Akal dan Nafsu

Puji dan Syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Alloh Subhanahu wata'ala, atas limpahan rahmat serta berkahNya kepada kita, umat islam. 

Sholawat dan salam kita curah limpahkan kepada junjunan alam Nabi Muhammad Shalallahu A'laihi Wa Sallam, keluarganya, shohabatnya dan semua pengikutnya.

Dimulai dari penciptaan akal dan nafsu, jauh sebelum penciptaan malaikat dan nabi Adam. 

Pada saat itu, Allah memerintahkan akal dan nafsu untuk menghadap-Nya. Allah berfirman: 

“Man ana wa man anta? (siapa Aku dan siapa kamu?)”. Kemudian akal menjawab, “Anta Rabbi wa ana ‘abduka adhdhoif (Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu yang lemah)”. Karena itu Allah memberikan kemuliaan kepada akal.

Kemudian giliran nafsu, ketika diperintahkan untuk menghadap, ia diam saja, tidak menjawab. 

Ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama “Man ana wa man anta? (siapa Aku dan siapa kamu?)”, dengan sombongnya nafsu menjawab, “Ana wa ana, Anta wa Anta” (aku adalah aku, Engkau adalah Engkau). 

Mendengar jawaban nafsu, maka Allah murka dan menghukumnya dengan memasukkan nafsu ke dalam neraka Jahim selama 100 tahun. 

Setelah dikeluarkan dari neraka Jahim dan ditanya lagi oleh Allah “Man ana wa man anta? (siapa Aku dan siapa kamu?)”, dia pun menjawab dengan jawaban yang sama. 

Akhirnya Allah memasukkan lagi nafsu ke neraka Juu’ (neraka yang penuh dengan rasa lapar dan haus dahaga yang amat sangat) selama 100 tahun pula. Nafsu dibiarkan tanpa makan dan minum.

Setelah nafsu tidak diberi makan dan minum (puasa) membuat nafsu sadar dan tak berdaya. Nafsu akhirnya menyerah dan mengakui bahwa Allah Swt. adalah Tuhan yang menciptakannya.

Jenis dari nafsu itu sendiri yakni:

1. Al Ammarah bi suu’, yaitu suka menyuruh kepada keburukan. 

Kata tersebut bermakna bahwa jiwa pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung melakukan keburukan. Contoh: mencuri, berkata bohong, menipu, dll.

2. Lawwamah, yaitu menyesali diri. 

Contoh: menyesali keadaan diri karena merasa kurang melakukan kebaikan dan menyesal atas keburukan yang dilakukan. Dalam hal ini, jiwa memiliki kesadaran akan hal itu.

3. Muthmainnah, yaitu sifat jiwa yang memperoleh ketenangan dan ridho Allah. 

Contoh: merasa tenteram kepada Allah, tenang dengan mengingat-Nya, dan bertobat kepada-Nya, rindu bertemu dengan-Nya, dan menghibur diri dengan dekat kepada-Nya.

Sungguh Allah sangat mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah memberikan malaikat berupa akal namun tidak dengan nafsu. 

Sehingga malaikat senantiasa beribadah memuji keagungan-Nya. Lalu, Allah memberikan hewan dan binatang berupa nafsu namun tidak dengan akal. 

Sedangkan kepada manusia, Allah memberikan akal dan nafsu agar manusia bisa diuji seberapa besar kemampuannya untuk mengendalikan akal dan nafsu selama hidup di dunia.

Berdasarkan kisah di atas, kita bisa mengambil hikmah betapa mulianya derajat manusia yang bisa mengendalikan akal dan nafsu. 

Adapun cara untuk mengendalikan akal dan nafsu salah satunya adalah berpuasa/shaum, terutama wajib dilakukan bagi umat beriman di bulan Ramadhan ini. 

Karena, apabila seseorang tidak bisa mengendalikan (menundukkan) nafsunya, maka ia sama saja seperti binatang bahkan lebih dari itu dan tentu akan mendapatkan kerugian yang amat besar.

Demikian penciptaan akal dan nafsu. Semoga bermanfaat, Sallam bahagia sukses dunia akhirat aamiin.

0 Response to "Akal dan Nafsu"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak