DIANGKAT SEBAGAI NABI DAN RASUL ALLAH

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah.

Turunnya Wahyu kepada Rasulullah

Menjelang turunnya wahyu pertama, Rasulullah sering mendapatkan mimpi-mimpi yang benar. Maksudnya, mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan. 

Beliau tidaklah bermimpi, kecuali beliau melihat mimpi beliau itu dengan jelas seperti cahaya di waktu subuh.

Ketika genap berusia 40 tahun lewat 6 bulan, wahyu pertama turun kepada beliau yang dibawa oleh malaikat Jibril ‘alaihis salam dan yang pertama kali diturunkan dari Al Qur-an adalah Surat Al ‘Alaq ayat 1-5. Allah ta’ala berfirman:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ : ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ : ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ : ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ : ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ : ٥

“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu yang telah menciptakan. Diatelah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah yang maha pemurah. Yang mengajarkan (manusia) denganperantaraan kalam. Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidakdiketahui mereka.”(QS. Al ‘Alaq: 1-5)

Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang ummi (tidak bisa membaca dan menulis), maka Jibril ‘alaihis salam membacakan apa yang dibawanya dan Rasulullah menyimak serta menghafalnya. 

Dengan wahyu pertama ini pula, Rasulullah diangkat Allah ‘azza wa jalla sebagai seorang nabi. Setelah turun wahyu pertama, terputuslah wahyu untuk sementara waktu. 

Dalam masa ini, Rasulullah merasa gelisah, kuatir, dan rindu untuk mendapatkan wahyu kembali sampai kemudian turunlah wahyu keduaketika beliau sedang berselimut. Allah ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ . قُمْ فَاَنْذِرْۖ. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْۖ . وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ . وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْۖ

Wahai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan. Dan agungkanlah Rabb mu. Bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala perbuatan keji. Janganlah engkau memberi agar mendapatkan yang lebihbanyak. Dan bersabarlah untuk Rabb mu.”(QS. Al Muddatstsir: 1-5)

Makna “Bangunlah, lalu berilah peringatan” adalah memperingatkandari kesyirikan dan mengajak kepada tauhid. “Dan agungkanlah Rabbmu,”maksudnya, agungkan Rabb mu dengan tauhid.

“Bersihkanlah pakaianmu,”maksudnya, sucikan amalan-amalanmu dari kesyirikan. “Dan tinggalkanlah segala perbuatan keji,” perbuatan keji adalah berhala-berhala jauhi dan tinggalkanlah serta berlepas diri darinya dan parapelakunya.

Karena itu, wahyu kedua tersebut menjadi tanda diangkatnya beliau sebagai seorang rasul. Sejak itu, beliau memulai tugas beliau sebagai utusan Allah yang mengajak manusia agar bertauhid kepada Allah dan memperingatkan manusia agar menjauhi segala bentuk kesyirikan, sebagaimana tugas para rasul sebelum beliau. Allah ta’ala berfirman:

 اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ

“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Dawud.” (QS. An Nisa’: 163)

Rasulullah Memulai Dakwah Di Mekkah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwah dari lingkungan terdekat beliau: Kalangan keluarga dan kalangan sahabat beliau. 

Beliau melakukannya secara sembunyi-sembunyi di Mekkah. Dakwah seperti ini disebut dengan dakwah sirriyah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya selama tiga tahun.

Dari dakwah yang seperti itu, masuk ke dalam Islam sejumlah orang yang berada di sekitar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Dari lingkungan keluarga, masuk ke dalam Islam Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin Haritsah, dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum. 

Zaid bin Haritsah dulunya adalah budak milik Khadijah yang dihadiahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah pun memerdekakannya, tetapi Zaid memilih untuk terus bersama Rasulullah, membantu dan melayani Rasulullah dan rumah tangganya.

Adapun Ali, waktu itu beliau masih belia. Beliau baru berusia 8 tahun, ketika masuk ke dalam Islam. Sejak kecil, beliau telah diasuh oleh Rasulullah di tengah keluarganya agar dapat mengurangi beban Abu Thalib.

Dari kalangan keluarga Khadijah, juga beriman Waraqah bin Naufal. Sepupu Khadijah ini dulunya adalah seorang pemeluk agama Nasrani. Ia mengerti bahasa kitab Injil (bahasa Ibrani) dan menuliskannya ke dalam bahasa Arab.

Ketika turun Surat Al ‘Alaq ayat 1-5, Khadijah membawa Rasulullah untuk menceritakan hal itu kepada Waraqah. Waraqah segera membenarkannya, mengimani, dan meyakini bahwa Rasulullah adalah seorang nabi seperti Nabi Musa ‘alaihis salam. 

Sahabat terdekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam   adalah Abdullah bin Utsman At Taimi atau yang lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash Shiddiq. 

Usianya dua tahun lebih muda dari pada Rasulullah. Ketika Rasulullah menyampaikan dakwah di awal kali, Abu Bakar segera menerima dan mengimaninya. 

Beliau pun masuk ke dalam Islam di hari-hari pertama dakwah Rasulullah. Abu Bakar kemudian mendakwahkan apa yang beliau peluk itu.

Beliau berdakwah di lingkaran pertemanannya. Akhirnya, masuk ke dalam Islam lewat perantaraan Abu Bakar teman-teman dekatnya seperti Utsman bin Affan, Saad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Utsman bin Mazh’un, dan Arqam bin Abil Arqam radhiyallahu ‘anhum. 

Dakwah secara sembunyi-sembunyi kemudian dilanjutkan oleh Rasulullah di rumah Arqam bin Abil Arqam radhiyallahu ‘anhu. Rumah sahabat Rasulullah ini terletak di pinggiran kota Mekkah dan jauh dari keramaian. 

Di sana, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat-ayat Al Qur-an yang baru turun dan menjelaskan berbagai pokok akidah kepada sahabat-sahabat beliau. 

Mereka diterangkan oleh beliau tentang pentingnya tauhid khususnya tauhid uluhiyah. Mereka juga diterangkan tentang hari kiamat, keadaan Surga dan Neraka serta keadaan para penghuninya masing-masing.

Wahyu yang turun kepada beliau pun kebanyakan berupa ayat-ayat yang pendek dan mudah dihafal oleh mereka yang baru masuk Islam waktu itu. 

Misalnya, surat Al Qamar, Ath Thur, Al Muddatstsir, Al Fatihah, AnNajm, ‘Abasa, dan Ar Rahman. Surat-surat yang seperti ini biasa disebut sebagai surat-surat atau ayat-ayat makkiyah.

Memulai Dakwah secara Terang-Terangan

Dakwah secara sembunyi-sembunyi itu terus berlangsung, sampai turunayat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi :

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala yang diperintahkan (kepada mu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrikin.” (QS. Al Hijr: 94)

Dalam ayat ini, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan rasulNya untuk menyampaikan dakwah secara terang-terangan. Tidak lagi secara sembunyi-sembunyi. 

Dakwah seperti ini biasa disebut dengan dakwah jahriyyah.Yang pertama kali Rasulullah ajak ketika memulai berdakwah secara terang-terangan adalah kerabat-kerabat terdekat beliau sebelum kabilah-kabilah Quraisy lainnya dan penduduk Mekkah secara umum. 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ ۙ

“Dan berilah peringatan kerabat-kerabatmu yang terdekat.”(QS. Asy Syu’ara’: 214)

Karena itulah, pada suatu hari, Rasulullah pergi ke Bukit Shafa dan beliau kumpulkan kerabat-kerabat beliau yang ada. 

Lalu, beliau ajak mereka “Wahai orang-orang Quraisy. Belilah diri-diri kalian. Aku tidak bisa melindungi kalian dari Allah sedikit pun. 

Wahai Bani Abdi Manaf, aku tidak bisa melindungi kalian dari Allah sedikit pun. Wahai Abbas bin Abdil Muththalib, aku tidak bisa melindungimu dari Allah sedikit pun. 

Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah, aku tidak bisa melindungimu dari Allah sedikit pun. Wahai Fatimah bintu Muhammad, mintalah harta kepada ku semaumu. Aku tidak bisa melindungimu dari Allah sedikit pun.”(HR. Al Bukhari dan Muslim)

Ajakan Rasulullah itu ternyata langsung mendapatkan tentangan dari kalangan kerabat beliau sendiri. Paman beliau yang bernama Abdul Uzzaatau Abu Lahab segera berdiri dan melaknat Rasulullah. 

“Celaka engkau Hanya untuk inikah engkau undang kami ke tempat ini?!”, teriak Abu Lahab. Apa yang dilakukan paman Rasulullah itu segera mendapat balasan. 

Allah ‘azza wa jalla  menurunkan Surat Al Masad yang di dalamnya Allah ta’ala melaknat Abu Lahab dan menimpakan azab yang pedih kepadanya. Allah ta’ala berfirman:

تَبَّتۡ يَدَاۤ اَبِىۡ لَهَبٍ وَّتَبَّؕ. مَاۤ اَغۡنٰى عَنۡهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَؕ. سَيَصۡلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ. وَّامۡرَاَ تُهٗ ؕ حَمَّالَةَ الۡحَطَبِ‌ۚ‏. فِىۡ جِيۡدِهَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ

“Binasalah tangan Abu Lahab dan binasalah ia. Tidak akan bermanfaat untuknya harta-bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak, ia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Demikian pula istrinya, si pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari serabut.” (QS. Al Masad: 1-5)

Di surat tersebut, Allah ta’ala juga melaknat istri Abu Lahab, Ummu Jamil, karena ikut membantu suaminya menentang risalah yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Meskipun ditentang seperti itu oleh kerabat beliau sendiri, Rasulullah tidak menyerah. Beliau terus mendakwahkan risalah yang turun kepada beliau. 

Beliau mengajak mereka untuk meninggalkan ibadah kepada berhala-berhala. Beliau mengajak mereka untuk hanya beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. 

Semua ini beliau jalankan sampai akhirhidup beliau, sebagaimana yang dilakukan oleh para rasul sebelum beliau shalawatullah wa salamu ‘alaihim. 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ  

Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul) (QS. An Nahl:36)

Demikian Diangkatnya Beliau (Muhammad) sebagai Nabi dan Rasul Allah. Terimakasih Atas kunjungannya. Semoga bermanfaat.

0 Response to "DIANGKAT SEBAGAI NABI DAN RASUL ALLAH"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak