Empat Permata Dalam Diri Setiap Manusia

Marilah kita kembali memperbaharui rasa syukur kita kepada Allah atas nikmatnya “allati bini'matihi tatimmush shaalihaat”, yang karena nikmat-Nya, Allah memudahkan kita untuk menyempurnakan ketaatan kita kepada Allah Subhanahu wata'ala. 

Shalawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Shalallahu A'laihi Wa Sallam, yang telah mengajari kita bagaimana menjadi orang yang mampu menjaga kemulian-kemuliaan yang dikaruniakan oleh Alloh Subhanahu wata'ala kepada kita sebagai umat manusia. 

Marilah terus menjaga dan meningkatkan kualitas Taqwa kepada Allah Subhanahu wata'ala. 

Takwa adalah bekal hidup paling berharga dalam diri seorang muslim untuk bisa merasakan hakikat kebahagiaan hidup, baik di dunia mau pun di akhirat. Wa

Dan taqwalah yang akan mampu mengendalikan empat permata dalam tubuh manusia. 

Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, dan amal salih sehingga dengan taqwa tidak terjerumus untuk ingkar akan dan berbuat maksiat kepada Allah.

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk terbaik. Ia diciptakan dengan bentuk fisik yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti akal pikiran, rasa, dan karsa (kehendak). 

Manusia berbeda dari makhluk Allah lainnya. Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa diberi syahwat dan nafsu. 

Hewan dibekali syahwat sehingga hidupnya hanya mengikuti keinginan kebutuhan badannya; makan, minum, berhubungan badan dan segala keinginan yang bersifat jasmaniah. 

Sementara setan diciptakan hanya dengan bekal nafsu sehingga sepanjang hidupnya selalu ingkar akan nikmat Allah. 

Manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya , artinya :

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” 

Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. 

Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya. 

Manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya mengumbar hawa nafsunya. 

Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya, sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin

Rasulullah Shalallahu A'laihi Wa Sallam bersabda, 

“Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat hilang karena empat hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, dan amal salih. Ghadlah (marah-marah) dapat menghilangkan akal, iri dan dengki (hasud) dapat menghilangkan agama, serakah (thama’) dapat menghilangkan sifat malu, dan menggunjing (ghibah) dapat menghilangkan amal shalih”. 

Permata dalam tubuh manusia Yang Pertama adalah Akal. Akal adalah alat untuk memahami agama. 

Agama adalah rambu-rambu atau aturan yang memberikan arah pada manusia, sifat malu adalah pengendali, dan amal salih adalah buah dari akal memahami agama dengan pengendali berupa sifat malu tadi. 

Akal menjadi pemimpin dalam tubuh manusia untuk memahami mana yang hak dan batil, mana yang patut ataupun tidak, mana yang harus dikerjakan ataupun ditinggalkan. 

Ibnu Hajar al-Asyqalani dalam kitabnya Nashaihul Ibad mendefinisikan akal sebagai ? 

 “Permata ruhani ciptaan Allah yang berada dalam jasad manusia untuk mengetahui sesuatu yang hak dan batil.”

Permata kedua yang dikaruniakan Allah kepada manusia adalah agama. 

Agama adalah aturan atau norma yang mengarahkan akal manusia untuk menerima hal-hal yang baik, layak dan pantas. 

Agama menjadi pedoman bagaimana manusia menjalani kehidupannya; bagaimana mengendalikan syahwat dan nafsu. 

Akal sehat akan mengarahkan kita dapat menerima agama yang hanif (lurus), yang mampu memberikan ketenangan lahir batin dan dapat melahirkan sifat pengedali (malu), serta membuahkan amal salih. 

Permata ketiga adalah Malu. Malu merupakan sifat yang dikembangkan oleh agama untuk mengendalikan perilaku manusia, yang dapat membedakan kita dengan hewan ataupun setan. 

Oleh karena itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani membagi malu menjadi dua, yakni Haya’un Nafsiyun dan Haya’un Imaniyun. Haya’un Nafsiyun adalah rasa malu yang diberikan Allah pada setiap manusia, seperti rasa malu memperlihatkan auratnya dan sejenisnya. Sifat ini tidak diberikan pada hewan. Sementara Haya’un Imaniyun adalah 

“Ketika seorang mukmin mampu mencegah dirinya untuk berbuat maksiat karena takut kepada Allah Subhanahu Wata'ala.” 

Sifat ini hanya diberikan pada orang mukmin yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami perintah dan larangan Allah. 

Karena itu, wajar jika Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan: 

 “Malu itu sebagian dari iman.” Malu untuk berbuat maksiat, malu meninggalkan perintah agama, malu tidak berbuat baik dan lain sebagainya.

Permata yang terakhir yang keempat dimiliki manusia adalah amal shalih, yakni perbuatan yang patut dan baik menurut kaidah agama. 

Amal shalih adalah buah dari kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan. 

Banyak orang mampu memahami agama atau mengerti ilmu agama, tetapi tidak mampu mengendalikan syahwat dan nafsunya, sehingga ia tidak memiliki rasa malu, maka ia hanya bisa melakukan sesuatu yang hanya berorientasi pada kebutuhannya yang kadang merugikan orang lain. 

Contoh sederhana yang dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari, betapa banyak orang pandai agama tetapi tidak mampu mengendalikan diri, sehingga ia bukan mengamalkan ilmu agama, namun hanya memperalat agama untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya. Maka akibat yang timbul dari itu bukan amal shalih tetapi justru maksiat.

Rasulullah dalam dalam hadits di atas juga mengingatkan pada kita akan bahaya yang mengancam empat permata manusia tersebut. Rasul mengatakan: ? 

“Ghadlah (marah-marah) dapat menghilangkan akal, iri dan dengki (hasud) dapat menghilangkan agama, serakah (thama’) dapat menghilangkan sifat malu, dan menggunjing (ghibah) dapat menghilangkan amal shalih.

Semoga kita dapat menjaga dan mengoptimalkan permata yang ada dalam hidup kita untuk menjadi insan pilihan dan masuk dalam kategori muttaqin (orang yang memiliki ketakwaan). 

Semoga bermanfaat Sallam bahagia Sukses Dunia Akhirat Aamiin.

0 Response to "Empat Permata Dalam Diri Setiap Manusia "

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak