Islam Melarang Mengusir dan Memarahi Anak-anak di Masjid

Islam Melarangan Mengusir dan Memarahi Anak-anak Dimasjid
Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan sallam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu istiqomah

Anak-anak ibarat benih yang dapat tumbuh dengan baik apabila mereka dididik dengan baik. Salah satunya adalah dengan membiasakan mereka datang ke masjid untuk belajar shalat dan belajar membaca Al-Quran.

Namun, banyak diantara jamaah atau pengurus masjid tidak sabar dalam menghadapi tingkah laku anak-anak kadang menjengkelkan, sehingga menimbulkan kemarahan dari orang tua. Tapi bagaimanapun itu masih dalam hal yang wajar.

Hal tersebut perlu kita maklumi mengingat dunia anak kecil adalah dunia bermain. Mereka dapat menciptakan kebahagiaan dengan berbagai cara bahkan ketika sedang di dalam masjid.

Sebenarnya kita tetap harus bisa memaklumi apa yang dilakukan mereka, tetapi tetap dengan memberikan nasihat yang lemah lembut.

Sebab, hal tersebut dapat menanamkan cinta pada masjid sejak dini sedangkan jika anak kecil yang bermain kita bentak atau di marahi, justru dapat berakibat buruk seperti trauma dan enggan ke masjid.

Mereka takut kebiasaan ribut anak-anak mengganggu dalam kekhusukkan orang yang sedang melaksanakan ibadah. Sehingga tidak jarang dari generasi penerus ini dimarahi atau diusir untuk keluar dari masjid.

Padahal, Islam melarang memarahi anak-anak di masjid. Karena akan menimbulkan banyak dampak yang kurang baik atau buruk yang akan dialami oleh anakketika orang tua melakukan ini. Tidak hanya pada saat mereka masih kecil saja, akan tetapi efeknya akan mereka rasakan hingga mereka tumbuh dewasa.

Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam justru mengajarkan berinteraksi dengan anak-anak di masjid saat shalat. Perlakuan Rasulullah ini  sangat berbeda jauh dengan kenyataan yang dilakukan oleh sebagian muslim terhadap anak-anak yang suka bermain di masjid.

Umar Abdul Kafi pernah bertemu dengan seorang laki-laki berusia senja. Usianya sekitar enam puluh tahun. Sosok penulis buku al-Wa’dul Haq ini tidak menemukan tanda-tanda sujud di dalam diri laki-laki yang ditemuinya tersebut.

Umar memberanikan diri untuk mengajukan sebuah pertanyaan dengan sangat hati-hati, “Kapan terakhir kali Anda menghadapkan diri kepada Allah Ta’ala?” Seraya menundukkan pandangannya, laki-laki ini berujar, “Sekitar lima puluh lima tahun silam. Saat usiaku lima tahun.”

Lelaki tersebut pun menceritakan, “Aku bergegas melakukan shalat bersama sahabat-sahabatku. Namun, ada seorang laki-laki dewasa yang mendatangiku sembari berkata ketus, ‘Enyahlah kalian! Berdirilah di sana (menunjuk arah luar masjid). Shalatlah di sana!.

Seketika itu juga, laki-laki itu keluar dari masjid dan tidak pernah lagi menuju masjid untuk beribadah. Selamanya. Bekas sakitnya masih tertancap kuat di dalam benak dan nuraninya karena diusir dari rumah Allah tempat ia dan teman-temannya melaksanakan sholat.

Sebagai jamaah tetap di sebuah masjid, kadang kita tidak mampu untuk bersikap bijaksana. Padahal, sikap bijaksana merupakan lambang kematangan sekaligus teladan dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.

Kita yang sering memarahi anak-anak di masjid ketika mereka ramai, mungkin lupa dengan apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. 

Dalam sebuah hadis dikatakan, "Rasulullah suatu ketika tengah berkhotbah di mimbar masjid. Lantas, kedua cucunya (Hasan dan Husein) datang bermain-main ke masjid tersebut dengan memakai baju kembar berwarna merah serta berjalan dengan sempoyongan jatuh bangun karena memang masih bayi. 

Lantas RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wassallam turun dari mimbar masjid lalu mengambil kedua cucunya itu serta membawanya naik ke mimbar kembali dan berkata, 'Maha Benar Allah, kalau harta serta anak-anak itu yaitu fitnah, bila telah lihat kedua cucuku ini saya tidak dapat sabar'. Lantas Rasulullah kembali meneruskan khotbahnya." (HR. Abu Dawud)

Sementara dalam hadis lain disebutkan, "Kalau Rasulullah salat dan apabila beliau sujud, Hasan serta Husein bermain menaiki belakang Rasulullah. 

Lantas, jika ada beberapa teman dekat Rasulullah yang hendak melarang Hasan dan Husein, Rasulullah memberikan isyarat untuk membiarkannya. Jika sesudah selesai salat, Rasulullah kemudian memangku kedua cucunya tersebut." (HR. Ibnu Khuzaimah)

Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin memiliki beberapa pendapat.

"Anak kecil tidak masalah masuk ke dalam masjid selagi ia tidak bermain. Bermain di masjid tidak haram bagi mereka. 

Membiarkan mereka bermain di masjid juga tidak diharamkan kecuali jika mereka menjadikan masjid tempat bermain, dan itu sudah menjadi kebiasaan mereka. 

Apabila masjid sudah menjadi tempat bermain, maka wajib dilarang karena bermain di masjid termasuk aktivitas yang halal jika sedikit, dan tidak halal ketika berlebihan." papar Imam Ghazali.

"Dalilnya adalah hadis riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam berdiam demi Aisyah ra yang menyaksikan anak-anak Habasyah menari dan bermain perisai dari kulit dan berperang-perangan pada hari Idulfitri di masjid. 

Tidak diragukan lagi bahwa anak-anak Habasyah itu seandainya menjadikan masjid tempat bermain, niscaya mereka akan dilarang bermain. 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam tidak memandang anak-anak yang bermain itu sebagai sebuah kemunkaran sehingga beliau NabiShallallahu ‘Alaihi Wassallam ikut menyaksikannya karena saking jarang dan langkanya." terang Imam Ghazali lebih lanjut.

Demikianlah sebaiknya kita dapat meneladani akhlak Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dalam menyikapi anak kecil yang bermain-main di dalam masjid dengan cara arif dan bijaksana.

Kemarahan kita bahkan semakin memuncak saat merasa paling khusyuk. Kita mengira bahwa celoteh anak-anak dan tawa kecil mereka merupakan satu-satunya sebab tercerabutnya khusysuk yang kita upayakan dengan susah payah.

Alhasil, kita dengan gegas menyalahkan sebab dan berusaha untuk segera mengenyahkannya dengan segenap kemampuan yang kita miliki sebagai orang tua. Mungkin, kita lupa. Bahwa kemarahan yang kita muntahkan amat besar peluangnya untuk menyingkirkan anak-anak dari masjid-masjid.

Padahal ketika kita benar-benar meninggal dunia, di masjid tak ada lagi yang meneruskan kebiasaan baik kita. Sebab anak-anak yang telah tumbuh dewasa itu enggan menuju masjid. Trauma lantaran kemarahan yang dahulu pernah kita lontarkan tanpa sedikit pun niat untuk menyampaikan nasihat.

Kepada Anda yang kerap melontarkan kemarahan kepada anak-anak di masjid atas nama kekhusyukan dan merasa paling layak memarahi, camkan kisah ini baik-baik. Sebab kisah ini amat nyata dan amat bisa menimpa Anda sekalian.

Jika Anda pernah melakukannya, bergegaslah untuk meminta ampun kepada Allah Ta’ala lantaran Anda telah menghalangi seorang hamba dari mendekat dan beribadah kepada-Nya. Dan yang perlu diingat, dicatat, dan diamalkan adalah sikap lemah lembut dalam menyelesaikan masalah anak-anak di masjid.

0 Response to "Islam Melarang Mengusir dan Memarahi Anak-anak di Masjid"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak