Meninggalkan Yang Tidak Bermanfaat

Alhamdulillāh..
Segala puji bagi Allāh ﷻ, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasūlullāh ﷺ.
      

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima."
(HR. Ibnu Majah)  

Meninggalkan yang Tidak Bermanfaat

عَنْ أبي هُرَيْرَةَ رضي اللَّهُ عنهُ قال : قالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : مِنْ حُسْنِ إِسْلامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالاَ يَعْنِيهِ »

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di antara baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan hal yang tidak bermanfaat (tidak penting) bagi dirinya.”

(📚 HR. Tirmidzi, no. 2318, Ibnu Majah, no. 3976, dan lainnya. Imam At Tirmidz dan An Nawawi menyatakan hadis ini Hasan).

Faedah Hadist
Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya;

1. Keislaman seseorang yaitu ketundukannya hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla baik zahir dan batin, ada pun secara batin ketundukan seorang hamba kepada RabbNya, yaitu dengan memperbaiki aqidah dan hatinya, dan hal itu dengan mengimani segala apa-apa yang wajib diimani seperti dalam hadits Jibril yang masyhur. 

Ada pun ketundukkan secara zahir adalah memperbaiki perbuatan zahirnya, seperti ucapan dengan lisan dan perbuatan dengan lahiriyahnya.

2. Tolok ukur mengerjakan sesuatu yang bermanfaat dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat, ialah dengan Syariat Islam.

3. Hadits ini mengisyaratkan salah satu standar bagusnya kualitas keislaman, ketundukan, dan kesempurnaan iman seseorang adalah meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi orang tersebut, baik manfaat dunia maupun akhirat.

4. Orang yang menyibukkan diri dalam urusan yang tidak bermanfaat akan melupakannya dari kebaikan dan amal yang bermanfaat. Sebab ketika seseorang sibuk dengan kebatilan maka dia tidak mungkin pada saat yang sama sibuk dengan kebaikan, dan begitu pun sebaliknya.

5. Hendaklah seorang muslim mencari berbagai kebaikan keislamannya dan meninggalkan segala apa yang tidak bermanfaat baginya sehingga merasa tenang. Sebab, bila ia disibukkan dengan urusan yang tidak penting dan tidak bermanfaat, akan membuat dirinya lelah.

6. Sepatutnya bagi seorang muslim memanfaatkan waktu dengan sesuatu yang dapat mendatangkan manfaat di dunia dan akhirat, dan hal ini merupakan jalan selamat.

7. Dianjurkan untuk menjauhi perkara-perkara yang rendah dan tidak bermanfaat.

8. Dianjurkan untuk melatih jiwa dan membersihkannya, yaitu dengan menjauhkannya dari berbagai kekurangan, kehinaan, dan syubhat yang mengotorinya.

9. Sibuk dan mencampuri urusan orang lain merupakan perbuatan sia-sia dan sebagai tanda lemahnya keimanan, serta dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan antara manusia.

10. Seorang muslim harus berpikir sebelum berkata dan berbuat, apakah perkataan dan perbuatannya bermanfaat ataukah tidak, bermanfaat tidak untuk dirinya, keluarganya, dan untuk Islam dan kaum muslimin menurut tolak ukur syari’at.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Referensi: 

Jami’ul Ulum wal Hikam oleh Ibnu Rajab, Syarah Riyadhus Shalihin dan Hadits Arba’in lin Nawawi karya Ibnu al Utsaimin dan sejumlah ulama lainnya seperti Ibnu Daqiq Al ‘Id dan Ismail Al Anshari rahimahumullah.


0 Response to "Meninggalkan Yang Tidak Bermanfaat"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak