Berusaha Hidup Tanpa Utang

Berusaha Hidup Tanpa Utang 

Jika seseorang ingin hidup lebih bermakna lagi bermanfaat, maka berusahalah hidup tanpa berutang. 

Akan tetapi hidup tanpa utang merupakan hal yang cukup susah, karena rata-rata kita semua memiliki utang, yang membedakan hanyalah tingkat utang kita. Semakin besar utang seseorang maka akan semakin pusing, karena bagi orang yang, utang merupakan suatu permasalahan yang besar. 

Berbeda halnya dengan orang-orang yang zalim, bagi mereka seberapapun besar utang mereka, mereka anggap remeh bahkan cuek terhadap urusan tersebut. Bagi seorang mukmin utang adalah hal yang berbahaya dan harus mereka selesaikan segera. 

Sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah tidak mau menyalatkan jenazah seseorang karena orang tersebut belum membayar utang. Oleh karenanya tatkala seseorang berutang, hendaknya dia berusaha mencicil utang tersebut, agar dia bisa lepas dari kegelisahan tersebut.

Dalam Sahih Bukhari disebutkan dari 'Aisyah radhiallahu 'anha mengatakan, 

"Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam shalat membaca doa: 'Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah al-Masih ad-Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan utang'. Tiba-tiba ada seseorang berkata kepada beliau, 

"Kenapa engkau banyak meminta perlindungan dari utang?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya seseorang apabila berutang dia akan cenderung berkata dusta dan berjanji lalu mengingkarinya". (HR. Bukhari no. 832)

Hadits ini merupakan dalil bahwa utang bisa menghantarkan seseorang kepada dosa-dosa besar, kebinasaan. Karena kebanyakan seseorang ketika berutang melakukan dusta agar dia tidak membayar utangnya, sampai kepada dia mengingkari janji. Sehingga orang yang berutang terjerumus ke dalam sifat kemunafikan.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,

"Tanda-tanda munafik ada tiga; (yaitu) jika berbicara dia dusta, jika diberi amanah dia khianat, dan jika berjanji mengingkari." (HR. Bukhari no. 2682)

Oleh karenanya tiga sifat kemunafikan ini yaitu jika berbicara dusta, jika diberi amanah dia khianat, jika berjanji dia ingkar, terkumpul pada diri orang yang berutang. Oleh karenanya orang yang ingin lari dari utangnya, maka akan terjerumus ke dalam dosa-dosa besar tersebut. 

Maka dari itu dianjurkan bagi seseorang untuk memperbanyak berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala agar terhindar dari utang. Kalaupun dia telah memiliki utang, maka dia berdoa agar utangnya bisa segera lunas.

Maka penulis ingatkan kepada saudaraku sekalian, bahwa benar kebutuhan kita banyak, akan tetapi kita harus melihat mana yang harus lebih kita prioritaskan. 

Jangan kita selalu berangan-angan dan bermimpi ingin sesuatu yang mewah, sementara kemampuan kita tidak bisa menyanggupi.

Karena biasanya kita akan memaksa diri berutang untuk memenuhi hasrat tersebut. Dan tatkala kita telah berutang, maka pasti hati akan menjadi gelisah. Akan tetapi kegelisahan tersebut hanya akan dialami oleh orang-orang yang beriman karena takut jika dia meninggal dalam keadaan masih memiliki utang. 

Selain sebab itu, kegelisahannya juga hadir karena mengingat bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam tidak mau menyalatkan jenazah orang yang masih memiliki utang. 

Adapun orang-orang yang tidak beriman, mereka akan cuek dengan utang yang dia miliki. Maka jika seseorang ingin hidupnya tenteram, hendaklah dia berusaha untuk tidak memiliki utang, dan jika dia punya utang, hendaknya dia berusaha untuk segera melunasinya.

Ketahuilah bahwa penyakit seseorang yang memiliki utang adalah biasanya dia akan menunda-nunda pembayaran utangnya. Dia mampu untuk membayar utangnya, akan tetapi dia tidak ingin membayarnya. Dan sikap seperti ini adalah sikap yang berbahaya. Oleh karenanya Rasulullah, bersabda

"Menunda pembayaran utang bagi orang yang kaya (mampu) adalah kezaliman." (HR. Bukhari no. 2400)

Maka selama seseorang menunda pembayaran utang padahal dia mampu, maka selama itu pula dia berlaku zalim. Dan hal seperti ini hukumnya haram. Dan orang-orang seperti ini tidak tahu balas budi. 

Bagaimana mungkin dikatakan bahwa orang seperti itu adalah orang yang pandai balas budi, sedangkan tatkala ada orang yang membantu dan menolongnya agar terhindar dari praktik riba dengan meminjamkannya sesuai kebutuhannya, akan tetapi dia tidak membayar utangnya sama sekali? Bukankah sikap seperti itu adalah sikap yang kurang terpuji?

Maka tatkala seseorang memiliki utang, janganlah dia berpikir dan berangan ingin membeli sesuatu sebelum dia membayar utangnya. Karena ditakutkan adalah orang yang berutang meninggal sebelum dia melunasi utangnya.

Meskipun misalnya ada seorang istri yang ingin dibelikan suatu barang padahal suaminya masih memiliki utang, hendaknya suaminya mengabaikan istrinya dan lebih mendahulukan pembayaran utang. 

Karena utang adalah amanah. Jadi berusahalah untuk hidup sesuai kemampuan, dan jangan tatkala ingin sesuatu akan tetapi tidak mampu membeli, akhirnya memaksakan diri untuk berutang.

Utang bukanlah suatu perkara yang haram, akan tetapi hendaknya seseorang jika memang harus berutang, berutanglah pada kebutuhan-kebutuhan yang primer, yang memang sudah sangat dibutuhkan. Akan tetapi jika berutang pada kebutuhan pelengkap urusan dunia, hendaknya dihindari. 

Kecuali bagi seseorang yang tidak bertakwa kepada Allah, maka pasti orang tersebut akan meremehkan dan berani untuk berutang kepada siapapun dan untuk urusan apapun. Oleh karenanya jika seseorang ingin hidupnya lebih bermakna, hendaknya dia tidak mudah berutang.

0 Response to "Berusaha Hidup Tanpa Utang "

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak