Bahaya Meremehkan Maksiat

Bismillรขhirrahmรขnirrahรฎm. Puji dan syukur kepada Allah subhรขnahu wata’รขla, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Menganugerahkan pengetahuan kepada makhlukNya, 

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak akan pernah habis teladan terpancar dari diri Beliau sampai akhir masa.

Bahaya Meremehkan Maksiat

ุนَู†ْ ุฃَู†َุณٍ – ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ – ู‚َุงู„َ ุฅِู†َّูƒُู…ْ ู„َุชَุนْู…َู„ُูˆู†َ ุฃَุนْู…َุงู„ุงً ู‡ِู‰َ ุฃَุฏَู‚ُّ ูِู‰ ุฃَุนْูŠُู†ِูƒُู…ْ ู…ِู†َ ุงู„ุดَّุนَุฑِ ، ุฅِู†ْ ูƒُู†َّุง ู†َุนُุฏُّู‡َุง ุนَู„َู‰ ุนَู‡ْุฏِ ุงู„ู†َّุจِู‰ِّ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ุงู„ْู…ُูˆุจِู‚َุงุชِ

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya kalian melakukan suatu amalan dan menyangka bahwa itu lebih tipis dari rambut. Namun kami menganggapnya di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sesuatu yang membinasakan.”( HR. Bukhari no. 6492)


Faedah Hadist

Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya;

1. Dosa itu bisa dianggap besar di sisi Allah Ta’ala, jika seorang hamba menganggap remeh dosa tersebut. 

Oleh karenanya, jika seorang hamba menganggap besar suatu dosa, maka dosa itu akan kecil di sisi Allah. 

Sedangkan jika seorang hamba menganggap kecil (remeh) suatu dosa, maka dosa itu akan dianggap besar di sisi Allah. Dari sinilah jika seseorang menganggap besar suatu dosa, maka ia akan segera lari dari dosa dan betul-betul membencinya.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,

ุฅِู†َّ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†َ ูŠَุฑَู‰ ุฐُู†ُูˆุจَู‡ُ ูƒَุฃَู†َّู‡ُ ู‚َุงุนِุฏٌ ุชَุญْุชَ ุฌَุจَู„ٍ ูŠَุฎَุงูُ ุฃَู†ْ ูŠَู‚َุนَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ، ูˆَุฅِู†َّ ุงู„ْูَุงุฌِุฑَ ูŠَุฑَู‰ ุฐُู†ُูˆุจَู‡ُ ูƒَุฐُุจَุงุจٍ ู…َุฑَّ ุนَู„َู‰ ุฃَู†ْูِู‡ِ

“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” (HR. Al Bukhari dalam kitab Shahihnya, no. 6308).

2. Jika ada manusia yang menganggap ringan sebuah maksiat, maka hal ini menunjukkan sedikitnya rasa takut kepada Allah Ta’ala, juga sebagai pertanda ciri sebuah kemunafikan. 

Sebaliknya mereka yang takut jatuh dalam dosa dan maksiat, maka ini pertanda akan iman yang kuat menancap dalam hatinya.

3. Meskipun manusia adalah tempatnya salah, namun bukan berarti manusia tersebut lalu diperbolehkan untuk meremehkan dosa sehingga ia pun menjadi lebih mudah melakukan dosa karena merasa akan diampuni. 

Orang yang selalu menganggap remeh dosa justru akan membuatnya jatuh ke dalam dosa besar karena sepele.

4. Sering kali seseorang menganggap bahwa yang ia lakukan hanyalah dosa kecil sehingga tidak mengapa, padahal sikap meremehkan dosa inilah yang menyebabkannya menjadi orang yang sangat mudah melakukan dosa tanpa rasa bersalah. 

Karena itu dikatakan, “Janganlah engkau melihat kecilnya suatu dosa, namun hendaklah engkau melihat siapa yang engkau durhakai.”

5. Kemuliaan para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum ajma’in, di mana mereka sangat takut terjatuh dalam dosa dan maksiat, berbeda dengan generasi yang datang setelah mereka secara umum.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Referensi: 

Syarah Riyadhus Shalihin dan Hadits Arba’in lin Nawawi karya Syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.

0 Response to "Bahaya Meremehkan Maksiat"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak