Penyakit Merasa Paling Benar dalam Beragama

 بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah hingga hari akhir.

Islam mengajarkan umatnya agar tidak merasa diri paling benar, paling bersih. Pihak lain dianggap salah dan kotor. 

Allah mengingatkan bagi umat yang beriman, 

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يُزَكُّوْنَ اَنْفُسَهُمْ ۗ بَلِ اللّٰهُ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَاۤءُ وَلَا يُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا

Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci (orang Yahudi dan Nasrani)? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun. (QS An-Nisa/4: 49)

Sementara Nabi dalam hadist dari Abu Hurairah, baginda berkata, 

يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاةَ فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذْلَ- أَوْ الجَذْعَ – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ

“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari).

Sebagian dari kita ada saja yang belum bisa menerima perbedaan dalam berislam. Merasa paling benar dan menyalahkan sebagian yang berbeda dengan golongannya. 

Bahkan tidak jarang juga yang berani mengkafirkan saudara seagamanya hanya karena berbeda persepsi. 

Dan yang lebih parah lagi ada yang mendeklarasikan golongannya bisa masuk surga, sedangkan yang lain harus merasakan panasnya siksa neraka terlebih dahulu.

Sejatinya, merasa paling benar dan paling suci itu hanya tipu daya setan yang sangat halus sehingga membuat sesuatu yang salah menjadi tampak benar. 

Firman Allah dalam QS An Najm ayat 32 berbunyi:

هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

“Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”(QS An Najm : 32)

Fenomena merasa paling benar dan paling suci adalah indikasi dari seseorang yang sombong, dan sikap ini tidak dianjurkan dalam Islam. 

Oleh karena itu, Islam menganjurkan umatnya untuk mengenal Tuhan dan dirinya. Karena apabila sudah mengenal Tuhan dan dirinya akan terhindar dari berbagai penyakit hati yamg bisa merusak tubuhnya. 

Merasa paling benar pasti melahirkan kesombongan sehingga ia menganggap rendah orang yang tidak seperti dirinya, padahal bisa jadi orang-orang tersebut adalah yang lebih dekat kepada  Allah melalui amalan yang lain. 

Al-‘Allamah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah dalam Madarij As-Salikin: berkata,

 إذا فتح الله عليك في باب قيام الليل ، فلا تنظر للنائمين نظرة ازدراء . وإذا فتح الله عليك في باب الصيام ، فلا تنظر للمفطرين نظرة ازدراء. وإذا فتح الله عليك في باب الجهاد ، فلا تنظر للقاعدين نظرة ازدراء . فرب نائم ومفطر وقاعد .. أقرب إلى الله منك

“Jika Allah Ta’ala membukakan untukmu pintu (memudahkan) shalat malam, jangan memandang rendah orang yang tertidur. Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa (sunnah), janganla memandang rendah orang yang tak berpuasa. Dan jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, maka jangan memandang rendah orang yang tak berjihad. Sebab, bisa saja orang yang tertidur, orang yang tidak berpuasa (sunnah) dan orang yang tak berjihad itu lebih dekat kepada Allah ketimbang dirimu.”

Kemudian beliau melanjutkan,

وإنك أن تبيت نائماً وتصبح نادماً خير من أن تبيت قائماً وتُصبح معجباً ، فإنَّ المُعجَب لا يصعد له عمل

“Sungguh, engkau ketiduran sepanjang malam lalu menyesal di waktu pagi, lebih baik daripada melewati malam dengan ibadah tapi merasa bangga di pagi hari. Itu karena orang yang sombong, amalannya tidak akan naik ke sisi Allah.”

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah berkata penuh ibrah, “Jika Allah Ta’ala membukakan untukmu pintu shalat malam, jangan memandang rendah orang yang tertidur. 

Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa (sunnah), janganlah memandang rendah orang yang tidak berpuasa”. 

Dikatakan, “Dan jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, maka jangan memandang rendah orang lain yang tidak berjihad”.

Sebab, bisa saja orang yang tertidur, orang yang tidak berpuasa (sunnah), dan orang yang tidak berjihad itu lebih dekat kepada Allah ketimbang dirimu”.

Imam Syafii yang luas ilmu dan luhur akhlaknya berkata bijak, kalamy shawaabu yahtamilu al-khathaa, wa kalamu ghairy hathau yahtamilu al-shawaaba.  

Artinya: “Pendapatku boleh jadi benar tetapi berpeluang salah, sedangkan pendapat orang lain bisa jadi salah namun berpeluang benar.”.

Demikian Kiranya Penyakit Merasa Paling Benar dalam Beragama. Semoga bermanfaat. Terima Kasih  atas kunjungannya.

0 Response to "Penyakit Merasa Paling Benar dalam Beragama"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak