktober (probabilitas 89%), yang melemahkan dolar AS dan mendorong aliran modal ke aset berisiko seperti Bitcoin. Analis 21Shares, Matt Mena, menyebut ini sebagai "positive liquidity impulse" yang bisa membawa BTC ke US$127.500 jika pola double bottom terkonfirmasi.

  • Persepsi sebagai Hedge: Investor beralih ke Bitcoin dan emas (harga emas tembus US$3.900/oz) sebagai lindung nilai terhadap disfungsi pemerintah. Sementara saham seperti S&P 500 turun 0,1-0,2% per hari shutdown, Bitcoin naik 3,6% dalam 24 jam pertama, mencapai US$117.293. Ini menandakan "decoupling" dari pasar tradisional, dengan open interest futures Bitcoin capai US$32,6 miliar—rekor baru.

  • Data On-Chain dan Institusional: Volume derivatif naik 61% ke US$7,4 miliar, sementara perusahaan seperti Metaplanet (Jepang) membeli 5.200 BTC senilai US$600 juta. BlackRock's Bitcoin ETF kini kelola aset US$80 miliar, memperkuat narasi Bitcoin sebagai reserve asset. Pasar prediksi Kalshi memperkirakan shutdown berlangsung 15 hari, tapi ini justru dianggap sementara dan bullish untuk kripto.

Secara historis, Oktober ("Uptober") bullish untuk Bitcoin di 9 dari 10 tahun terakhir, dengan kenaikan rata-rata 28%. Kali ini, kombinasi shutdown dan tren musiman bisa dorong BTC ke US$135.000 menurut Standard Chartered.Dampak pada Pasar Kripto LainnyaShutdown memperlambat regulasi, seperti persetujuan ETF Solana/XRP oleh SEC, tapi tidak menghentikan trading ETF Bitcoin/Ethereum. Pasar kripto secara keseluruhan naik 3% ke US$4,3 triliun:
Aset
Harga Saat Ini (3 Okt 2025)
Perubahan 24 Jam
Catatan
Bitcoin (BTC)
US$122.300
+1,75%
Dekat ATH US$124.290
Ethereum (ETH)
US$4.500
+6%
Inflow ETF US$307 juta
Solana (SOL)
US$280
+7%
Potensi ETF tertunda
XRP
US$1,20
+6%
Dukungan regulasi pro-kripto Trump

Altcoin seperti Dogecoin dan Cardano juga reli, tapi volatilitas bisa naik jika shutdown berkepanjangan (risiko GDP AS turun 0,1-0,2% per minggu).

Risiko dan Prospek Jangka PendekMeski bullish sementara, ada jebakan: Jika shutdown >2 minggu, erosi kepercayaan bisa picu koreksi ke US$113.000.

Resistensi utama di US$120.000; penembusan bisa target US$124.000. Indikator RSI menunjukkan momentum naik, tapi pasar tetap rentan terhadap berita politik.

Analis Bitfinex: "Shutdown ciptakan data blind spots, tapi BTC tetap thrive saat playbook lama rusak."

Secara keseluruhan, shutdown AS mempercepat tren "Uptober" Bitcoin, tapi ini sementara fokus pada resolusi anggaran dan sinyal The Fed. Investor disarankan monitor inflow ETF dan pola teknikal untuk entry/exit.

0 Response to "Shutdown Pemerintah AS Dorong Bitcoin Masuk Zona Bullish Sementara"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak