Salah Kaprah Mengantisipasi Suami Agar Tak Berpoligami

Salah Kaprah Mengantisipasi Suami Agar Tak Berpoligami

Bukan bermaksud memanas-manasi para istri agar menolak konsep poligami yang ditawarkan oleh suami mereka. Bukan pula sebagai dukungan kepada kelompok gerakan anti poligami penentang syariat Islam.

Saya hanya menginginkan agar para suami mempertimbangkan secara matang sebelum melangkah ke jenjang pernikahan poligaminya. Apalagi jika tujuannya belum jelas, sikap adilnya belum pasti dan madharatnya sudah ada di depan mata.

Para suami juga hendaknya memahami betul realitas yang ada, bahwa poligami merupakan ujian paling berat yang dirasakan istri pertama, pada umumnya. 

Tidak semua wanita dapat menerima dengan tulus dan ikhlas keinginan suaminya menikah lagi dengan wanita yang lain, apapun alasannya.

Oleh karenanya, agar kehendak poligami seorang suami tidak menimbulkan konflik dan efek negatif bagi kehidupan rumahtangganya, maka memberikan pemahaman yang benar kepada istri dan mengemukakan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dimengerti, diharapkan dapat lebih menjernihkan suasana.

Namun, tentu saja hal itu akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan bahkan mungkin saja arahan-arahan yang dikemukakan kepada istri tersebut tidak menghasilkan apapun yang diharapkan. 

Tapi justru menuai penolakan yang lebih keras karena besarnya rasa takut akan kehilangan cinta suaminya.

Tidak heran jika banyak kaum wanita yang berupaya keras menghalangi suaminya berpoligami, bahkan tidak sedikit yang memilih cara-cara yang sangat ekstrim dalam menjegal niat poligami sang suami, karena dianggap hanya itulah cara-cara dan trik-trik y.ung paling jitu untuk menghindari terjadinya poligami yang diinginkan suami.

Di antara trik-trik tidak terpuji yang dilakukan seorang istri dalam menghadang poligami suaminya itu adalah sebagai berikut:

1. Menolak Keras dan Memberi Ancaman

Keinginan poligami seorang suami bisa kandas jika berhadapan dengan penolakan yang sangat keras dari istri. Suami tak diberi kesempatan sedikit pun untuk mengemukakan alasannya, bahkan istri sangat tidak peduli dengan alasan-alasan tersebut.

Penolakan keras tersebut sering pula diiringi dengan ancaman yang mengerikan. Seperti mengancam akan bunuh diri, membunuh suaminya, atau akan berbuat jahat kepada wanita yang hendak dinikahi suaminya tersebut.

Oleh karenanya, tidak sedikit para suami yang mengurungkan niatnya berpoligami secara sah. Lalu ia mencoba dengan cara sembunyi-sembunyi, atau bahkan memilih cara berselingkuh, yang dianggap lebih aman daripada poligami.

2. Memberikan Pilihan

Banyak dijumpai istri yang mengajukan pilihan kepada suaminya yang menikahi wanita lain. Ada yang mengatakan, "Kalau kamu mau menikah lagi, ceraikan dulu aku!" atau dengan kata-kata, "Pilih aku atau dia?".

Tawaran seperti itu bisa saja membuat suami kebingungan. Jika ia merasa berat kepada istrinya, maka calon istri kedua akan segera ditinggalkannya. Namun jika cintanya kepada calon istri kedua begitu besar dan ia tidak lagi merasa nyaman serta harmonis dengan istri pertama, justru tawaran seperti itu semakin memuluskan jalan untuk melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan dan perceraian dengan istri pertama pun bukan masalah baginya.

3. Mengambil Seluruh Penghasilan Suami

Bagi wanita yang 'cerdas' dan banyak akalnya, menghalangi suami agar tidak berpoligami atau berselingkuh tidak membutuhkan banyak kata-kata. Ia cukup mengambil seluruh penghasilan suaminya dan mengaturnya sekehendak hatinya.

Dengan cara seperti ini sang suami menjadi sangat terbatas aktifitasnya, tidak bebas bertransaksi dan menggunakan uangnya, tidak pula banyak bepergian serta tidak nyaman berlama-lama di perjalanan.

Menghadapi kondisi seperti ini, kecil kemungkinan suami berpoligami. Namun boleh jadi sang suami berpikir untuk melepaskan ikatan pernikahannya dengan wanita seperti itu.

4. Membatasi Ruang Gerak Suami

Padatnya aktifitas suami di luar rumah dapat membuka peluang interaksi yang lebih luas dengan berbagai kalangan, termasuk kalangan wanita. Dari interaksi tersebut tidak menutup kemungkinan adanya hubungan khusus antara suami dengan wanita yang ada di sekitarnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, sebagian wanita menerapkan pengawasan ekstra ketat terhadap aktifitas suaminya di luar rumah, mungkin dengan menugaskan seseorang untuk memata-matainya, selalu menghubungi telepon genggamnya untuk mengetahui keberadaannya, atau menentukan jam kepulangannya sesuai kehendak sang istri.

5. Menggalang Dukungan

Keluarga dan kerabat suami memiliki potensi yang sangat besar untuk mempengaruhi, memberi pertimbangan dan mendukung kebijakan suami, atau bahkan mencegah suami dari langkah-langkah dan keputusan yang salah

Kondisi seperti ini dapat dimanfaatkan oleh seorang istri untuk mengokohkan posisinya di dalam lingkaran keluarga suami. Hubungan yang baik dengan mertua, kakak dan adik ipar, secara tidak langsung dapat menjadi sarana bagi istri untuk menggalang dukungan dan kekuatan.

Kasus seperti itu sering dijumpai, seorang suami mendapat penolakan keras dari kedua orangtuanya, kakak dan adiknya serta kerabat-kerabatnya, ketika ia hendak menikah lagi.

6. Meneror Calon Istri Kedua

Jika ambisi seorang istri agar suaminya tidak berpoligami begitu menggebu, maka peranan akal pun dapat dikalahkan dengan mudah oleh hawa nafsu. Segala cara akan ditempuhnya untuk menggagalkan rencana suami menikah lagi.

Seorang wanita tak akan pernah merasa nyaman jika istri dari calon suaminya menunjukkan sikap yang bermusuhan dengannya. Mungkin dengan melontarkan kata-kata yang menyakitkan, menampilkan sikap yang kurang bersahabat, atau bahkan mengeluarkan ancaman dan teror.

Tentu saja tak akan ada wanita yang mau mengambil resiko. Mundur, memutuskan hubungan dan membatalkan pernikahannya merupakan pilihan pahit yang terbaik daripada harus berurusan dengan calon madu yang berperangai sangat buruk tersebut. Dan keputusan seperti itulah yang diharapkan sang istri dari wanita yang akan dinikahi suaminya.

0 Response to "Salah Kaprah Mengantisipasi Suami Agar Tak Berpoligami"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak