Membuka Bashirah (Energi Ilahi - Mata Batin)

Bismillâhirrahmânirrahîm. Puji dan syukur kepada Allah subhânahu wata’âla, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Menganugerahkan pengetahuan kepada makhlukNya.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak akan pernah habis teladan terpancar dari diri Beliau sampai akhir masa.

"lni adalah bashirah bagi manusia, petuniuk dan rahmat bagi kaum yang percaya secara totalitas" (QS. Al-Jasiyah/45: 20)

Lathifah Rabbaniyyah (Medan Energi Ketuhanan)

Bashirah itu sendiri adalah gaib tetapi nyata, sama seperti gaib dan nyatanya jatidiri manusia, yaitu akal, jiwa dan roh.

Sungguh pun bashirah itu gaib, tetapi Allah menjadikan fisik sebagai kendaraannya. Dengan fisik manusia menjalani hidup dan menikmati hidup. Maka di dalam fisik itu pula Allah ciptakan medan-medan energi sekaligus menjadi terminal atau pos-pos penyerapan, penyelarasan dan pemberdayaan energi yang disebut "Lathaif" bentuk plural dari kata "Lathifah."

Lathifah adalah bahasa Arab yang berarti "halus."

Menurut faham tasawwuf, Lathifah merupakan energi atau cahaya, sekaligus rahasia besar yang ada di dalam tubuh.

Sesungguhnya teramat banyak "lathifah" yang ada di dalam raga manusia. Sebab setiap anggota tubuh, sekecil apapun - dia bisa menyerap dan menyalurkan energi dari Allah. Seluruh sel dan jaringan yang ada di dalam tubuh, semuanya bekerja sebagai sebuah sistem yang menyerap dan memberdayakan energi yang terkandung di dalam nama-nama Allah atau Asmaul Husna. 

Fisik manusia memang didesain oleh Allah untuk menyerap dan mengamalkan Asmaul Husna. Setiap organ manusia punya peran menjalankan Asmaul Husa, karena manusia disiapkan untuk menjadi Wakil Allah di muka bumi.

Tidaklah mungkin manusia bisa mengamati seluruh anggota dan sistem pemberdayaannya. Karena itu perlu  dipilih yang paling potensial di antara sekian banyak lathifah itu. 

Dan ternyata yang paling potensial ada 7 lathifah, Lathaif inilah yang sekarang dikenal secara mendunia dengan sebutan ''CAKRA.''

Lathaif adalah bagian-bagian penting, yang merupakan pintu-pintu kesadaran energi, tempat pembentukan persepsi, simpul pernafasan atau kehidupan.

Lathaif merupakan penghubung individual dengan Tuhan, antara supra individual dengan yang berada di baliknya, antara yang gaib dengan yang nyata, antara manusia dengan semesta alam. Dan lathaif inilah. yang menjadi pintu pemberdayaan bashirah. 

Kata Lathifah atau Lathaif dalam Istilah Islam kalah populer dengan kata Cakra, maka dalam buku ini juga saya ingin menggunakan istilah Cakra yang berarti juga Lathifah. Cakra berarti roda, putaran, pusat atau pusaran.

Cakra menjadi terminal energi, sebagai pintu gerbang untuk masuknya energi dari alam semesta ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya juga menjadi pintu gerbang bagi keluarnya energi dari tubuh manusia ke alam semesta.

Energi adalah kebutuhan paling asasi bagi manusia, dan alam semesta semunya adalah energi. Tanpa energi alam semesta maka manusia akan mati. 

Tanpa energi, tubuh jasmani manusia tidak akan ada. Oleh karena itu, terminal-terminal / medan energi tersebut bekerja secara alami untuk mernenuhi kebutuhan fisik. 

Jika sistem kerjanya terganggu, maka energi tidak lancar dan bisa menyebabkan ketidak harmonisan fisik, manusia bisa sakit atau kacau kehidupannya. 

Supaya cakra tersebut bisa bekerja optimal dan bahkan bisa menghimpun kesadaran energi sebesar-besarnya, maka seseorang perlu diberikan Attunement dan Inisiasi (ijazah).

Attunement dan Inisiasi ini dilakukan oleh seorang guru atau Master yang sudah mendapatkan izin untuk memberikannya. Seorang yang sudah mendapatkan Attunement dan Inisiasi oleh Master Prana Shakti, dia bisa melipatgandakan dan mengakses energi semesta alam sesuai dengan yang diinginkan. 

Inilah kelebihan Ijazah Esoterik Prana Shakti. Dia bisa menyerap semua energi tradisi tanpa harus mengikuti pelatihan atau mendapatkan ijazah khusus dari energi tradisi dimaksud.

Tujuh Medan Energi Manusia

Sebenarnya setiap anggota tubuh manusia atau seluruh sel-sel yang ada di dalam tubuh manusia, semuanya berfungsi menjalankan Asmaul Husna. Semuanya menyerap dan menyalurkan energi dari Allah (nur Ilahi) dan energi alam semesta. Tidak ada satu sel pun yangtidak berguna. Karena itu setiap kali terjadi kematian sebuah sel, sistem tubuh lathifah menggantinya dengan sel yang baru.

Begitu banyaknya sel yang masing-masing Punya peran sendiri, maka Imam Al-Fakhrurrazi menyatakan bahwa Asmaul Husna jumlahnya terlalu banyak untuk dihitung. Setiap sel yang bekerja adalah cerminan dari satu Asmaul Husna.

Kita akan mengalami kesulitan kalau harus memberdayakan miliaran sel tersebut. Maka diketemukanlah Tujuh Pusat Medan Energi yang menjadi pintu masuk dan keluarnya energi.

1. Cakra Dasar = Lathifah Ajbudz Dzanab, Warna Merah Muda

Cakra Dasar adalah cakra kehidupan tubuh fisik. Cakra ini sudah ada sejak manusia masih dalam kandungan dan tidak akan rusak secara fisik. Ketika terjadi pembuahan sel telur oleh sperma, terbentuklah energi kehidupan sejati (orang menyebutnya tenaga dalam) yang memiliki medan energi.

Cakra ini diasosiasikan dengan warna merah muda' Ia merupakan pusat energi dari tubuh fisik kehiduPan materi, dan keinginan untuk hidup. 

Seorang yang Cakra Dasarnya kecil dan kotor, dia cenderung malas bekerja, dan bahkan punya kecenderungan bunuh diri.

Cakra ini dalam Islam disebut Rasulullah Ajbudz Dzanab, seperti dalam hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah, bahwa beliau bersabda: "Semua raga manusia akan hancur binasa kecuali satu tulang, yaitu ajbudz dzanab.

Dari tulang ini makhluk nanti akan disusun kembali pada hari kiamat."

Hadis yang lain, juga dari Abu Hurairah Rasulullah Shalallahu A'laihi Wa Sallam bersabda: "Semua raga anak Adam akan hancur binasa kecuali ajbudz dzanab. Darinya manusia dicipta dan darinya juga nanti manusia disusun kembali."

Bukalah cakra ini, bersihkan, selaraskan, sinergikan dan berdayakan dengan zikir YAA MUGHNI (Wahai Tuhan Yang Maha Mengayakan).

2. Cakra Seks = Lathifah Jins, Warna Oranye

Cakra Seks adalah cakra yang mengendalikan emosi-emosi dasar manusia seperti nafsu, amarah, takut, cinta, dendam dan sebagainya. Cakra ini diasosiasikan dengan warna oranye. 

Cakra ini berhubungan dengan penciptaan kasar atau produksi. Dia juga terkait dengan Cakra Tenggorokan yang bertanggung jawab untuk penciptaan lebih halus, yaitu kreativitas. 

Karena itu, orang-orang yang kreatif (mempunyai Cakra Tenggorokan aktif) biasanya mempunyai Cakra Seks yang aktif pula. Bersihnya cakra ini akan membuat orang punya pikiran-pikiran yang positif.

Cakra ini dalam Islam merupakan alat reporoduksi yang sangat menentukan keberlanjutan keturunan manusia.

Bagi laki-laki disebut "Zakar" dan bagi wanita disebut "Farji." Islam memberikan arahan agar cakra ini dijaga dan dipelihara untuk meraih kemuliaan dan kehormatan hidup.

Bukalah cakra ini, bersihkan, selaraskan, sinergikan dan berdayakan dengan zikir YAA HAYYU (Wahai Tuhan Yang Maha Hidup).

3. Cakra Pusar = Lathifah Surrah, Warna Kuning

Cakra Pusar adalah cakra yang mengendalikan perasaan-perasaan yang lebih lembut seperti senang, kecewa dan sebagainya. Cakra ini diasosiasikan dengan warna kuning.

Cakra ini menghasilkan panas sintetis, mengendalikan dan memberikan energi kepada usus besar dan usus kecil.

Bersihnya cakra ini membuat orang merasa puas dan cukup atas apa yang diberikan Tuhan.

Pusar adalah bekas penghubung antara janin dalam kandungan dengan ibunya. Lewat pusar/ sang janin mendapatkan makanan dari ibunya. Lewat Pusar/ sang janin merasakan apa yang dirasakan oleh ibunya. Lewat pusar, sang janin menangkap apa yang ditangkap oleh ibunya.

Pusar adalah salah satu pintu gerbang atau jendela yang menghubungkan dunia luar ke dalam diri manusia.

Dari pusar, sesorang bisa mendapatkan panas yang ada di luar dan bisa mengeluarkan panas yang ada dalam dirinya.

Seorang dokter ahli pengobatan China bernama Mahir Shaidam (Mesir) telah melakukan percobaan dan hasilnya luar biasa. 

Untuk mengobati berbagai penyakit (35 jenis penyakit), sebelum tidur, letekkan madu di atas pusar dan biarkan untuk beberapa saat (tentu dengan memberikan lapisan tipis yang tidak membuat madu itu merembes atau menetea). 

Sesudah itu minumlah dengan niat untuk menyembuhkan penyakit yang sedang Anda rasakan.

Bukalah cakra ini, bersihkan, selaraskan, sinergikan, dan berdayakan dengan zikir YAA RAZZAQ (Wahai Tuhan Yang Maha Memberi Rezeki).

4. Cakra ]antung = Lathifah Qalb, Warna Hijau

Cakra Jantung adalah cakra yang mengendalikan kemampuan manusia untuk mendeteksi kejadian-kejadian di sekelilingnya. Cakra ini diasosiasikan dengan warna hijau atau merah muda. 

Merah muda sebagai lambang cinta kasih sayang dan hijau sebagai lambang penyembuhan.

Cakra ini amat penting hubungannya dengan spiritual. Semua perasaan yang halus ada di cakra ini.

Dalam Al-Qur'an cakra ini disebut "Qalbu" atau kalbu diterjamahkan hati. Ia adalah pusat segala rasa. Ia menjadi pusat penilaian manusia. Baik dan buruknya manusia tergantung pada cakra ini. Hidup dan matinya sistem kemanusiaan ada di cakra ini.

Itu sebabnya, Rasulullah bersbda: "Ketahuilah bahwa di dalam diri manusia itu ada segumpal daging. Jika dia baik maka baiklah fisiknya secara keseluruhan. ]ika dia rusak, maka rusaklah fisiknya secara keseluruhan. Dia itu adalah kalbu. " 

Rasulullah juga menyatakan: "Allah tidak melihat ketampanan fisik Anda, tetapi Allah hanya melihat kalbu Anda."

Bukalah cakra ini, bersihkan, selaraskan, sinergikan dan berdayakan dengan zikir YAA KHAALIQU (Wahai Tuhan Yang Maha Mencipta).

5. Cakra Tenggorokan - Lathlfah Hanjarah, Warna Biru Muda

Cakra Tenggorokan adalah cakra yang mengendalikan kelima indra manusia; yaitu indra pendengaran, indra penglihatan indra perabaan, indra penciuman, dan indra perasaan. 

Cakra ini diasosiasikan dengan warna biru muda secara fisik cakra ini memberikan energi kepada kelenjar thyroid dan parathyroid. Cakra ini adalah pusat penciptaan yang lebih tinggi (kreativitas) dan menjadi penghubung antar manusia.

Secara fisik, tenggorokan merupakan tempat keluarnya suara. Suara yang keluar dari tenggorokan adalah bahasa verbal manusia. Dengan suara manusia bisa menyatukan dan mempertemukan energi orang lain dengan energi dirinya. 

Dengan suara, manusia bisa berhubungan dengan alam semesta. Saat Anda bersuara baik, Anda sesungguhnya telah menarik energi positif orang lain masuk ke dalam diri Anda. 

Saat Anda berzikir, Allah menyambut zikir Anda dan alam semesta pun mendengarkannya. Allah mengirimkan cahaya-Nya dan alam semesta mengirimkan energi positifnya. 

Karena itu, Cakra Tenggorokan adalah medan energi yang mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan juga kepada alam semesta.

Bukalah cakra ini, bersihkan, selaraskan, sinergikan dan berdayakan dengan zikir YAA QAWYYU (Wahai Tuhan Yang Maha Kuat).

6. Cakra Ajna . Lathifah Wabishah, Warna Biru Nila

Cakra ini memberikan energi ke kedua mata, hidung, dan kelenjar pituitari (sebesar biji kacang terletak di bawah otak). Cakra Ajna disebut juga Cakra Mata Ketiga, karena bisa memberikan kewaskitaan. Cakra ini diasosiasikan dengan warna biru nila. Cakra ini letaknya ada di kening, di antara kedua mata.

Rasulullah Shalallahu A'laihi Wa Sallam menyebutkan dalam sebuah hadis, namanya "Wabishah." Cakara ini memancarkan cahaya yang menjadi tanda-tanda setiap orang. 

Orang-orang yang beriman akan nampak bercahaya Cakra Ajnanya.

Bahkan dengan melihat cakra ini secara sekilas Anda bisa memahami kepribadian seseorang. Disebutkan dalam hadis, Rasulullah Shalallahu A'laihi Wa Sallam bersabda:

Ketika Allah menciptakan Adam, Allah menyentuh punggugnya dan berjatuhanlah semua nyawa anak keturunannya dari punggungnya sampai hari kiamat. Allah telah menjadikan cakra "Wabishah" dari cahaya di antara kedua mata setiap insan, kemudian Atlah mendemonstrasikan mereka di hadapan Adam. Lalu Adam bertanya:

"Wahai Tuhan, siapa mereka?" Allah menjawab:

"Mereka adalah anak keturunanmu." Adam melihat ada salah satu dari mereka yang nampak mengagumkan, ada pancaran cahaya berkilau di antara kedua matanya, lalu bertanya: "Wahai Tuhan, siapa dia?" Allah menjawab: "Itu adalah seorang keturunanmu di akhir zaman, namanya Dawud." Adam bertanya: "Berapa Engkau beri umur dia?" Allah menjawab: "Enam puluh tahun." Adam berkata: "Wahai Tuhan, berikan dari umurku 40 tahun." Ketika umur Adam telah habis, datanglah malaikat maut. Adam berkata: "Bukankah umurku masih 40 tahun?"

Malaikat menjawab: "Bukankah engkau telah memberikannya kapada Dawud anakmu?"

Rasulullah bersabda: "Nabi Adam telah mengingkarinya, maka ingkarlah semua anak keturunannya. Nabi Adam lupa, maka lupalah semua anak keturunannya. Nabi Adam bersalah, maka anak keturunannya melakukan kesalahan" (HR. At-Tirmidzi)

Cakra Ajna Adalah cakra yang mengendalikan kreativitas manusia, dan menjadi cermin kepribadiannya.

Cakra ini disebut juga "indra keenam." Dengan cakra Ajna, seseorang bisa mengembangkan kemampuan gaib atau supranaturalnya. Di antaranya:

1. Mampu melihat dan mepredikisi yang akan datang.

2. Mampu membaca pikiran orang lain.

3. Mampu melihat dan tahu kejadian di tempat lain (jauh atau dekat).

4. Mampu menggerakkan sesuatu dari tempatnya.

5. Mampu menghadirkan yang sudah berlalu atau kembali ke masa lalu.

6. Mampu melihat aura sekitar tubuh.

Bukalah cakra ini, bersihkan, selaraskan, sinergikan dan berdayakan dengan zikir YAA RAHIIM (Wahai Tuhan Yang Maha PenyaYang)

7. Cakra Mahkota. Lathifah Nashiyah, Warna Kuning Emas/Violet

Cakra Mahkota adalah cakra yang mengendalikan kemampuan spiritual manusia. selain itu, cakra ini menjadi gerbang penghubungan langsung antara tubuh dengan roh dan berfungsi sebagai suara hati. 

Cakra ini diasosiasikan dengan warna kuning emas. Dia menjadi pintu utama masuknya energi Ilahi, dan menjadi pusat spiritual seseorang. Maka cakra ini memegang peranan penting dalam tindakan manusia, memberikan perintah kepada seluruh anggota tubuh.

Cakra ini terletak di ujung kepala. Disebut juga "Nashiyah " yang diterjemahkan "ubun-ubun." Al-Qur'an menyebutkan kata "Nashiyah" dalam Surat Al-Alaq ayat 15 dan 16.

"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka."

Kata Nashiyah (ubun-ubun) juga disebutkan dalam doa Rasulullah Shalallahu A'laihi Wa Sallam:

Ya Allah, sungguh saya adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu laki-laki dan perempuan. Ubun-ubun saya ada dalam Genggaman-Mu (terhubung dengan tangan-Mu). Hukum-Mu berlaku bagi saya, adil bagi saya keputusan-Mu. Saya mohon kepada-Mu dengan semua nama-Mu yang Engkau sebutkan untuk diri-Mu, atau Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau Engkau simpan di alam gaib di sisi-Mu, jadikanlah Al-Qur'an memenuhi hati saya, menyinari pandangan saya dan menyingkirkan kesedihan saya (HR. Ibnu Hibban dan Ahmad)

Hadis ini mengukuhkan tentang pentingnya cakra Nashiyah atau cakra Mahkota. Cakra ini menjadi wilayah doa dan penyembuhan. Dia merupakan mahkota otak yang berkembang sesuai dengan perkembangan manusia. 

Di cakra inilah spiritual berada, di sini tempat berkembangnya kepercayaan, dan segala macam gangguan kejiwaan.

Cakra ini pula yang menjadi sentral Perasaan ketuhanan dan keimanan (godspot) dan menjadi pusat penentuan pengambilan keputusan.

Bukalah Cakra inl, bersihkan, selaraskan, sinergikan dan berdayakan dengan zikir YAA DZAL JALAALI WAL IKRAM (Ya Tuhan Yang Maha Memiliki Keagungan dan Kemuliaan)

Ini adalah gambar posisi Cakra sebagai terminal dan zikirnya. Terminal-terminal atau medan energi tersebut saling terhubung melalui tulang belakang atau sushumna.

Meditasi sesungguhnya adalah sebuah cara untuk memberdayakan cakra-cakra tersebut hingga energi terus tetap aktif dan tetap terbangkitkan, siap digunakan setiap saat. Bila terjadi hal-hal yang sangat darurat dan Anda ingin menanggulanginya, Anda tidak usah meditasi, Anda langsung channelling dan bervisualisasi dalam menggunakannya.

Kontak dan Pelepasan (Grounding)

Manusia terdiri dari dua unsur energi, yaitu unsur energi alam dan unsur energi Ilahi, walau memang semuanya dari Allah.

Unsur Energi Alam:

Tanah - Air - Api - Udara - Logam.

Unsur Energi llahi:

Roh-Jiwa-Akal.

Supaya bisa hidup seimbang, manusia harus terus-menerus melakukan penyelarasan energinya. Manusia harus terus menghubungkan diri dengan Tuhan dan menghubungkan diri dengan alam (Hablum minallah dan hablum minannas). Manusia harus menjaga kestabilan tubuhnya yang berasal dari energi tanah, air, api, udara, dan tambang. Manusia juga harus menjaga kestabilan energinya yang berasal dari roh, jiwa dan akal.

Energi alam dan energi Ilahi tersebut mempunyai beberapa medan energi di dalam raga manusia yang disebut "Lathifah" atau Cakra. 

Cakra-cakra ini harus dibersihkan, diselaraskan, kemudian diisi dan disinergikan dengan seluruh energi yang ada. Pengisian energi cakra kita ibaratkan mengecas baterai, harus dilakukan secara rutin.

Mengecas cakra Energi alam dicas ke bawah Energi Ilahi dicas ke atas.

Seorang muslim yang melakukan shalat dengan khusyuk, yaitu di saat bersujud dan menekankan jari-jari kakinya ke tanah, maka dia telah menghubungkan energi bumi. Saat berdiri atau duduk tasyahhud, dia telah menghubungkan energi Ilahi. 

Secara keseluruhan, shalat adalah media untuk mikraj (naik) channelling kepada Allah, dan media untuk turun bersujud menyerap kesadaran energi positif tertinggi, sekaligus membuang kotoran hati dan energi-energi negatif. 

Hubungan ke atas dan ke bawah adalah grounding menyelaraskan energi dengan Allah dan alam semesta sekaligus membuang semua energi negatif dan pengaruh-pengaruh buruk.

Ketika kita melakukan meditasi pernafasan, berarti kita melakukan pembersihan medan energi, sekaligus penyelarasan, pengisian, penguatan dan pemberdayaan bashirah.

Untuk menjaga agar kita tetap terhubung dengan energi Ilahi dan energi alam semesta - setidaknya kalau kita tidak bisa meditasi - kita lakukan Grounding. 

Grounding artinya terhubung kelqngit dan ke bumi. Dengan grounding, kita tidak pernah lepas berhubungan dengan energi langit dan energi bumi. Energi langit berararti energi Allah dan energi alam semesta, energi bumi berarti energi mikrokosmos.

Grounding berarti memberdayakan kekuatan rohani dan kekuatan fisik atau raga. Grounding akan memastikan seseorang menerima cukup energi dari langit dan bumi secara seimbang. 

Grounding ini dilakukan sama dengan meditasi, tetapi tidak harus konsentrasi penuh dan dalam kondisi hening. Bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Grounding juga memberikan perlindungan kepada diri di mana energi negatif akan secara otomatis disalurkan ke bumi. Dengan grounding, kita membuang sisa-sisa energi yang tidak terpakai, melunturkan racun atau toksin dan sisa-sisa metabolisme dan mengembalikannya ke dalam inti bumi. Kemudian bumi mengolahnya kembali menjadi keberkahan bagi manusia.

Anda yang berhubungan dengan pasien atau sehabis membantu penyembuhan orang sakit, atau sehabis berinteraksi dengan hal-hal yang berbahaya, sebaiknya Anda segera melakukan grounding. 

Di sini grounding menjadi media untuk memutus pengaruh negatif, membebaskan akibat negatif, menjaga agar tidak tertular virus/bakteri, dan sekaligus membuang sisa-sisa energi yang tidak terpakai.

Caranya sangat mudah. Ketika Anda menarik nafas panjang, visualisasikan ada cahaya yang masuk melalui Cakra Mahkota. 

Tahanlah nafas di dada sambil visualisasikan cahaya itu membesihan diri Anda. Kemudian hembuskan nafas sambil memvisualisasikan bahwa kotoran atau semua energi negatif terbuang keluar dan masuk ke dalam bumi.

Attunement dan Inisiasi

Attunement = Pembukaan/penyelarasan. Inisiasi = Memulai melakukan penyuerapan

Attunement adalah sebuah cara atau ritual yang dilakukan oleh Master kepada praktisi untuk membuka seluruh cakra yang menjadi terminal dan medan energi praktisi. 

Setelah diberikan Attunement, seseorang praktisi bisa melakukan inisiasi sendiri untuk mengakses energi alam semesta.

Attunement hanya bisa dilakukan oleh seorang Master yang mendapatkan kewenangan secara esoteris.

Dalam thareqat, seorang murid memang harus dibimbing oleh mursyid. Maka mursyid inilah yang membuka dan menyelaraskan cakra muridnya, sehingga sang murid bisa melanjutkan inisiasi sendiri untuk meningkatkan kualitas ilmunya. 

Namun jika Anda belum menjadi murid dalam sebuah thareqat, Anda bisa meminta kepada seorang ustadz yang punya silsililah belajar dengan ustadz sebelumnya untuk mengajarkan satu ayat Al-Qur'an atau satu doa kepada Anda, bukan seseorang yang menjadi ustadz karena belajar sendiri atau autodidak.

Seorang ustadz yang belajar secara autodidak, walaupun dia sangat hebat, tidaklah punya silsilah hubungan keilmuan dengan gurunya. Dari manfaat pengamalan secara pribadi, baik yang autodidak maupun belajar dengan guru, tidak ada perbedaannya. Namun dari sisi pertangggung jawaban, jelas ada bedanya.

Bertemu langsung dengan guru disebut "Talaqqi," dan inilah yang ditempuh oleh ulama-ulama besar Islam, sanad keilmuannya jelas. Ada sebuah atsar menyatakan:

"Siapa yang tidak belajar dari seorang guru, maka Gurunya adalah setan." Karena ilmu semacam ini harus diajarkan langsung secara musyafahah (face to face) dari seorang guru kepada murid, sama seperti Rasulullah Shalallahu A'laihi Wa Sallam yang belajar dari malaikat jibril, dan ]ibril dari Allah. 

Begitu jugu, para ulama. Mereka belajar secara mutawatir (silisilah yang menyambung) dari Gurunya, gurunya dari gurunya sampai kepada Rasulullah Shallallahu a'laihi wasallam. 

Contohnya adalah belajar membaca Al-Qur'an. Belajar'membaca Al-Qur'an harus ditempuh dengan musyafahah, tidak cukup hanya dengan belajar sendiri. Anda yang sudah mendapatkan ajaran satu ayat atau satu doa dari seorang guru yang punya silsilah keilmuan, maka dengan ayat atau doa tersebut Anda bisa mengamalkan buku ini.

Kalau Anda membaca riwayat hidup para ulama besar, Anda akan tahu bahwa mereka punya silsilah keilmuan dengan Para guru sebelumnya. 

Imam Syafii, Imam Al-Ghozali dan lain lainnya - misalnya - mereka punya guru-guru yang memberikan attunement secara langsung. Karena itulah, tidak diragukan lagi energi yang dimilikinya bisa sangat dahsyat.

Setelah mendapatkan attunement, praktisi harus istiqamah membersihkan, mengisi dan menyelaraskan cakra. Dengan melakukan latihan menyerap energi, seseorang berarti meningkatkan energi, menghimpun energi dan bahkan meningkatkan frekuensi kesadaran energinya menjadi lebih dahsyat. 

Frekuensi energi yang tinggi akan menangkap sinyal dari berbagai arah, sekalipun pancaran sinyal itu sangat lemah. 

Dengan demikian, kita bisa menjadi lebih peka dan mampu menangkap hal-hal yang tidak dapat dideteksi oleh indra biasa.

Kita ibaratkan diri kita yang sudah mendapatkan attunement dan inisiasi ini bagai sebuah radar. Diri ini akan mampu menangkap gelombang elektromagnetik yang datang dari berbagai arah, sehingga bisa mendeteksi dan menyeleksi mana yang baik dan mana yang buruk. Radar bashirah itu semakin kuat daya tangkapnya terhadap sinyal manakala kita selalu memberdayakan cakra-cakra tersebut.

0 Response to "Membuka Bashirah (Energi Ilahi - Mata Batin)"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak