Tujuan Hidup Seorang Hamba

Tujuan Hidup Seorang Hamba

Bismillah. Segala puji bagi Allah Rabb yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal. 

Salawat dan salam semoga tercurah kepada hamba dan utusan-Nya yang membawa risalah islam bagi segenap manusia. Amma ba’du. 

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, menjadi orang yang bertakwa adalah dambaan setiap kita. Karena bagi mereka yang bertakwa Allah telah siapkan surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. 

Asas ketakwaan itu adalah dengan memurnikan ibadah kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk syirik kepada-Nya. 

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Ibadah kepada Allah mencakup segala ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Ibadah kepada Allah harus ikhlas dan bersih dari syirik besar maupun syirik kecil. 

Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman, “Aku  adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amalan seraya mempersekutukan di dalamnya antara Aku dengan selain-Ku maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.” (HR. Muslim)

Oleh sebab itu sebagai seorang muslim kita wajib membersihkan ibadah-ibadah kita dari hal-hal yang merusak keikhlasan. 

Diantara perusak keikhlasan itu adalah riya’; yaitu beramal demi mendapatkan sanjungan atau pujian manusia yang melihatnya. 

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Riya’ dalam beramal merupakan sifat kaum munafik. Diantara sifat mereka -sebagaimana Allah ceritakan di dalam al-Qur’an- adalah bahwa mereka itu ‘apabila berdiri untuk sholat maka mereka berdiri dengan penuh kemalasan, mereka riya’ kepada manusia, dan tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali’. 

Oleh sebab itu amal yang tercampuri riya’ tidak diterima oleh Allah. Selain itu ada perkara lain yang juga merusak keikhlasan semacam sikap ujub/membanggakan diri. 

Para ulama kita menjelaskan bahwa amalan yang tertimpa ujub tidak terangkat kepada Allah. Sebagaimana ujub juga menjadi sebab kelemahan kaum muslimin. 

Sebagaimana kisah para sahabat dalam awal-awal peperangan Hunain ketika sebagian mereka tertimpa ujub dengan jumlah pasukan yang sangat banyak. 

Sampai-sampai ada sebagian dari mereka yang mengatakan, “Pada hari ini kita tidak akan terkalahkan karena jumlah pasukan yang sedikit.” Diantara perusak keikhlasan adalah mengungkit-ungkit kebaikan dan sedekah yang pernah kita berikan kepada saudara kita. 

Allah melarang kita menghapuskan pahala  sedekah-sedekah kita dengan mengungkit-ungkitpemberian dan menyakiti perasaan orang yang menerima pemberian. 

Semestinya setiap kita sadar bahwa semua yang kita peroleh berupa kebaikan itu adalah anugerahdari Allah, bukan semata-mata hasil jerih-payah dan kekuatan kita pribadi.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, keikhlasan adalah barang mahal dan perbendaharaan yang sangat bernilai bagi seorang muslim. 

Sebagian ulama kita mengatakan, “Sesuatu yang paling mahal dan paling sulit di dunia ini adalah ikhlas.” Sebagian mereka juga mengatakan, “Tidaklah aku berjuang menundukkan diriku dengan perjuangan yang lebih berat daripada perjuangan untuk ikhlas.” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita bahwa niat yang murni karena Allah dan mengharapkan pahala dari-Nya adalah sebab dan syarat diterimanya amal kebaikan. 

Beliau bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu akan dinilai dengan niatnya, dan bagi setiap orang pahala sesuai dengan apa yang dia niatkan…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Marilah kita bersihkan hati kita dari hal-hal yang merusak keikhlasan…

0 Response to "Tujuan Hidup Seorang Hamba"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak