Syarat Dapat Pahala Dunia dan Akhirat

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.

Islam bukanlah agama yang memerintahkan umatnya dalam penderitaan dan kemiskinan, melainkan agama yang melimpahkan kemakmuran hidup dan kebahagiaan kepada pemeluknya untuk dapat memanfaatkannya kepada hal-hal yang bermanfaat.

Beribadah dan melaksanakan tugas sebagai khalifah adalah tujuan penciptaan manusia, sedangkan ibadah tidak dapat terlaksana dengan baik bila kebutuhan manusia tidak tercukupi. 

Oleh sebab itu, pemenuhan kebutuhan duniawi merupakan sebuah kewajiban. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan dunia untuk mencapai sukses itu dapat dijalankan bersamaan dengan menggapai kesuksesan akhirat.

Islam mewajibkan pemeluknya yang mau membaca Alquran untuk menikmati berbagai potensi dan karunia yang terkandung dalam bumi ini. 

Kesuksesan sejati diraih jika seluruh capaian itu memberi manfaat bagi orang lain sehingga mengalirkan pahala jariah, dan kelak, saat menutup usia dalam keadaan husnul khatimah. 

Hal ini penting dipahami agar umur yang Allah berikan kepada manusia tidak sia-sia, tetapi justru memberikan banyak kebermanfaatan bagi diri sendiri dan sesama.

Syarat Dapat Pahala Dunia dan Akhirat

Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya dalam Surat An Nahl ayat 97. 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Man amila shalihan min dzakarin aw untsa wa huwa mukminun falayuhyiyannahu hayaatan thayyibatan wa lanajziyannahum ajrahum bi-ahsani maa kaanu ya’malun.” 

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” 

Dijelaskan bahwa sistem Islam yang memotivasi umatnya untuk hidup berkecukupan dan terlepas dari penderitaan hidup karena kekurangan harta benda. 

Agar orang-orang itu dapat memuliakan diri mereka menghadap kepada Tuhan mereka dan tidak terganggu oleh kebingungan dan kekhawatiran dalam mencari sesuap nasi serta menyibukkan diri dengan secuil roti hingga melupakan Allah.

Di antara bentuk-bentuk penghormatan Allah kepada Rasulullah adalah memuliakan umat beliau dalam hal finansial. 

Tidak jarang para ulama menghindar atau menolak keyakinan yang menyatakan bahwa Rasulullah merupakan sumber kekayaan finansial. Namun demkian, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda: 

وإن أمتي سيبلغ ملكُها ما زُوِيَ لي منها

 “Dan bahwasannya kekuasaan umatku akan mencapai sebagaimana bumi itu digulung untukku.” 

Maka diketahui harta Rasulullah bukanlah dirham dan tidak pula dinar, akan tetapi harta yang kita warisi dari beliau adalah agama ini.

Perlu diketahui bahwa hadis tersebut sejatinya mengemukakan tentang kekuasaan materi secara jelas bersamaan dengan peyebaran Islam dan perluasan wilayah kekuasaannya. 

Bahkan Rasulullah menjelaskan bahwa Allah akan menganugerahkan dua harta simpanan: merah dan putih. Maksudnya adalah dinar dan dirham (mata uang kerajaan-kerajaan klasik).

Rasulullah juga menjelaskan bahwa di antara keindahan agama Islam adalah bahwasannya menjadikan para pemeluknya menjadi kaya dan banyak berinfak. 

Dalam menjalani hidup, manusia harus menjadikan Allah sebagai tujuan dengan senantiasa mengharap ridha-Nya dan menjadikan surga sebagai cita-cita.

Demikian juga hendaknya memandang kesuksesan. Untuk memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat, tentu kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah subhanahu wata'ala dan menjadi orang yang disukai-Nya.

Kunci sukses adalah iman. Iman adalah fondasi dalam beramal shalih sebab Allah hanya akan menerima amal shalih makhluk yang beriman kepada-Nya. 

Kemampuan beramal shalih inilah yang dapat dikatakan sebagai kesuksesan dunia dan akhirat. Hadis Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam yang banyak dikenal umat Muslim.

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia"

Manusia mana yang tidak menginginkan menjadi manusia baik. Apalagi jika bisa dikatakan menjadi sebaik-baik manusia. 

Masya Allah, ingin rasanya kita bisa menjadi sebaik-baik manusia bukan hanya di mata manusia, tapi lebih dari itu menjadi sebaik-baik manusia di mata Allah dan Nabi-Nya.

Andai label ‘Sebaik-baik Manusia’ itu bisa dibeli, maka tentu saja orang-orang berharta akan lebih dulu mendapatkan predikat ‘Sebaik-baik Manusia’ itu. 

Tapi, bersyukurlah kita terlahir sebagai seorang muslim yang mukmin. Karena rupanya, untuk mendapatkan titel ‘Sebaik-baik Manusia’ itu tak perlulah mengeluarkan harta yang banyak, tapi perlu perjuangan yang besar dan keimanan yang kuat.

Menurut Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam, untuk bisa menjadi ‘Sebaik-baik Manusia’ maka bisa memperhatikan beberapa sabda beliau berikut ini:

Sebaik-baik Manusia adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. 

Hal ini seperti disebut dalam hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) 

Dalam hadis ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan standar  bahwa sebaik-baik manusia adalah siapa saja dari umatnya yang mempelajari al-Quran lalu mengajarkannya kepada orang lain. 

Al-Quran adalah Kalamullah (Kitab Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam sebagai pedoman hidup.

Sebaik-baik Manusia adalah orang yang baik akhlaknya. 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda:

إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari).

Sebaik-baik manusia dalam hadist ini adalah tergantung akhlaknya kepada orang lain. Akhlak yang baik menjadi barometer untuk menjadi sebaik-baik manusia. Bahkan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus ke bumi ini pun untuk menyempurnakan akhlak.

Sebaik-baik Manusia adalah orang yang paling diharapkan kebaikannya dan orang lain pun merasa aman dari kejelekannya. 

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya.” (HR. At-Tirmidziy ).

Ada orang ketika mendengar nama seseorang disebut sudah malas mendengarnya dan cenderung ingin menjauh darinya karena orang tersebut dikenal keburukannya. 

Tapi, sebaliknya, ada orang yang kedatangannya diharapkan banyak orang, dan orang yang dekat dengannya akan selalu merasa aman dan nyaman. Tipe terakhir inilah yang disebut Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai sebaik-baik manusia.


Sebaik-baik Manusia adalah orang yang paling baik kepada keluarganya. 

Hal ini seperti disabdakan oleh baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. At-Tirmidziy).

Dalam hadis ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan bahwa untuk menjadi sebaik-baik manusia, seorang muslim bisa melakukannya dengan berbuat yang terbaik kepada semua anggota keluarganya. 

Berbuat baik kepada keluarga menjadi indikator seseorang disebut sebagai sebaik-baik manusia, karena rupanya tak sedikit seorang suami atau ayah yang berbuat kasar kepada keluarganya.

Sebaik-baik Manusia adalah orang yang faqih (faham) dalam  masalah syariat Islam. 

Ini seperti sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

فَخِيَارُكُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُوا

“Maka sebaik-baik orang di antara kalian di masa Jahiliyyah adalah yang paling dalam  Islamnya apabila mereka memahami (ajaran Islam).” (HR. Bukhari ).

Wajar jika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan sebaik-baik manusia adalah mereka yang lebih faqih terhadap hukum-hukum Islam. 

Secara logika, orang yang faqih dengan hukum-hukum Islam,  maka tutur kata dan sikapnya akan menjadi teladan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan tak jarang pendapat dan nasehatnya seringkali diminta untuk menyelesaikan sebuah masalah.

Sebaik-baik Manusia adalah orang yang gemar memberikan makanan kepada orang lain dan menjawab salam. 

Dalam sebuah hadis, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:

خِيَارُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ وَرَدَّ السَّلَامَ

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang memberikan makanan dan menjawab salam.” (HR. Ahmad).

Ada dua amal yang bisa dilakukan oleh seorang muslim jika ia ingin mendapat label sebagai sebaik-baik manusia dalam hadis di atas yaitu:

1. Orang yang memberi makanan, dan 
2. Orang yang menjawab salam. 

Mari kita analisa, orang yang memberi makan disebut sebagai sebaik-baik manusia, mengapa? Bisakah kita merasakan saat sedang kelaparan? 

Fahamilah, ternyata orang yang lapar apalagi kelaparan akan membuat lemah bukan hanya fisiknya saja tapi juga imannya, akhirnya ia bisa bertindak nekad dan melanggar aturan agama.

Sedangkan orang yang ringan menjawab salam. Sering kita jumpai, bahkan tak sedikit orang yang acuh dan tak mau menjawab salam. 

Jika ditanya apakah mereka yang tidak menjawab salam itu bukan orang muslim? Tentu mereka akan marah jika disebut non muslim? 

Menjawab salam menjadi salah satu tanda sebaik-baik manusia. Karena itu, segeralah menjawab salam jika ada saudara kita yang menebar salam.

Sebaik-baik Manusia adalah orang yang senang merapatkan shaff dalam shalat. 

Tentang hal ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam telah bersabda:

خِيَارُكُمْ أَلْيَنُكُمْ مَنَاكِبَ فِي الصَّلَاةِ

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempunyai bahu paling lembut di dalam shalat.” (HR. Abu Daawud ).

Maksud hadits ini adalah bahwa salah satu katagori orang yang paling baik adalah orang yang ketika berada di dalam shaff, kemudian ada orang lain yang memegang bahunya untuk menyempurnakan (merapatkan dan meluruskan) shaff, ia akan tunduk dengan hati yang ikhlash lagi lapang tanpa ada pembangkangan.

Sebaik-baik Manusia adalah orang yang panjang usianya dan baik pula amalannya. 

Tentang hal ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda:

خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا، وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالًا

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling panjang usianya dan paling baik amalannya.” (HR. Ahmad).

Ada sebuah pepatah yang mengatakan ‘Tua-tua keladi, makin tua makin jadi’ sebuah pepatah yang menunjukan usia seseorang yang sudah senja tapi prilakunya kian menjadi-jadi dan membuat orang lain yang melihatnya tidak menyenanginya. 

Sebaliknya, salah satu tanda keberkahan hidup seorang hamba adalah ketika dia diberi umur panjang hingga usia lanjut, tapi dia semakin shalih dan banyak beramal.

Orang semacam itu benar-benar sadar bahwa sebentar lagi kereta kematian akan datang menghampirinya, sehingga dengan segala daya dan upaya ia meningkatkan amal ibadahnya dan sekuat tenaga memperbanyak bekal menuju kehidupan akhirat. 

Dia sangat sadar bahwa seusianya itu sudah seharusnya memperbanyak istighfar dan zikrullah selalu agar termasuk orang-orang yang beruntung di akhirat kelak.


Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang menepati janji. 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda: 

أُولَئِكَ خِيَارُ عِبَادِ اللَّهِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُوفُونَ الْمُطِيبُونَ

“Mereka adalah para hamba pilihan di sisi Allah pada hari Kiamat, yaitu orang-orang yang menepati janji dan berbuat baik.” (HR. Ahmad).

Ya Rabbi, tidak mudah menjadi orang yang selalu menepati janjinya. Betapa banyak di antara kita yang saat berjanji mulut bicara hingga berbusa, tapi entah kapan janji-janji itu akan diwujudkan. 

Salah satu indikasi menjadi sebaik-baik manusia, dalam hadis di atas adalah orang yang senantiasa berusaha untuk selalu menepati janjinya, kapan dan kepada siapa pun.

Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda:

وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath).

Bisa jadi kita bukan orang yang berpengaruh. Bisa jadi kita berpendidikan rendah, berekonomi lemah dan tak banyak pengikut serta pengaruh. 

Namun, ketika kita bisa memberi banyak manfaat bagi orang lain, maka Insya Allah kita termasuk dalam kelompok sebaik-baik manusia seperti dijelaskan dalam hadis di atas.

Semua adalah pilihan. Termasuk hidup ini juga pilihan. Semua ada di tangan kita; dengan cara apa kita mau menjadi ‘Sebaik-baik Manusia’ maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam sudah menjelaskan dalam beberapa hadisnya di atas. 

Silahkan, tinggal pilih kita mau menjadi sebaik-baik manusia dengan cara mengamalkan ibadah dan amal apa, semua sekali lagi tergantung pada kita.

Hal ini merupakan landasan pokok bagi manusia untuk menyikapi kesuksesan yang telah dimiliki. Sejatinya, semakin tinggi kesuksesan yang diraih, semakin besar pula tanggung jawab dan kebermanfaatan yang dilakukan. 

Semakin tinggi gelar pendidikan yang dan ilmu yang diperoleh, semakin besar amanah untuk menyampaikannya kepada orang lain. 

Semakin banyak kekayaan yang didapat, semakin banyak zakat mal dan shadaqah yang harus dikeluarkan untuk orang lain. 

Semakin tinggi jabatan, semakin besar tanggung jawab dan amanah untuk membantu dan menyejahterakan rakyatnya.

Demikian kiranya Syarat Untuk dapat pahala dunia dan Akhirat, Semoga bermanfaat. Terima kasih atas Kunjungannya

0 Response to "Syarat Dapat Pahala Dunia dan Akhirat"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak