Penyesalan Penghuni Surga

Penyesalan Penghuni Surga

Sungguh, ini judul yang sangat aneh. Bagaimana orang yang beruntung merasa rugi? Bukankah ia telah mendapatkan keinginannya dan mencapai apa yang ia cita-citakan? 

Akan tetapi, begitulah sabda Rasulullah, “Ahli surga tidak pernah merasa rugi atas sesuatu kecuali atas waktu yang mereka lewatkan yang tidak diisi dengan zikir kepada Allah.”

Sungguh kalian itu sangat aneh, wahai ahli surga. Kalian merasa rugi bukan karena kalian maksiat kepada Allah di dunia.

Akan tetapi kalian merasa rugi karena membiarkan satu waktu kosong dari zikir kepada Allah. Sementara orang selain kalian malah sebaliknya, menangis ketika tidak mendapatkan kelezatan dunia dan merasa rugi berpisah dengan syahwatnya.

Al-Auza'i pernah mengumpulkan murid-muridnya untuk menerangkan hadis Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di atas. Ia berkata, “Setiap saat di dunia pasti di hari Kiamat nanti akan diminta pertanggung-jawabannya kepada hamba, Hari per hari dan jam per jam. Setiap saat yang lewat tanpa diisi dengan zikir kepada Allah akan membuat dirinya terasa terpotong-potong lagi penuh dengan rasa rugi.

Bagaimana bila saat yang lewat tanpa diisi dengan zikir kepada Allah itu berlangsung terus-menerus?”

Abdullah bin Umar pernah mensholati seorang jenazah, kemudian ia pulang. Ketika ia mendengar sabda Rasulullah,

“Barangsiapa yang mengikuti jenazah muslim karena keimanan dan mengharap pahala, dan ia terus mengikuti jenazah itu hingga dishalatkan dan dikuburkan, maka ia pulang dengan membawa pahala dua girath, satu girath besarnya seperti gunung Uhud. Dan barangsiapa yang menshalatkannya saja, kemudian ia pulang sebelum dikuburkan, maka ia pulang dengan membawa satu girith saja” 

Ketika Ibnu Umar mendengar hadis ini, ia merasa heran lalu mengutus seseorang menemui Aisyah untuk menanyakan kebenaran perkataan Abu Hurairah, perawi hadis tersebut. Utusan itu kembali kepada Ibnu Umar yang sambil menunggu utusan itu kembali, ia mengambil beberapa batu kerikil masjid dan memain-mainkannya di tangan dan ia memberitahukan apa yang dikatakan oleh Aisyah. 

Utusan itu berkata, “Aisyah Radhiyallahu Anha berkata, “Benar apa yang disampaikan oleh Abu Hurairah.” Mendengar berita itu, Ibnu Umar langsung melemparkan batu kerikil yang ada di tangannya ke tanah dan berkata, “Sungguh kita telah menyia-nyiakan begitu banyak girdth.” Ia merasa rugi dengan terlewatkannya ketaatan yang dapat mendekatkannya ke surga. Sementara yang lain merasa rugi dengan terlewatkannya kemaksiatan yang dapat mendekatkannya ke neraka!

Ia adalah salah seorang dari mereka yang difirmankan oleh Allah, “Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata, 'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu', lalu mereka kembali sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka dermakan." (OS. At-Taubah: 92)

Demi Allah, ini adalah tangisan ksatria. Mereka menangis karena tidak mendapatkan kendaraan yang bisa membawa mereka kepada kematian di medan perang, di tempat-tempat tumpahnya darah, berterbangannya anggota tubuh dan terputusnya kepala.

Adapun tangisan orang yang tidak mendapatkan dunia dan merasa rugi karena keinginannya tidak terpenuhi, maka itu adalah tangisan anak kecil.

Mata tidak tidur bukan karena-Mu adalah batil Dan tangisan mata bukan karena kehilangan-Mu adalah sia-sia 

Seseorang yang melihat amalnya, tidak akan cukup untuk mencapai surga selama tidak dilengkapi dengan haus di siang hari yang amat panas (puasa di musim panas) dan shalat di malam-malam musim dingin. 

Ketika kematiannya sudah dekat, ia menangis karena merasa rugi saat ia terhalang dari ketenangannya, dan ketenangannya itu adalah haus di siang hari dan shalat malam.

Lihat Amir bin Abdul Qais, saat hendak meninggal dunia ia pernah ditanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab,

“Aku menangis bukan karena takut menghadapi kematian dan bukan pula karena tamak dengan dunia. Akan tetapi aku menangis karena tidak bisa lagi merasa haus (puasa) di siang hari yang amat panas dan tidak bisa lagi melakukan shalat di malam-malam musim dingin.

0 Response to "Penyesalan Penghuni Surga"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak