Diterimanya Ibadah
“Sesungguhnya apabila Allah menerima amalan seorang hamba, maka Allah memberikan kemampuan kepadanya untuk beramal shalih lagi setelahnya, sebagaimana yang dikatakan sebagian ulama, 'Pahala dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.'
Hadits tersebut menjelaskan bahwa salah satu tanda diterimanya amal ibadah adalah kemampuan untuk terus beramal saleh. Ibnu Rajab rahimahullah mengemukakan bahwa jika Allah menerima amal seseorang, maka Dia akan memudahkan orang tersebut untuk melakukan amal saleh selanjutnya. Analogi yang digunakan adalah "pahala kebaikan adalah kebaikan setelahnya".
Artinya, jika seseorang melakukan amal saleh dan kemudian Allah memudahkannya untuk melakukan amal saleh lainnya, ini bisa menjadi indikasi bahwa amal saleh pertamanya telah diterima Allah. Sebaliknya, jika setelah melakukan amal saleh, seseorang malah melakukan perbuatan dosa, ini bisa menjadi pertanda bahwa amal saleh pertamanya mungkin tidak diterima.
Penjelasan lebih rinci:
- Penerimaan Amal: Penerimaan amal bukan sekadar dilihat dari hasil perbuatannya, tetapi juga dari niat dan kesungguhan pelakunya. Allah SWT melihat hati dan keikhlasan seseorang. Hadits ini menekankan aspek keberlanjutan dalam kebaikan sebagai indikator penerimaan.
- Kemampuan untuk Beramal Saleh: Ini bukan berarti seseorang akan selalu bebas dari dosa, tetapi lebih kepada kemudahan dan dorongan dari Allah SWT untuk terus berbuat baik. Allah akan memberikan kekuatan dan pertolongan kepada hamba-Nya yang berniat baik dan berusaha untuk memperbaiki diri.
- Kebaikan Setelah Kebaikan: Pernyataan "pahala kebaikan adalah kebaikan setelahnya" menunjukkan siklus positif. Melakukan kebaikan akan memotivasi untuk melakukan kebaikan selanjutnya, menciptakan kebiasaan baik yang berkelanjutan.
- Kebaikan Dilanjutkan dengan Kejahatan: Sebaliknya, jika seseorang melakukan kebaikan tetapi kemudian diikuti dengan keburukan, ini menunjukkan adanya kelemahan dalam keimanan dan ketaqwaan. Ini bukan berarti kebaikan pertamanya sia-sia sepenuhnya, tetapi menunjukkan perlunya introspeksi dan perbaikan diri.
Kesimpulan:
Hadits Ibnu Rajab ini memberikan perspektif yang penting tentang tanda penerimaan amal. Bukan hanya cukup dengan melakukan satu perbuatan baik, tetapi konsistensi dan keberlanjutan dalam berbuat baik merupakan indikator yang kuat.
Namun, perlu diingat bahwa hanya Allah SWT yang mengetahui secara pasti apakah amal kita diterima atau tidak. Umat Islam harus tetap berikhtiar dan bertawakal kepada Allah SWT.
0 Response to "Diterimanya Ibadah"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak